Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Bintang dan Testimoni

By Mirma Fadjarwati Malik Terima kasih bu atas bintang dan testimoninya, begitu pesan WA yang masuk dari seorang bapak yang baru saja selesai membantu saya membereskan rumah saya.   Saya memesan jasanya melalui aplikasi di website.   Saya memang memberikan bintang 5 dan testimoni yang positif, karena saya teringat pesannya ketika selesai membersihkan rumah saya.   Dengan terengah-engah dan keringat mengucur, bapak itu bilang, jangan lupa ya bu kasih bintang dan testimoni.   Saya ga tega melihatnya, jadi saya pun dengan sukarela memberikan bintang 5 dan memberikan testimoni bahwa sang bapak datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Tak lama, teman saya kebetulan ingin membersihkan kantornya dan dia minta rekomendasi saya tentang aplikasi tersebut.   Saya bilang, bagus kok, saya kasih bintang 5.   Ketika dia bertanya lebih lanjut, akhirnya saya bilang, yah, ga bersih-bersih amat sih, tapi si bapak bekerja dengan sepenuh hati.   Teman pun menjawab, ya ya yang penting usahanya

Lepas dari Games

Akhirnya Mama lepas dari games, begitu kata saya pada anak-anak.   Adik pun bersorak kegirangan, yey, akhirnya Mama ga nge game lagi.   Kakak pun tersenyum-senyum. Hh.... Saya memang seorang gamer sejati, bahkan menularkannya pada anak-anak, hihihi.   Namun, sejatinya seorang gamer, dimanapun setiap ada kesempatan, saya main games.   Terutama, ketika duduk di dalam mobil di tengah kemacetan.   Daripada ngantuk.... Bertahun-tahun saya melakukannya, namun akhirnya saya berhenti main games, karena masalah teknis.  Gadget yang biasa saya pakai main ternyata rusak.   Awalnya, hanya 1 gadget, jadi saya bisa main games lainnya di gadget yang lain.   Tak lama, gadget yang satunya sering hang, mungkin karena gamesnya sering di update, sementara gadgetnya kapasitasnya tidak bisa di upgrade lagi.   Jadi lah saya berhenti main games karena masalah gadget yang ga compatible, huhuhu..... Tapi ketika membahasnya bersama anak-anak, saya menemukan fakta lainnya.   Saya tidak sempat mai

Dunia Milikku

Kami baru saja berbincang tentang seorang seleb medsos yang diberitakan bunuh diri karena terlilit utang, padahal usianya masih muda.   Kata sohib saya sang penulis, memang pada umur-umur segitu, ketika kita baru lulus kuliah dan kemudian punya uang banyak, dunia serasa milik kita sendiri.   Dari situ lah kemudian kami jadi saling berbagi cerita. Sohib saya cerita, betapa dia pada masa itu juga mengalami hal yang sama, bekerja di tempat yang membuat dia mengelola uang orang lain dalam jumlah yang cukup fantastis.   Sebagai fresh graduate tentunya dia sempat gegar budaya.   Karena dengan uang yang ada, rasanya bisa membeli seluruh dunia.   Lebay juga ya, hehehe.... Dia pun bercerita, awalnya semua berjalan lancar, dia pun jadi bisa menikmati hidup, berfoya-foya, keluar masuk mall untuk belanja, liburan ke tempat wisata, dll.   Sampai suatu ketika dia liburan, ternyata anak buahnya melakukan kesalahan namun tidak ada yang berani memberi tahunya.   Pulang dari liburan dia pun di