Dunia Milikku


Kami baru saja berbincang tentang seorang seleb medsos yang diberitakan bunuh diri karena terlilit utang, padahal usianya masih muda.  Kata sohib saya sang penulis, memang pada umur-umur segitu, ketika kita baru lulus kuliah dan kemudian punya uang banyak, dunia serasa milik kita sendiri.  Dari situ lah kemudian kami jadi saling berbagi cerita.

Sohib saya cerita, betapa dia pada masa itu juga mengalami hal yang sama, bekerja di tempat yang membuat dia mengelola uang orang lain dalam jumlah yang cukup fantastis.  Sebagai fresh graduate tentunya dia sempat gegar budaya.  Karena dengan uang yang ada, rasanya bisa membeli seluruh dunia.  Lebay juga ya, hehehe....

Dia pun bercerita, awalnya semua berjalan lancar, dia pun jadi bisa menikmati hidup, berfoya-foya, keluar masuk mall untuk belanja, liburan ke tempat wisata, dll.  Sampai suatu ketika dia liburan, ternyata anak buahnya melakukan kesalahan namun tidak ada yang berani memberi tahunya.  Pulang dari liburan dia pun dibikin pusing, dibikin takut, khawatir.  Dari situ semuanya bermula, dia mulai harus mengganti uang orang.  Ternyata jumlahnya semakin banyak, hingga akhirnya ia pun minta pertolongan orang tuanya.  Untungnya orang tua nya masih bisa nalangin, jadi dia tidak dikejar-kejar para nasabahnya.  Dia pun bilang, untung waktu itu gw ga kayak si seleb ini ya.  Untunglah, kalo tidak, saya mungkin ga pernah bisa kenal sama dirinya yang sekarang jadi sohib banget sama saya.

Saya pun berbagi cerita.  Memang benar, ketika seusia itu, dengan kondisi baru lulus, bujangan, dan punya penghasilan lumayan, tentunya kita yang masih labil ini jadi cenderung lebay.  Saya pun begitu, keluar masuk butik bermerk, hanya untuk show off bahwa saya bisa beli barang branded itu.  Yang sekarang entah pada di mana, malahan yang saya ingat, ada yang diambil oleh mantan asisten di rumah.  Huhuhu....

Untungnya, saya tidak pernah mengalami kegalauan atau ketakutan kayak sohib saya, apalagi sang seleb, karena pekerjaan saya waktu itu tidak mengelola others people money, bahkan waktu itu saya tidak punya hutang, walaupun terkenal sebagai ratu kredit, hahaha.  Semua under control.  Ini juga berkat bimbingan dan arahan Ayah saya yang cukup keras.  Kalau waktu itu Ayah tidak kerap kali mengingatkan saya,  pasti saya juga terjerumus.

Anyway, semua ini bisa jadi pelajaran bagi kita, kalau bagi saya, sudah ga mungkin balik ke masa itu, namun hal ini bisa saya ajarkan kepada anak-anak saya, supaya perjalanan hidupnya nanti mulus.  Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...