Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

The Power of Nap

Kamu belum tidur mbak?   Malam juga tidurnya.   Tapi kamu kok lebih fit dari saya ya?   Begitu chat teman saya.   Saya pun bilang, lah, saya kan tidur siang, hehe.   Dia pun bergumam, hmm, the power of nap ya… Betul, sejak saya berhenti bekerja, saya terbiasa untuk tidur siang.   Jadi, semua acara saya atur supaya selesainya tidak mengganggu jadwal tidur siang saya hihi. Jadwal tidur siang saya pun sudah terkenal, sehingga teman-teman biasanya tau, mending ga telpon saya pada jam segitu, karena saya ga akan angkat, karena sedang tidur siang, ya itu tadi, sedang menjalani ritual the power of nap….. Saya ingat, dulu ketika masih bekerja, begitu pindah ke ruangan baru, ditawari, apa mau dilengkapi tempat tidur seperti kolega yang lain, atau kursi pijat.   Saya memilih kursi pijat, karena saya pikir, mana sempat ya tidur-tiduran di kantor.   Tapi ternyata, para kolega saya suka take a nap, katanya.   Sekarang saya baru paham, the power of nap itu.   Mungkin itu yang menyeb

Lelah

Jangan lelah bu, karena memang ibu sedang diuji daya tahannya, ketika ibu lelah, ibu pasti menyerah.   Makanya, jangan lelah…. Sang bapak paruh baya itu terus menasihati saya.   Saya pun hanya manggut-manggut saja, karena saya ga terlalu paham.   Apanya yang lelah?   Saya memang lelah menghadapi kasus saya, karena saya tidak punya pilihan, tapi saya masih punya setitik asa kok,   saya tidak menyerah kok, begitu saya membatin.   Namun saat ini, terngiang-ngiang lagi kata-kata beliau.   Kenapa?   Karena minggu lalu saya baru saja merasa amat sangat lelah, sehingga saya jadi pasrah, itu yang saya pikir.   Ya, saya pikir, saya pasrah, tapi sebenarnya, saya menyerah….. Bayangkan, ketika saya sedang semangat karena ingin ikut mewawancarai seorang pejabat penting dengan menebeng teman saya yang wartawan, sebuah pesan masuk dan benar-benar membuat saya takut, putus asa, sedih, depresi, stress tingkat dewa.   Saya pun galau, sulit konsentrasi dan benar-benar ga bisa mikir.   Saya

Apkir

Apkir: ditolak, ditampik, tidak dapat dipakai (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Seorang teman bilang, kalau nanti sepatunya ga dipakai buat saya aja ya, kan sepatu kamu bagus-bagus.   Begitu katanya begitu mengetahui saya harus menjalani operasi di telapak kaki dan untuk selanjutnya harus menggunakan sepatu khusus.   Oh, saya baru ngeh bahwa sepatu saya bagus-bagus.   Hihi…  Biasalah, kita suka tidak menyadari barang-barang kita bagus, keliatannya selalu barang orang yang lebih bagus.   Iya kan?   Nah, saya jadi teringat kejadian tersebut, yang terjadi sudah bertahun-tahun yang lalu, bahkan sang temanpun sudah tiada, pergi begitu cepat kala masih sangat muda, hiks…. Kali ini saya sedang bingung melihat baju saya di lemari.   Dengan rebranding saya ini, begitu banyak baju saya yang harus saya apkir.   Saya jadi teringat kata-kata almarhumah teman saya itu.   Dulu, saya pikir, sepatu bekas saya mau saya apkir, saya buang saja, karena kan sudah bekas.   Namun, setelah almarh

Produktivitas Aset

Produktivitas aset?   Hmmm, saya kok jadi mikir-mikir, apakah aset yang saya punya semua sudah produktif?   Hari gini, semua aset saya harus menghasilkan, harus produktif.   Dengan ide itu di kepala, saya pun mulai menginventarisasi aset saya dan melihat tingkat produktivitasnya.   Saya pun mulai mencari semua informasi tentang bagaimana membuat aset kita jadi produktif. Semuanya bermula ketika seorang teman bercerita tentang kesulitannya sehingga dia kemudian menggadaikan barang-barangnya.   Hei, saya pun jadi berpikir, itu ide bagus!   Bayangkan kalau barang-barang yang kita gadaikan juga selama ini cuma duduk manis aja di rumah, tersimpan di lemari atau brankas.   Saya pun jadi asyik mencari tahu tentang hal ini.   Ketika mencari tahu, saya mendapatkan lebih banyak informasi dari yang saya butuhkan dan akhirnya itu menimbulkan gagasan di kepala, bahwa semua aset harus produktif dan pasti ada cara untuk membuatnya produktif. Tidak sampai di situ, karena mencari informasi s