Lelah
Jangan lelah bu, karena memang ibu sedang diuji daya tahannya, ketika ibu lelah, ibu pasti menyerah. Makanya, jangan lelah….
Sang bapak paruh baya itu terus menasihati saya. Saya pun hanya manggut-manggut saja, karena
saya ga terlalu paham. Apanya yang
lelah? Saya memang lelah menghadapi
kasus saya, karena saya tidak punya pilihan, tapi saya masih punya setitik asa
kok, saya tidak menyerah kok, begitu
saya membatin.
Namun saat ini, terngiang-ngiang lagi kata-kata beliau. Kenapa?
Karena minggu lalu saya baru saja merasa amat sangat lelah, sehingga
saya jadi pasrah, itu yang saya pikir.
Ya, saya pikir, saya pasrah, tapi sebenarnya, saya menyerah…..
Bayangkan, ketika saya sedang semangat karena ingin ikut mewawancarai
seorang pejabat penting dengan menebeng teman saya yang wartawan, sebuah pesan
masuk dan benar-benar membuat saya takut, putus asa, sedih, depresi, stress
tingkat dewa. Saya pun galau, sulit
konsentrasi dan benar-benar ga bisa mikir.
Saya tau kalau saya tidak jawab, orang yang mengirimi pesan akan marah
dan akibatnya akan membahayakan saya.
Namun, kalau saya jawab dan salah, sama saja, akibatnya akan
membahayakan saya. Saya benar-benar tidak
bisa menjawab pesan itu, sehingga saya memutuskan mengendapkannya malam
itu.
Dulu almarhumah tante saya selalu
bilang, let’s sleep on it. Almarhumah
selalu bilang begitu ketika kami harus membuat keputusan penting, endapkan dulu. Biasanya memang benar, keesokan paginya, ide
segar pun bermunculan di kepala, sehingga kami dapat mengambil keputusan yang
baik.
Keesokan harinya, saya pun punya ide untuk menjawab pesan
itu dengan santun dan menurut saya lumayan cerdas. Pengirim pesan pun berubah emosi nya,
terlihat dari jawaban yang dia berikan.
Fuih, lega juga rasanya. Ternyata
benar, let’s sleep on it.
Namun, sepanjang minggu itu saya lebih bersikap pasrah, yah
lebih dekat ke menyerah lah. Jadi semua
yang saya lakukan adalah persiapan menuju ke arah menyerah itu.
Tiba-tiba di awal minggu berikutnya, saya mendadak berubah,
saya tiba-tiba punya ide lain dan saya tetapkan dalam hati bahwa saya akan
mencobanya, saya akan mencoba memperjuangkannya. Dengan niat itu dan tekad bulat saya
menjalankannya. Hasilnya, so far masih
positif.
Dan ketika malam hari saya mengevaluasi, saya pun jadi
menyimpulkan sendiri, ternyata ini benar masalah daya tahan. Minggu yang lalu, saya memang sedang sakit,
sehingga mungkin saya lelah, daya tahan saya sedang rendah, sehingga
seakan-akan semua jalan sudah buntu, saya jadi mellow dan saya pun
menyerah. Minggu ini, mungkin saya punya
energi baru, sehingga saya tidak lelah, sehingga daya tahan saya tinggi
kembali, sehingga saya kembali berjuang.
Terima kasih pak, benar kata bapak, jangan lelah, jangan
lelah dan jangan lelah……
Komentar
Posting Komentar