Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Rating

Sebuah panggilan telpon masuk ke ponsel saya.   Hm, nomor ga dikenal, tapi bolehlah saya coba angkat.   Ternyata dari suatu bank yang baru saja saya datangi untuk bertransaksi kemarin.   Sang penelepon rupanya ingin memastikan agar saya memberikan rating 5 untuk kantornya.   Saya pun menjelaskan bahwa hal yang sama sudah dilakukan oleh sang teller yang kemarin melayani saya.   Saya pun sudah jawab kemarin, lanjut saya. Sang penelepon pun kepo, ingin tahu jawaban saya kemarin.   Akhirnya saya pun menerangkan panjang lebar, bahwa sorry to say, kantormu tidak sebaik kantor cabang lain yang biasanya saya datangi.   Dia pun bertanya, kalau diminta untuk memberi rating, berapa rating yang akan saya berikan?   Saya jawab, ya 4 lah, karena ada yang lebih baik dari kantormu.   Dia pun kemudian terus membujuk saya, saya pun terus bertahan walaupun saya tahu, kondisi lingkungan kantor cabang ini berbeda dengan yang biasa saya datangi.   Tapi, ...

Beri Kesempatan

Berapa kali kita pernah bilang ke orang lain, beri kesempatan kedua, atau beri kesempatan lagi.   Biasanya kita mengatakan hal tersebut apabila orang tersebut melakukan kesalahan atau mengecewakan kita. Tapi sebenarnya, pernahkan kita berpikir, berapa kali sih kita bisa memberikan kesempatan pada seseorang yang melakukan kesalahan? Satu kali atau dua kali, atau berapa kali?   Sepertinya tidak ada standar yang bisa dijadikan pegangan.   Coba diingat-ingat, pasti kita menerapkan hal berbeda untuk orang berbeda atau kasus yang berbeda. Saya sendiri bisa sangat ekstrim, memberikan kesempatan berkali-kali, atau malahan tidak memberikan kesempatan sama sekali.   Duh, kejamnya saya.... Saya pernah tidak memberikan kesempatan sama sekali kepada seseorang yang ga tau kenapa tapi saya ga percaya aja.   Saya merasa, ga ada gunanya ini orang dikasih kesempatan kedua. Sebaliknya, saya pernah begitu permisif, memberikan kesempatan berkali-kali pada seseor...

Orang Pintar

Orang pintar minum ....... Iklan itu sering sekali tayang di televisi sehingga terngiang-ngiang di telinga. Namun, yang ingin saya bahas bukan iklan itu atau produk yang diiklankan, melainkan saya ingin membahas tentang orang pintar.   Orang pintar yang saya maksud adalah orang yang dianggap punya kelebihan, sehingga orang banyak yang berguru padanya, atau minmal jadi sering bertanya padanya. Saya pernah diajak menemui seorang "orang pintar" yang dipanggil habib oeh para muridnya,    Selama bercakap-cakap dengan dia, beberapa panggilan telepon masuk.   Saya tidak curi-curi dengar, karena memang sang habib secara sengaja bicara keras-keras, untuk menunjukkan kesaktiannya pada saya.   Saya pun kemudian menyimak, apa saja perbincangannya.   Ternyata, penelepon pertama, yang merupakan murid sang habib, berkeluh kesah tentang jabatannya yang sudah lama tidak naik.   Sang habib bilang, sabar ya, coba saya lihat dulu.   Setelah itu sang habib p...

Playing Victim

Seorang drama queen mantan teman sekerja saya benar-benar membuat saya kagum, terpesona akan tingkah lakunya.   Setelah kami sudah kebal terhadap dramanya, dia pun menyadari bahwa kami tidak akan ambil pusing lagi dengan dramanya, maka dia pun mengambil strategi lain.   Strateginya sekarang playing victim, dia menempatkan dirinya sebagai korban.   Entah dia korban apa, namun jadilah dia sekarang kemana-mana meratapi, curcol bahwa dia korban dari konspirasi mantan teman-teman sekantornya.   Ckckck..... Perkenalan kami dengannya memang manis, dia terkesan sangat profesional, bicara tentang rencana kerjanya yang super, sikap kerjanya yang profesional, bersedia digaji sesuai kemampuan perusahaan, sehingga membuat kami berpikir, wah inilah pegawai idaman kami, bisa jadi role model bagi yang lain.    Dengan berjalannya waktu, ternyata mulut manisnya membuat CEO kami terlena dan setuju menaikkan gajinya.   Wah, saya mulai terbelalak, namun, it's oka...