Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Antara Hati dan Perut

Pada saat perpisahan dengan teman-teman sekantor, saya bilang bahwa hati saya akan selalu ada di perusahaan, karena saya sudah begitu lama bekerja di sana, sehingga saya sangat mencintai perusahaan itu, saya ingin selalu dapat membantu perusahaan itu jadi besar, walaupun saya sudah di luar. Beberapa tahun saya bertahan untuk tidak bekerja di perusahaan pesaing.   Setiap ada penawaran dari teman-teman yang sudah bekerja di perusahaan pesaing, walaupun penawarannya cukup menggiurkan, saya sering menolak dengan halus, atau tidak menindaklanjuti sama sekali.   Sampai-sampai saya pernah curcol ke salah seorang teman di bekas perusahaan, saya bilang, kenapa sih para pesaing ingin sekali mengajak saya bekerja sama, sementara boss-boss mu di bekas perusahaan saya tidak memandang saya sebelah mata?   Teman saya bilang, memang kamu valuable, tapi boss-boss baru ini tidak mengerti.   Tapi saya tetap tidak bergeming untuk masuk ke perusahaan pesaing,    Ya gimana ya, ini masalah hati.   Saya

Pintu Pesaing

Ketika dulu saya menulis tentang Pintu (http://baby-godlovesme.blogspot.co.id/2015/01/doors.html ), saya tidak pernah spesifik menamai pintu-pintu apa saja yang mungkin ada dalam hidup kita.   Saya hanya mengutip: When one door of happiness closes, another opens; but often we look so long at the closed door that we do not see the one that has been opened for us – James Van Praagh.   Nah, saat ini saya jadi ingin membahas lagi tentang pintu-pintu ini.   Kali ini, saya ingin membahas pintu rejeki. Benar yang dibilang sama Praagh, bahwa ketika pintu rejeki kita tertutup, kadang kala kita berharap pintu itu terbuka kembali sehingga kita luput melihat bahwa ada pintu rejeki lain yang terbuka.   Hal ini saya alami sendiri.   Ketika saya diberhentikan, pintu rejeki saya di perusahaan itu pun tertutup.   Saya terus memandangi pintu itu dan berharap pintu itu terbuka lagi.   Ya, saya gagal move on saat itu.   Saya berharap bisa kembali bekerja di sana dan mendapatkan rejeki lagi da

Hmm... That Smell!

Kami baru saja membeli seember ayam goreng di restoran cepat saji terkenal dan bersiap akan pulang.   Saat itu musim panas, jadi kami memang membuka kaca mobil kami.   Ketika 2 orang nenek melintas di samping mobil kami di pelataran parkir, seorang nenek berkata pada temannya:   Hmmm, that smell!   Kami pun buru-buru pergi, karena ga tega juga liat nenek-nenek itu ngiler mencium bau ayam goreng kami.   Kami sendiri sudah lama ga makan ayam goreng, karena uang kami menipis dan kami hanya makan mie instan sekali sehari, jadi apa boleh buat ya granny, we cannot afford to buy you fried chickens, huhuhu. Itu dulu, ketika masa kuliah di Amerika dengan kiriman uang dari ortu yang terbatas, nyaris ga ada sih, dan hasil kerja serabutan suami saya, cuci piring, potong rumput, dll. Oh ya, hasil saya menghemat uang juga sih. Kata-kata dan pandangan nenek-nenek itu terus terbayang-bayang sampai sekarang.   Setiap saya mencium bau makanan yang menggugah selera, saya inget nenek-nenek itu.

Hati Adalah Pemenangnya

Hari itu saya berharap sekali dapat menghadiri acara besar yang ada di kota saya, namun sampai H-1, tiada satu pun teman saya yang saya ketahui mau menghadiri acara itu.   Jadi hari itu saya mengisinya dengan kegiatan rutin, rapat pagi dengan teman-teman, breakfast meeting lah.   Entah kenapa, saya memilih jalan yang berbeda, saya bilang sama pak sopir, saya ingin liat keadaan, katanya banyak sekali peserta acara dari luar kota yang akan hadir.   Saya ingin melihat antusiasme para peserta.   Benar saja, rute yang saya pilih banyak berpapasan dengan bus-bus besar yang mengangkut peserta acara dari luar kota.   Saya pun kena macet total, kalo di Waze dibilang "standstill".   Bahkan saya sempat bersebelahan dengan mobil sang pemimpin yang entah menuju kemana, namun ikut terhambat lajunya oleh kepadatan para peserta acara. Di sepanjang jalan, selain bertemu dengan bus-bus besar, saya bertemu dengan rombongan yang menumpang mobil bak terbuka, rombongan motor, bahkanpeja