Jalan Berbeda
Ketika membaca
koran nasional pada suatu pagi, mata saya tertumbuk pada satu nama yang sangat
familiar, nama kakak saya. Oh rupanya
kakak dipercaya menjadi Kepala dari suatu Pusat Penelitian Nasional. Betapa bangganya saya...
Saya pun jadi
teringat, beberapa bulan yang lalu, kakak yang lain juga mendapat kepercayaan
memimpin suatu lembaga bergengsi di negeri ini... Itupun gegap gempita di media
massa.
“Lalu, bagaimana
dengan saya?”
Saya malahan
berada di sini, di tempat yang mungkin dianggap orang adalah tempat yang hina.
Duh....
Saat
berkesempatan menelepon bunda, saya pun memberikan ucapan selamat pada beliau,
atas prestasi yang dicapai kakak sulung.
Bunda terdengar sangat bangga ketika menceritakannya. Namun, ketika saya bilang, “Maaf ya Bun,
anakmu yang bungsu ini malah ada di sini”, Bunda tidak terdengar sedih atau
mengeluh, sebaliknya Bunda bilang: “semua anak punya jalan sendiri-sendiri,
jalanmu berbeda”.
Ya, saya jadi
sadar, saya selalu memilih jalan berbeda.....
Kalau diingat-ingat,
dari kecil saya memang selalu memilih jalan berbeda. Mulai dari hal kecil, yang ga penting, sampai
hal besar, hal yang penting. Mulai dari
memilih baju, memilih kegiatan, sampai memilih sekolah dan pekerjaan.
Jalan pikiran
saya juga berbeda, sehingga sering berbeda selera dengan kakak-kakak. Ketika kami diberi jatah sepetak tanah di
halaman belakang rumah, kakak-kakak menanaminya dengan bunga-bunga yang
indah. Sementara saya, menanaminya
dengan sayuran, karna saya pikir pasti berguna untuk dimasak. Nah, saya menanam kacang panjang yang
merambat kemana-mana sehingga merambati pohon-pohon bunga kakak-kakak. Dengan sangat terpaksa, Ayah membabat habis
pohon kacang panjang saya, ga peduli dengan segala macam dalih saya hiks.......
Namun suatu hari,
bunda bercerita dengan sedih bahwa kakak-kakak sering ga rukun. Tadinya saya ga terlalu ambil pusing, karena
sudah terbiasa mereka seperti itu. Tapi
ketika bunda bilang, “Bunda takut ketidakrukunan kakak-kakak bisa membuat bunda
mengalami siksa kubur, saya jadi amat terenyuh.
Saya pun bilang pada bunda, “saya cuma bisa bantu mendoakan kakak-kakak
agar mereka rukun”.
Pada kesempatan
bertelpon yang lain, ketika saya bercerita tentang progres menghapal Alquran
saya, ternyata bunda sangat bangga dan malahan bunda sudah menceritakannya
kepada kakak-kakak. Saya merasa agak
malu, karena apalah artinya prestasi saya itu dibandingkan dengan prestasi
kakak-kakak saya yang cemerlang itu.
Tapi, kata-kata bunda menyentuh saya, bunda berpesan agar saya terus
menghapal Alquran karena mungkin inilah jalan yang bisa membawa bunda ke
surga. Baiklah bun.....
Saya pun jadi
merenungkan perkataan bunda, karena ternyata jabatan-jabatan mentereng di luar
sana, belum tentu bisa membuka jalan untuk bunda ke surga. Betapa saya ga pernah membayangkan, yang
terhormat di mata manusia belum tentu di mata Tuhan, begitu pun sebaliknya,
yang hina di mata manusia malahan mungkin dapat membawa kebaikan. Mungkin, bunda malah terbuka jalannya ke surga
oleh anaknya yang di penjara....
Saya pun jadi
paham, kenapa saya di penjara, saya punya misi khusus dari Tuhan, untuk membawa
bunda saya ke surga. Wallahu álam....
Komentar
Posting Komentar