Jalan Berbeda




Image result for jalan pexel



Ketika membaca koran nasional pada suatu pagi, mata saya tertumbuk pada satu nama yang sangat familiar, nama kakak saya.  Oh rupanya kakak dipercaya menjadi Kepala dari suatu Pusat Penelitian Nasional.  Betapa bangganya saya...


Saya pun jadi teringat, beberapa bulan yang lalu, kakak yang lain juga mendapat kepercayaan memimpin suatu lembaga bergengsi di negeri ini... Itupun gegap gempita di media massa.

“Lalu, bagaimana dengan saya?”

Saya malahan berada di sini, di tempat yang mungkin dianggap orang adalah tempat yang hina.
Duh....

Saat berkesempatan menelepon bunda, saya pun memberikan ucapan selamat pada beliau, atas prestasi yang dicapai kakak sulung.  Bunda terdengar sangat bangga ketika menceritakannya.  Namun, ketika saya bilang, “Maaf ya Bun, anakmu yang bungsu ini malah ada di sini”, Bunda tidak terdengar sedih atau mengeluh, sebaliknya Bunda bilang: “semua anak punya jalan sendiri-sendiri, jalanmu berbeda”.

Ya, saya jadi sadar, saya selalu memilih jalan berbeda.....

Kalau diingat-ingat, dari kecil saya memang selalu memilih jalan berbeda.  Mulai dari hal kecil, yang ga penting, sampai hal besar, hal yang penting.  Mulai dari memilih baju, memilih kegiatan, sampai memilih sekolah dan pekerjaan.

Jalan pikiran saya juga berbeda, sehingga sering berbeda selera dengan kakak-kakak.  Ketika kami diberi jatah sepetak tanah di halaman belakang rumah, kakak-kakak menanaminya dengan bunga-bunga yang indah.  Sementara saya, menanaminya dengan sayuran, karna saya pikir pasti berguna untuk dimasak.  Nah, saya menanam kacang panjang yang merambat kemana-mana sehingga merambati pohon-pohon bunga kakak-kakak.  Dengan sangat terpaksa, Ayah membabat habis pohon kacang panjang saya, ga peduli dengan segala macam dalih saya hiks.......

Namun suatu hari, bunda bercerita dengan sedih bahwa kakak-kakak sering ga rukun.  Tadinya saya ga terlalu ambil pusing, karena sudah terbiasa mereka seperti itu.  Tapi ketika bunda bilang, “Bunda takut ketidakrukunan kakak-kakak bisa membuat bunda mengalami siksa kubur, saya jadi amat terenyuh.  Saya pun bilang pada bunda, “saya cuma bisa bantu mendoakan kakak-kakak agar mereka rukun”.

Pada kesempatan bertelpon yang lain, ketika saya bercerita tentang progres menghapal Alquran saya, ternyata bunda sangat bangga dan malahan bunda sudah menceritakannya kepada kakak-kakak.  Saya merasa agak malu, karena apalah artinya prestasi saya itu dibandingkan dengan prestasi kakak-kakak saya yang cemerlang itu.  Tapi, kata-kata bunda menyentuh saya, bunda berpesan agar saya terus menghapal Alquran karena mungkin inilah jalan yang bisa membawa bunda ke surga.  Baiklah bun.....

Saya pun jadi merenungkan perkataan bunda, karena ternyata jabatan-jabatan mentereng di luar sana, belum tentu bisa membuka jalan untuk bunda ke surga.  Betapa saya ga pernah membayangkan, yang terhormat di mata manusia belum tentu di mata Tuhan, begitu pun sebaliknya, yang hina di mata manusia malahan mungkin dapat membawa kebaikan.  Mungkin, bunda malah terbuka jalannya ke surga oleh anaknya yang di penjara....

Saya pun jadi paham, kenapa saya di penjara, saya punya misi khusus dari Tuhan, untuk membawa bunda saya ke surga. Wallahu álam....




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...