Cari Panggung

Kamu hebat deh sis, chat saya dengan emot jempol, ke teman saya si newbie di kantor.  Bayangin, ada teman yang kesurupan, si newbie ke luar dari kubikelnya dengan pede dan berhasil mengatasi teman yang kesurupan itu.  Ga lama, pegawai yang sudah senior dari divisi tetangga malah mengambil alih.  Si newbie keliatan ga suka.  Ya iyalah, karyanya diambil alih di tengah jalan, pasti kesel lah.  Makanya saya buru-buru chat dia untuk menghibur.

Jawaban chat si newbie sudah kuduga: Aku tersinggung mbak, aku sudah berhasil kok, eh malah dia ambil alih, kata si mbakyu kita, tu orang emang cari panggung.  Yup, saya setuju.  Memang orang dari divisi tetangga ini seneng show off, apalagi karena didukung oleh salah satu boss yang memang sealiran. Nyebelin emang, huh....

Benar saja, keesokan harinya si tetangga maksa teman yang kesurupan untuk diobati lagi tapi orangnya ga mau.  Jadi dengan berbagai alasan menolak. Eh, si tetangga ini malah lapor ke boss, sehingga boss lah yang memaksa dengan ancaman agar si temen mau diobati oleh si tetangga.  Hmmmhhh.....

Terkait dengan cari panggung ini, kemarin saya mengalami sendiri.  Cukup mengganggu juga sih masalahnya, sampai saya jadi ilfil.  Jadi ceritanya, seorang teman di bekas perusahaan tempat saya dulu bekerja, meminta tolong saya untuk bisa masuk ke suatu perusahaan besar untuk menawarkan jasa-jasa bekas perusahaan saya.  Dia tahu saya berteman dengan petingginya.  Saya pun bilang pada petinggi itu dan akhirnya teman saya diberi waktu untuk mempresentasikan jasa-jasanya.  Karena masih pandemi, tentu saja meetingnya secara daring, sehingga memungkinkan saya untuk ikut hadir.  Jadi saya tanyakan kepada petinggi itu apakah saya perlu bergabung, dia jawab join lah.  Baiklah.  

Jujur, saya rada galau untuk ikutan, karena saya kan di perusahaan lain, nanti kalau saya zoom meeting di jam kerja, untuk kepentingan perusahaan lain, kalo boss tau gimana ya?  Saya pun sempat minta petunjuk Tuhan malam hari itu.

Keesokan harinya, ketika bangun pagi, saya dapati chat dari teman saya yang bilang bahwa boss nya bilang bingung nanti memperkenalkan saya sebagai apa karena saya sudah tidak di perusahaan itu lagi. Saya jadi bingung, bukannya etikanya nanti saya yang memperkenalkan mereka, karena kan saya yang kenal dengan teman petinggi itu, jadi saya tidak usah diperkenalkan sebagai apa.  Dengan sewot saya bilang, saya ini dikenal sebagai Baby, sebagai diri saya sendiri, bukan sebagai mantan boss perusahaan yang lama.  Saya merasa bossmu takut kalah pamor sama saya, begitu sewotnya saya.  Hihi.  

Tak lama teman saya jawab, boleh ikut tapi jadi silent guest.  What? Ckckck, ga mau lah saya jadi penumpang gelap.  Saya tambahkan, ga sopan lah saya ikutan tapi diam saja, ga menyapa yang lain.  Aneh, benar-benar ga bisa saya pahami cara berpikirnya. Ckckck....

Saya pun akhirnya chat bossnya, yang juga dulu mantan sama-sama di perusahaan itu, bilang semoga sukses.  Sang boss langung ga enak hati dan mencoba menjelaskan duduk perkaranya.  Yah, menurut saya malah makin blunder. Hhh...

Anyway, saya akhirnya ga mau mikirin, karena saya simpulkan, inilah jawaban Tuhan atas permintaan saya tadi malam, ini petunjuknya, bahwa saya tidak usah ikut.  Di pertengahan meeting itu saya sempat dikontak untuk join, namun saya tegas menolak.  Tak lama teman saya bilang bahwa meeting telah selesai dan hasilnya baik.  Saya pun segera chat teman petinggi saya itu untuk mengucapkan terima kasih dan pesan agar bekas perusahaan saya itu dibantu.

Malam hari ketika sedang asyik mengobrol dengan anak-anak, chat sang petinggi masuk, dia bilang, kamu punya hati mulia ya, mau bantu bekas perusahaanmu.  Saya jawab, sama lah denganmu, hatimu juga mulia, mau bantu saya yang bukan siapa-siapa ini.  Eh lanjut ternyata, dia bilang, kalo saya wajarlah bantu kamu, karna kamu teman saya dan kamu menghargai saya, kalo kamu aneh, you helped them, and, they didn’t  appreciate you, then you kept helping them. Saya masih ngeyel, saya jawab, saya bantu temen saya, prinsip saya kalo kita memudahkan orang lain, Tuhan akan memudahkan kita lewat mana aja belum tentu lewat orang yang kita bantu.  Dia pun bilang, itu dia, hatimu mulia.  Very impressive, tutupnya.

Saya pun tercenung, speechless..... Tuhan telah memberi pembelajaran kepada saya, memberi pencerahan pada saya. 

Manusia berpikir bahwa kalo mau cari panggung, maka kita harus tampil di panggung.  Tapi Tuhan berkata lain, cari panggung itu tidak perlu tampil di panggung.  Saya tidak tampil di panggung, tapi saya dapat big applause, mungkin applause-nya lebih besar ketimbang saya tampil di panggung tadi....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...