Calling Mom....

Sudah menjadi rutinitas saya setiap pagi untuk menelpon ibu.  Kalo ga salah, sejak tahun 2020, sejak pandemi melanda, cara kita bersilaturahmi jadi berubah.  Bukannya bertandang, tapi per telepon atau online.  Iya kan….

Nah, itu juga yang membuat saya rutin menelepon ibu.  Memang di address book saya, nomor ibu saya simpan sebagai Mom, jadi kalo saya telpon ibu via Whatsapp, pasti tulisannya Mom Calling, trus ga lama jadi Mom Ringing.  Iya kan iya kan?

Kegiatan menelepon ibu bisa lama juga lho, kadang sejam lebih.  Yang diomongin apa sih bisa selama itu?  Haha, namanya perempuan, apa aja bisa jadi topik obrolan.  Yang tadinya ga niat diomongin, jadi malah dibahas panjang kali lebar sama dengan luas.  Apalagi yang sudah diniatin mau diomongin, malah bisa-bisa lupa diomongin, karna kelamaan dan kepanjangan ngobrolin yang ga niat tadi itu.   Ahahaha……

Yang kami bahas beragam, dari soal penting dan berbobot seperti kondisi negara dan bangsa saat ini, cie….. Sampai yang ga penting seperti ada kucing lewat, trus mulai deh kita bahas.

Tapi, most of the time, kami membahas hal-hal yang menimpa kami sendiri, atau keluarga dan mutual friends.  Maksudnya mutual friends sih bukan temen kami berdua, wong kami beda generasi haha.  Tapi mutual friends ini biasanya temen saya dari kecil yang dulu suka main ke rumah, jadi ibu kenal juga, jadi kita anggap mutual friends, atau temen keluarga lah.

Rutinitas ini ga kenal hari libur, cuma beda jam aja, kalo hari kerja lebih pagi, sementara kalau hari libur, lebih siang atau sesempatnya aja.  Tapi memang jadi ada yang ga lengkap kalo ga telponan sama ibu.

Yang pasti, telponan sama ibu, jarang ada sedihnya, ga tau kenapa, hal sedih pun jadi ceria kalo dibahas bersama ibu.  Karna sepertinya frekwensi kita sama, always happy, not because everything is good, but because we can see the good side of everything.  Mungkin karena gen juga ya.  Hihi….

Eh pernah deh kami bersedih, sampai nangis segala, ketika membahas masalah yang menimpa mantan lawan politik saya dulu.  Kami benar-benar sedih, bukan pura-pura lho, kan ga ada yang liat juga, hehe.  Memang kadang kita dulu benci sekali sama orang yang pernah mencelakakan kita, tapi di kemudian hari, ga tega juga kalo orang itu ditimpa musibah.  Jadi kami pun menangis bersama…..

Anyway, saya sangat bersyukur diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bisa memberi kebahagiaan bagi ibu saya di masa tuanya.  Dibandingkan kakak-kakak saya, materi saya jauhlah di bawah mereka.  Jadi hanya inilah bu yang dapat saya berikan pada ibu, kecerewetan, keceriwisan saya untuk setiap hari menelpon ibu, supaya kita berdua sama-sama update dengan kabar masing-masing.  Setuju kan bu?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...