Soul Mate

Soul mate: a person ideally suited to another as a close friend or romantic partner.

Saya ingat betul bagaimana saya pertama kali bertemu dengan soul mate saya ini. Waktu itu, boss minta saya membuatkan materi presentasi untuknya. Melihat hasil presentasi saya, boss bilang, coba kamu kerja sama dengan salah seorang anak buah saya, dan disebutlah nama si soul mate ini. Boss pun menambahkan, dia lulusan universitas terbaik di negeri ini. Dan saya pun dengan sewot menjawab, saya juga lulusan situ. Saya pun tambah sewot dan bilang, lagian saya kan mantan kepala suku di sini, kok saya ga tau dia sih pak? Anak baru ya? Boss ga mau ngomong panjang lebar sama saya dan mengusir dengan halus, kamu cari dia ya.

Dengan jumawa saya datangi lantai tempat si orang itu – belum jadi soul mate lah saat itu – dan saya datangi atasannya sambil nanya dengan songong, mana sih yang namanya ini? Dengan tergopoh-gopoh atasannya – ya iya lah masih lebih tinggi jabatan saya saat itu dari atasannya hihi – keluar dari kubikelnya dan memanggil orang itu sambil saya membuntutinya. Saya ingat benar penampilannya saat itu. Dia pakai kemeja lengan panjang warna hitam garis-garis. Dan saya dengan pandangan sombong bilang oh ini toh orangnya.

Setelah itu kami beberapa kali bekerja sama sesuai arahan boss dan tanpa terasa kami jadi sering ngobrol. Beberapa waktu kemudian kami pun jadi akrab dan mulai bersahabat, mulai sering bercerita urusan-urusan lain di luar pekerjaan. Sejak itu kami memang jadi rutin ngobrol, setiap pagi dia pasti menelpon saya untuk bertanya tentang lika-liku perusahaan, secara saya kan orang lama mantan kepala suku pula, atau sekedar mengobrol ringan. Kami pun aktif bercuit di media sosial, bersahut-sahutan. Dan jadilah kami soul mate….

Beberapa kali soul mate mengalami kepedihan dalam hidupnya, dan saya selalu bersedia menampung cerita sedihnya. Walaupun lebih sering dia minta waktu untuk sendirian, namun saya sempat melihat kesedihannya, sempat melihat air matanya. Duh….

Setelah saya mendapatkan promosi, otomatis dialah tangan kanan saya, sampai ada yang bilang dia adalah golden boy saya. Namun saya ga peduli, karna dia memang punya kemampuan untuk itu, dia bisa menangkap apa yang saya inginkan, dia bisa masuk dalam semua pembicaraan dengan klien, pokoknya ga malu-maluin. Dia lah loyalis saya yang akhirnya jadi korban ketika saya dan big boss berseteru, sebagaimana pepatah bilang, gajah bertarung dengan gajah pelanduk mati di tengah-tengah. Hhh….

Dan di kehidupan pribadi, saya pun mendapatkan masalah, karna memang sulit bersahabat dengan lawan jenis tanpa kecurigaan pasangan kan? Ya sudahlah….

Saya pikir soul mate saya sudah menjauh, karna dia sangat kecewa dengan kondisinya saat dikorbankan itu dan saya pun hanya bisa menangis, ga bisa melawan big boss. Dan saya dengan sepenuh hati, berempati pada si soul mate, yang mendadak jadi jutek. Saya bertahan menjadi soul mate nya….

Ketika saya diberhentikan, soul mate terlihat gamang. Kadang baik dan perhatian, namun kadang juteknya keluar. Saya pernah di remove dari pertemanannya, di blok, ditolak telponnya namun akhirnya berteman lagi.

Di awal-awal persidangan saya, setiap minggu kami berdiskusi untuk persiapan sidang dan soul mate hadir di sidang di bawah ancaman boss di kantornya. Saya sungguh tersentuh oleh sikapnya. Namun sempat di tengah-tengah masa sidang saya, soul mate tak pernah nampak, saya hanya berpikir, dia ga nyaman. Namun di saat akan pembacaan vonis, dia menyempatkan datang walaupun tidak dapat menunggu pembacaan vonis. Ketika sidang vonis selesai, masuk pesan darinya, mendoakan saya agar sabar dan kuat. Ow rupanya dia memonitor dari jauh, terharu….

Selama saya menunggu eksekusi saya, hubungan kami pun pasang surut, secara saya memang jadi baperan sejak tidak punya jabatan mentereng lagi, sejak jadi nobody. Dan sebenarnya karna soul mate saya memang orangnya ‘out of the box’, beberapa kali saya merasa sakit hati oleh pendapat-pendapatnya terhadap saya atau apa yang saya lakukan. Namun kami sepakat untuk meluangkan waktu untuk bertemu secara berkala, untuk berdiskusi apa saja, just catch up with each other, karna dengan kesibukan masing-masing kadang kami tidak sempat berbagi cerita. Dengannya, saya juga suka berbinis apa saja, ya namanya soul mate, apalagi sepertinya dia percaya pada saya, jadi dia pun nurut-nurut aja sama saya, hehe.

Dia pula orang pertama yang melihat saya merubah penampilan saya, ketika saya memutuskan untuk berhijab. Entah mengapa, saya memang sering minta pendapatnya tentang penampilan saya, mungkin karna dia punya hobby memfoto cewe-cewe cantik, hihi, jadi saya lebih pede kalo dia memuji penampilan saya. Ahaha….

Tapi ada hal yang membuat saya sedih, ketika saat eksekusi saya semakin dekat, banyak teman-teman saya minta bertemu, eh si soul mate malah cuek aja. Saya pun sempat ngambek karna menurut dia, kan waktunya belum pasti. Saya merasa dituduh sebagai seorang drama queen, plis deh, gimana coba kalo kamu yang ada di posisi saya. Huh…

Namun akhirnya kami sempat bertemu beberapa hari sebelum eksekusi saya, yang sayangnya diakhiri dengan kemarahan saya karna dia tidak mau memberi saya tumpangan untuk pulang. Huhuhu.

Di hari eksekusi saya, kami hanya bisa chat. Mulai dari saya berangkat hingga tiba di tempat tujuan saya – penjara, hiks – saya pun sempat share location, karna dia berjanji akan rutin mengunjungi saya.

Saya pun masuk karantina selama seminggu, tidak bisa berkomunikasi sama sekali. Setelah seminggu, saya pun sumringah menuju wartel untuk menelepon keluarga dan teman-teman. Saya telepon suami saya, ibu saya, anak-anak saya, kakak saya, ajudan saya, tidak ada yang mengangkat telepon, mungkin karena nomor telepon umum saya tidak dikenal, huhuhu. Dan mulailah saya mencoba menelpon nomor si soul mate, dan dia lah satu-satunya yang mengangkat telpon saya. Itu lah kenapa dirimu jadi soul mate saya, hihi, because you’re there when I need somebody.

Tak lama pun dia datang mengunjungi saya, walaupun setelah satu bulan lebih saya di penjara, tidak seperti keluarga dan teman-teman lainnya yang langsung mengunjungi saya begitu saya ke luar dari karantina. Walaupun tidak rutin mengunjungi saya sesuai janjinya, namun dia memang termasuk yang sering mengunjungi saya. Saya pun rutin menelepon dia, biasanya seminggu sekali, walaupun sempat beberapa kali malah berantem di telepon. Hhh….

Setelah hampir setahun di penjara, di saat kunjungan dia sempat bertanya, tepatnya menegaskan cerita-cerita saya, dia tanya, jadi sekarang kamu mau belajar agama? Ya, jawab saya mantap, walaupun belum berani mengklaim diri saya hijrah. Dia pun manggut-manggut dan nampak tersenyum. Ketika saya memutuskan berganti penampilan – masih belum berani klaim hijrah – dia pun orang pertama yang datang mengunjungi saya. Mungkin kepo ya? Hehe… Jadi lah dia yang menyampaikan ke teman-teman kantornya bahwa saya sekarang penampilannya berbeda. Itu lah yang membuat saya kerap kembali kontak dengannya, karena seringnya dia jadi orang pertama yang tau tentang saya.

Ketika pandemi melanda dan kami di lockdown, komunikasi sempat terputus karena saat terakhir saya menelponnya, memberi tau bahwa saya sudah punya HP sehingga bisa berkomunikasi, eh dia malah marah pada saya, karna waktunya tidak tepat katanya. Sejak itu saya mengirimi SMS beberapa kali dan tak berbalas. Ya sudahlah, saya pikir, ini lah akhir hubungan saya dengan si soul mate.

Suatu hari di bulan Ramadhan, ketika saya bangun pagi, terlihat ada SMS masuk. To my surprise, SMS itu dari si soul mate. Ya ampun, setelah tiga bulan tidak dibalas, tiba-tiba malah dia yang mengontak saya. Namun tetap, komunikasi kami ga intens, karna dia bilang ga setiap saat baca SMS. Baiklah. Hingga akhirnya saya sempat minta dia menjelaskan sesuatu masalah yang membuat saya berang, dan dia pun menelpon saya. Untungnya malah telepon itu membuat suasana cair dan kami pun sepakat mengatur waktu komunikasi. Sempat pula terucap darinya, bahwa dia juga belajar agama. Oh, saya membatin, ternyata kamu juga belajar agama, makin nyambung lah kita, makin soul mate lah kita. Namun kembali, terjadi hal yang membuat kami kembali berjauhan dan si soul mate pun mundur dari bisnis bersama, meninggalkan saya sendirian. Kembali saya pikir ini lah akhir hubungan saya dengannya.

Namun beberapa bulan kemudian saya mulai berkomunikasi lagi dengan kikuk, karena memang suasana jadi tidak kondusif. Saya sempat bertanya, apakah kamu masih mau berteman dengan saya di tengah situasi yang tidak kondusif ini, yang mungkin akan membahayakanmu? Dia bilang, ketika kamu sedang di penjara, masak saya tidak mau berteman denganmu? Speechless….

Kami pun akhirnya sepakat untuk kembali berkomunikasi setelah masing-masing mengeluarkan uneg-uneg. Terus terang, kali ini saya merasa makin erat hubungannya dengannya, karna begitu banyak pertanyaan di kepala yang telah terjawab. Soul mate pun sempat melontarkan pertanyaan, kenapa saya begitu percaya padanya, sehingga menceritakan hal apa saja padanya. Jujur, saya bilang, saya nyaman dengannya. Karna dia mengetahui rahasia terbesar saya, jadi hal lain menjadi kecil. Pembicaraan kami pun makin lama makin nyambung karna ternyata dia juga sedang berusaha hijrah, walaupun tidak dia nyatakan, tapi dari pembicaraan kami, saya merasakannya. Jadilah kami sering sharing masalah agama. Makin yakin lah saya bahwa dia memang soul mate saya.

You know what? Ga banyak orang yang masih berteman dengan saya ketika saya jadi narapidana di penjara seperti sekarang ini, kamu salah satu di antaranya. Tapi lebih dari itu, mungkin ga ada orang yang begitu sabarnya menghadapi kebaperan saya dalam jangka waktu yang cukup lama, itu hanya dirimu. Salut saya padamu soul mate….

Dan saya pun iseng bertanya padanya, sampai kapan kamu mau menunggu saya? Dia jawab, entah. Kemudian saya berpikir, aneh juga pertanyaan saya, menunggu saya untuk apa? Iya ya. Kalau menunggu saya ke luar penjara, kan mungkin sebentar lagi. Mungkin seharusnya pertanyaan saya, sampai kapan kamu mau menemani saya, menjadi soul mate saya? Sungguh, saya ingin sekali tau apa jawabannya. Hmmm….

Sebaliknya, kalau pertanyaan itu dia ajukan pada saya, saya akan menjawab, kalau Tuhan mengizinkan, saya akan menjadi soul mate mu sampai maut memisahkan…..


I thought we are soul mate.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...