Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Konsep Berbakti

Berbakti: bakti: pernyataan untuk tunduk dan hormat; perbuatan yang menyatakan setia (kasih, hormat, tunduk).   Berbakti: berbuat bakti; setia. (kamus Besar Bahasa Indonesia) Konsep berbakti bisa beda-beda di tiap orang, karena persepsi atau pola pikir setiap orang pasti berbeda-beda.   Beberapa kejadian di lingkungan kerabat saya membuat saya berpikir, bahwa semua orang pada dasarnya ingin berbakti, entah itu pada bangsa, Negara, pimpinan, perusahaan atau orang tuanya.   Namun, kadang kita melihatnya sebagai sesuatu yang salah, padahal kalau kita mau berpikir lebih jauh, ternyata orang itu melakukannya untuk berbakti pada pihak lainnya, yang kadang berbeda dengan tujuan kita berbakti. Misalnya terkait pekerjaan saya dahulu.   Saya suka heran kepada karyawan yang tega menghianati perusahaannya demi mantan pimpinan kami yang sudah pindah ke perusahaan pesaing kami.   Nah, kami melihatnya sebagai penghianatan, tapi sebaliknya, kalau kita put ourselves in their shoes, maka kita j

Tantrum

A tantrum, temper tantrum, meltdown or hissy fit is an emotional outburst, usually associated with children or those in emotional distress, that is typically characterized by stubbornness, crying, screaming, defiance, anger ranting, a resistance to attempts at pacification and, in some cases, hitting. Physical control may be lost; the person may be unable to remain still; and even if the "goal" of the person is met, he or she may not be calmed.A tantrum may be expressed in a tirade: a protracted, angry, or violent speech. Beberapa waktu yang lalu, sebelum saya punya anak, saya melihat seorang anak guling-guling di restoran, ibunya cuek aja.   Saya sempat berpikir, kenapa ya anak itu?   Ketika sudah punya anak, saya baru tau, itu namanya temper tantrum.   Saya cuma berharap anak-anak saya tidak pernah mengalaminya di tempat umum, karena saya ga kebayang reaksi saya akan seperti apa.   Kalau ibu-ibu yang saya lihat di resto itu sih cuek saja, sepertinya sudah biasa.

The First Time

Semua pasti ada yang pertama kali.   Jadi, setelah sidang pertama, kamu pasti akan terbiasa.   Begitu kata teman saya ketika saya curhat soal ketakutan saya akan sidang pengadilan saya yang akan segera berlangsung.   Saya sempat sewot, saya bilang, enak aja, ngomong sih emang enak, coba lo yang ngerasain.   Tapi benar juga, sidang pertama saya lalui dengan tegang, namun sidang kedua dan selanjutnya tidak menakutkan lagi bagi saya, karena saya sudah terbiasa. Ya, semua pasti ada yang pertama kali.   Pertama bisa merangkak, berjalan, dan lain lain.   Yang biasanya cukup heboh ketika hari pertama masuk sekolah.   Dulu, ketika masih giat di medsos, begitu anak-anak saya masuk sekolah, atau pindah sekolah sesuai jenjangnya, saya pasti posting fotonya. Ketika masuk kerja pertama kali, kita juga biasanya masih malu-malu di kantor, tapi begitu hari-hari berikutnya, apalagi kalau sudah bertahun-tahun, malahan jadi kayak di rumah sendiri. Banyak hal lagi yang harus kita awali denga

Belajar

Kita semua pasti pernah bertemu dengan mobil yang bertuliskan Belajar besar-besar.   Dengan tanda besar itu, semua pengemudi di jalan akan memaklumi apabila pengemudi mobil Belajar itu sedang belajar menyetir mobil, sehingga si pelajar tersebut mungkin saja melakukan kesalahan kecil seperti mesinnya tiba-tiba mati, atau belok tanpa memberi lampu, menyenggol atau menyerempet, dll.   Biasanya, begitu melihat mobil Belajar itu, pengemudi lainnya pun memilih untuk menghindar, daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.   Hihihi… Tidak dapat dipungkiri, dalam hidup kita terus-terusan belajar hal baru, sehingga kita tidak pernah berhenti jadi pembelajar.   Nah, saya suka berpikir, kenapa ya, tanda Belajar ini tidak diaplikasikan ke hal-hal lain, sehingga orang sekitar kita dapat memaklumi kalau kita sedang belajar. Seperti Adik, yang berkebutuhan khusus, dia selalu harus belajar di lingkungannya, sementara lingkungannya, teman-teman seumurnya merasa aneh, sehingga mencap dia

Rebranding

Rebranding: a marketing strategy in which a new name, term, symbol, design, or combination thereof is created for an established brand with the intention of developing a new, differentiated identity in the minds of consumers, investors, competitors, and other stakeholders. Ketika berbincang dengan salah seorang klien dan menawarkan pelatihan terkait writing skill, sang klien bilang, iya sekarang banyak orang yang mau merubah citra, rebranding, mau dibilang multi talented. Saya terdiam, benar juga, banyak orang yang ingin ganti profesi, jadi ingin meninggalkan citra (brand) nya yang lama menjadi profesi lain sehingga ingin mencitrakan dirinya berbeda dari yang dulu.   Namun, saya sendiri punya alasan lain untuk rebranding.   Ya, saya sebenarnya ingin tetap mempertahankan branding saya, namun apa daya, dunia maya mencatat brand saya yang lain, yang sangat buruk, yang sangat merugikan bagi saya dan masa depan saya serta anak-anak dan keluarga besar saya.   Jadi, saya bukannya