Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Why Me

Saya baru saja menjenguk teman saya yang sedang menjalani kemoterapi untuk kankernya.   Sambil menemani dia kemo, dia bercerita pada saya bahwa di awal-awal dia sempat bertanya-tanya, tepatnya bertanya pada Tuhan, kenapa harus dia yang kena kanker.   Why me?    Namun dengan berjalannya waktu, dia akhirnya bisa menerima dan menjalani semuanya dengan tegar.   Syukurlah. Beberapa hari sebelumnya, kakak saya baru saja bercerita, bahwa kakak iparnya kena kanker dan sampai sekarang masih mengeluh, kenapa sih dirinya kena kanker.   Why me? Saya pun jadi teringat, pertanyaan yang sama pernah melanda saya beberapa tahun yang lalu, ketika saya dikriminalisasi.   Sempat gelap rasanya dan kerap bertanya pada Tuhan, kenapa saya, kenapa bukan yang lain saja.   Why me? Untungnya, setelah beberapa tahun menjalaninya, walaupun belum selesai-selesai juga sampai sekarang, sampe bosen banget rasanya, akhirnya saya dapat menerima keadaan, menjalaninya dengan tenang dan tetap merayakan

Salah Kirim

Seorang ibu mengirimkan pesan di WA group ibu-ibu SD, bahwa dia berterima kasih atas dukungan ibu-ibu lainnya karena anaknya keterima di Universitas terbaik di negeri ini.   Ketika   para anggota grup memberikan ucapan selamat, sang ibu bilang:   Ups maaf, salah kirim. Hihihi, kalau saya sih melihatnya, itu bukan salah kirim, ibu itu hanya ingin berbagi kebahagiaan, tepatnya membanggakan, bahwa anaknya masuk Universitas bergengsi. Teman saya ga mengundang teman-teman sekelas ke pernikahannya, namun seorang teman kami mendapatkan foto pesta pernikahannya, si teman itu secara iseng pun memposting foto tersebut di grup kami, kemudian berujar, maaf, salah posting.   Semua pun mengucapkan selamat dan sang pengantin pun jadi ga enak hati dan bilang, akan ada acara khusus untuk kami, qiqiqi. Memang, salah kirim sekarang sudah jadi modus orang untuk memberi tahu orang lain secara pura-pura tidak sengaja, padahal mereka sengaja, in purpose, melakukan salah kirim atau salah posting

Kecewa

Kecewa: kecil hati; tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dan sebagainya); tidak senang ;   cacat; cela ; gagal (tidak berhasil) dalam usahanya dan sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Pernahkah kamu mengalami kekecewaan yang begitu mendalam, sangat kecewa karena orang yang paling dekat dengan kamu, orang yang kamu pikir adalah orang terakhir yang akan mengecewakanmu, ternyata mengecewakanmu?   Nah, itulah yang saya rasakan, kecewa yang amat sangat.... Bicara soal kecewa, dalam hidup, kita pasti pernah kecewa.   Dari hal-hal kecil, seperti terlambat dijemput, sampai hal-hal besar ketika apa yang kita harapkan, apa yang kita dambakan, cita-citakan, ternyata tidak berhasil kita raih. Kita pasti juga pernah kecewa pada diri sendiri, karena kita tidak seperti yang kita mau, misalnya, saya ga ingin tersulut emosinya, namun ternyata tetap marah pada hal-hal yang sebenarnya tidak penting.   Setelah marah, saya pun jadi kecewa, kenapa saya tidak bis

Pelayanan Publik

Hari ini saya benar-benar di uji kesabarannya.   Dari pagi saya sudah ke tempat-tempat pelayanan publik.   Di tempat pertama, pelayanannya cukup baik dan cepat, sesuai dengan janji yang sudah diberikan sebelumnya.   Nah, di tempat kedua lah saya mendapatkan ujian.... Padahal kalau mau diperbandingkan, tempat pertama adalah instansi pemerintah, tempat kedua adalah BUMN dan tempat ketiga yang akan saya kunjungi berikutnya adalah perusahaan swasta. Benar-benar miris hati saya dibuatnya, sampai-sampai saya menangis.   Dari awal, ibu yang melayani saya sudah jutek banget.   Dia bilang, dia tau kalau saya sudah datang minggu yang lalu, tapi karena perusahaan saya kecil, jadi dia tidak melayani saya, karena banyak pekerjaan yang masih pending.   Hati saya sungguh teriris rasanya.   Namun saya masih menahan diri, karena saya pikir, sudah untung dia mau keluar menemui saya, dibandingkan dengan rekan kerjanya yang dari minggu lalu sampai sekarang pun tidak mau keluar menemui saya.

Double Standard

Double standard: a situation in which two people, groups, etc., are treated very differently from each other in a way that is unfair to one of them; a set of principles that applies differently and usually more rigorously to one group of people or circumstances than to another. Saya sebenarnya bukan orang yang senang double standard, kesini beda kesana beda, tapi ternyata ada hal-hal yang saya lakukan secara tidak sadar yang ternyata double standar, hhh….. Saya baru menyadarinya ketika si kecil komen, kenapa saya berbicara kepada si sulung berbeda dengan cara saya berbicara pada dirinya ketika menyuruh mereka untuk melakukan sesuatu, misalnya belajar, membereskan barang-barang, dll.   Benar juga ya, saya selalu berbicara halus dan mendayu-dayu apabila pada si kecil, sementara kepada si sulung, saya bicara tegas-tegas saja.   Si kecil bilang, ibu tidak ramah sama kakak.   Benar kah?   Saya jadi tersadar, saya telah menerapkan double standard ke anak-anak saya.   Walaupun saya