Double Standard


Double standard: a situation in which two people, groups, etc., are treated very differently from each other in a way that is unfair to one of them; a set of principles that applies differently and usually more rigorously to one group of people or circumstances than to another.

Saya sebenarnya bukan orang yang senang double standard, kesini beda kesana beda, tapi ternyata ada hal-hal yang saya lakukan secara tidak sadar yang ternyata double standar, hhh…..

Saya baru menyadarinya ketika si kecil komen, kenapa saya berbicara kepada si sulung berbeda dengan cara saya berbicara pada dirinya ketika menyuruh mereka untuk melakukan sesuatu, misalnya belajar, membereskan barang-barang, dll.  Benar juga ya, saya selalu berbicara halus dan mendayu-dayu apabila pada si kecil, sementara kepada si sulung, saya bicara tegas-tegas saja.  Si kecil bilang, ibu tidak ramah sama kakak.  Benar kah?  Saya jadi tersadar, saya telah menerapkan double standard ke anak-anak saya.  Walaupun saya punya alasan, si sulung sudah dewasa, sementara si kecil masih anak-anak dan bekebutuhan khusus pula.  Namun, saya jadi ingat pengarahan psikolog di sekolah si sulung, bahwa sebagai orang tua, kami diminta tetap memperlakukan mereka sebagaimana ketika mereka kecil, tetap berbicara halus dan mendayu-dayu.

Akhirnya saya pun mencoba menerapkannya.  Saya berbicara halus dan mendayu-dayu ketika menyuruh si sulung belajar.  Eh ternyata, jawabannya tetap saja sama, iya, ga tau, nanti.  Hanya sebatas satu dua kata saja.  Jadi, ga ada bedanya saya ngomong tegas-tegas, cenderung ke keras, dengan saya ngomong halus dan mendayu-dayu.  Kebetulan saya melakukannya di depan si kecil, jadi si kecil juga melihat bukti nyata, hasilnya sama.  Hihihi…

Saya pun jadi menyimpulkan sendiri, bahwa sebenarnya itu bukan masalah double standard, namun memang karena situasi dan kondisinya yang berbeda, antara si sulung dan si kecil.  Jadi alasan saya memang valid, setiap anak punya karakter yang berbeda, jadi penanganannya juga bisa berbeda-beda.  Misalnya saya lakukan yang sebaliknya, yaitu bicara tegas-tegas juga ke si kecil, wah bisa berantakan.  Si kecil yang bekebutuhan khusus amat sangat sensitif, bisa-bisa yang terjadi dia malah baper, ngambek dan malah tidak mau mengerjakan perintah saya.

Anyway, saya jadi teringat kata-kata bijak Tony Gaskins: You teach people how to treat you by what you allow, what you stop and what you reinforce.  Jadi, si kakak harus saya ingatkan, bahwa cara dia menjawab orang secara cuek begitu akan membuat orang memperlakukan dia dengan cuek juga.  Yah, tapi mungkin memang umur-umur segitu, ABG gitu, milenials, memang gayanya cuek gitu, apalagi sama ortunya, hihihi….

Ok, akhirnya saya lega, ternyata saya tidak double standard kan?  Si kecil pun setuju.

Treat all as your own self.  Do not have a double standard. – Sathya Sai Baba

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...