Fenomena Bunga


Melihat kejadian akhir-akhir ini dimana sekelompok orang tiba-tiba gandrung mengirimkan rangkaian bunga untuk berbagai macam peristiwa, saya pun tergelitik untuk menanyakan kabar sohib saya sang tukang bunga. Secara saya ingat sekali visi misinya sebagai tukang bunga, visi nya ingin menjadikan bunga sebagai cara orang mengekspresikan perasaannya, dan misinya mendidik atau meng educate orang-orang untuk selalu menggunakan bunga sebagai simbol atau pengganti ekspresi perasaannya.  Jadi saya sempat menduga pasti dia turut aktif menawarkan rangkaian bunga untuk dikirimkan, dan dia pasti sukses besar nih....

Ternyata, ketika berhasil bincang-bincang dengannya, dia pun bilang, dia sendiri hanya mendapatkan 1 buah pesanan, jadi ternyata dia tidak ikut merasakan euforia bunga ini.  Sebaliknya, tukang bunganya menerima order langsung ke toko hingga puluhan buah, wuih.  Dia pun menambahkan, rezeki saya bukan dari orang yang banyak dikirimin bunga itu, tapi rezeki saya dari Tuhan.  Saya pun bilang, lah kalo pun dari orang itu, kan tetap dari Tuhan, tapi lewat orang itu.  Dengan sewot pun dia meralat, iya rezeki saya dari Tuhan tapi bukan lewat orang itu, mudah-mudahan rezeki saya lewat orang lain, orang yang memang dipilih oleh Tuhan. Baiklah, saya amini saja.

Beberapa hari kemudian, saya bertemu lagi dengannya.  Dengan sedih dia bilang, fenomena bunga ini malah bikin dia menderita.  Sudah 2 hari dia tidak bisa menerima pesanan, terpaksa menolak order, karena kehabisan rangka untuk bunganya.  Rangka bunga habis di pasaran, dan persaingan sangat tinggi.  Dengan berat hari, beberapa pelanggan ditolaknya dengan memberikan pengertian dan janji minggu depan sudah normal kembali.

Dia pun cerita, kenapa jadi langka seperti ini, karena rangkaian bunga ini biasanya hanya untuk 2 kegiatan utama, pernikahan dan kematian.  Pernikahan biasanya hanya dipakai selama 2 atau 3 jam, sementara kematian hanya 1 atau 2 hari.  Pengiriman bunga yang sekarang ini tidak terbatas waktunya, karena dipajang selama mungkin, malahan dijadikan wisata bunga.  Yang lebih parah, malah ada yang membakarnya, ckckck...

Dengan sedih sang teman menambahkan, biasanya sengsara membawa nikmat, ini malah nikmat membawa sengsara, karena awalnya tukang bunganya bahagia banget mendapatkan order puluhan bunga, sekarang, puluhan bunga terpaksa ditolak, huhuhu....

Dia pun ketakutan pelanggannya pada berpindah ke lain hati, karena sudah seminggu dia tolak ordernya.  Bahkan dia sempat bercanda dengan salah satu pelanggannya, apa kematiannya tidak bisa ditunda?  Haha...

Sebagai teman saya pun hanya bisa bilang, kamu percaya kan kalo rezeki sudah diatur?  Dia pun menjawab, itu yang saya terus-terusan tanamkan dalam hati dan pikiran saya, tapi ternyata saya tetap saja khawatir, hingga berkali-kali minta maaf pada para pelanggan dan terus-terusan mengingatkan untuk kembali kepada saya apabila situasi sudah normal kembali.

Ya, memang begitulah, hati dan pikiran kita kadang-kadang tidak bisa menerima kenyataan bahwa rezeki sudah di atur....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Frankly Speaking

Gembolan

On your mark, get set...