Akhirnya
Akhirnya
saya memutuskan untuk menjalankan apa yang diamanatkan Pak Hakim. Walaupun berat, namun saya sudah memikirkan
masak-masak segala konsekuensinya. Bahkan,
saya yang memilih tanggalnya, kapan saya akan mulai menjalankan. Saya memilih hari dan tanggal yang saya
anggap baik. Karena itu saya sempat
bersitegang dengan petugas APH yang meminta saya mundur satu hari.
Namun
akhirnya saya mengalah. Saya pikir,
mungkin yang saya pilih sebagai hari dan tanggal baik belum tentu baik bagi
saya. Ya sudahlah.
Pagi
itu saya tetap beraktivitas seperti biasa. Hanya adik yang memutuskan tidak mau masuk
sekolah hari itu. Katanya, “aku mau
nangis sampai siang, abis itu mau les renang.” Lho, kok? “Ya kan sudah bayar les renangnya.” Oalah, hahahaha. Rupanya adik ogah rugi.
Ketika
kakak-kakak saya berdatangan pun, saya masih belum mandi. Karena prinsip saya,
semua harus berjalan normal seperti biasa. Justru karena mereka datang lah saya
jadi tergopoh-gopoh menyiapkan diri.
Rasanya,
masih banyak urusan yang harus saya selesaikan hari itu. Sampai akhirnya saya sadar, itu semua
hanyalah pikiran bawah sadar yang sebetulnya masih denial atas keputusan yang
harus saya jalani.
Saya pun pergi ditemani teman kantor. Tidak ada keluarga yang mengantar karena
petugas APH sudah bilang akan berat bagi saya jika diantar keluarga.
Sepanjang perjalanan sebetulnya saya ingin menangis. Tapi
teman-teman malah mengajak mengobrol sehingga saya tidak punya waktu untuk
bersedih.
Sampai di sana, ketika semua pengantar sudah berpamitan,
barulah saya berkaca-kaca. Namun saya berhasil menahan pecah tangis.
Mulailah saya menjalani babak baru dalam hidup. Ternyata, tak seseram yang saya bayangkan. Jadi saya malah bersyukur karena tempatnya
lebih nyaman daripada yang saya pikir selama ini.
Sebagai seorang “newbie” ternyata saya harus menjalani masa
orientasi. Dan ternyata saya tidak seorang diri. Pada hari itu, ada newbie lain yang
ditempatkan satu ruangan dengan saya.
Di situ saya baru sadar kenapa Tuhan memilihkan hari ini
sebagai hari pertama saya dan bukan kemarin. Karena apabila saya datang kemarin maka saya
akan sendirian di ruangan itu. Bayangkan
betapa menyeramkannya tinggal di tempat sebesar itu di lingkungan yang baru. Sekarang saya tambah percaya, bahwa semua ada
waktunya.
Akhirnya saya menjejakkan kaki di sini dengan tegar. Saya mulai membuka lembar pertama dalam babak baru di hidup ini. Kuatkan hati saya, ya Tuhan.
Komentar
Posting Komentar