Antri


Banyak hal baru yang saya pelajari di tempat baru ini, antara lain antri yang sungguh-sungguh menguji kesabaran.

Karena sempitnya kamar, maka semua-semua harus antri.

Kalau dulu saya terbayang antri di kamar mandi. Kini ketika sudah di tempat ini, banyak hal yang ternyata harus antri. Bahkan beribadah.

Cita-cita saya untuk beribadah tepat waktu tidak selalu bisa terlaksana karena harus antri. Maklum, tempat terbatas sementara banyak orang yang semakin mendekat pada Tuhan di tempat seperti ini. Maka ibadah pun harus gantian, harus antri. Saya tidak bisa egois selalu mendapatkan waktu di awal jam sholat. Kadang-kadang malah saya di bagian terakhir. Huhuhu...rasanya miris.

Antrian paling panjang di tempat ini biasanya terjadi di bank, kantin, ataupun kafe. Banyak sekali orang yang membutuhkan fasilitas terbatas ini. Akibatnya antrian mengular.

Itu baru hal-hal besar.

Di tempat ini, hal-hal kecil pun juga harus melalui antri. Nyuci piring, antri. Nyuci baju, antri. Dan semua antrian diurut berdasarkan senioritas. Yang paling lama di tempat ini lah yang punya jatah antrian terdepan.

Jadi, meski saya berusia lebih tua, tetap saja saya dihitung newbie di tempat ini dan mendapatkan bagian terakhir. Jadi saya harus mengantri. Hihihi.

Padahal, fasilitas bersama ini selalu bisa dimanfaatkan kapan saja ketika tidak terpakai. Contohnya kamar mandi. Sebetulnya saya bisa saja mandi duluan sebelum yang lainnya mandi. Tapi saya tak berani. Karena di sini ada peraturan tak tertulis bahwa senior lah yang berhak mandi lebih dulu.

Jadi, meskipun kamar mandi kosong, tetap saja tak bisa dipakai kalau si senior belum mulai mandi.

Karena itu saya jadi harus kreatif mengisi waktu. Tulisan ini pun hasil saya mengantri. Hehehe.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...