Friksi


Teman saya bilang, "Nanti kamu di tempat baru pasti akan ada friksi, intrik. Tapi kamu pasti bisa mengatasinya."

Dulu saya tidak bisa menebak, apa intrik yang kira-kira akan muncul di tempat seperti ini.

Ketika saya di sini, saya baru tahu betapa banyak intrik dan friksi untuk urusan-urusan yang sebetulnya remeh saja. Ya karena di tempat ini memang tidak ada urusan besar. Hahaha.

Kemarin misalnya, ada ribut-ribut besar. Orang-orang bicara dengan nada suara tinggi sehingga terkesan ada keadaan darurat. Saya sampai bertanya kepada teman sekamar, dan dia bilang itu urusan makanan. Oalah.

Makanan memang menjadi isu sensitif di tempat ini, mungkin ada di peringkat kedua. Peringkat pertama tentu saja urusan uang.

Friksi terkait makanan sudah pernah saya alami sendiri. Sumpah, buat saya ini enggak penting banget. Tapi buat teman saya -eh, pantas ga ya ini disebut teman- ternyata sangat penting. Please, deh.

Kejadiannya sepele. Saat itu di mushola ada pembagian snack. Saya dan sahabat saya memakan snack di sana. Sementara yang lain datang untuk membawa snack dalam jumlah banyak lalu membawanya ke kamar. Saya sendiri tidak berpikir membawa snack ke dalam kamar, maka saya habiskan di sana.

Ketika kembali ke kamar, seorang teman dari ruangan lagi menghampiri saya dan menanyakan jatahnya. Saya bengong. Lho, dia kan tidak sekamar dengan saya. Kenapa bisa-bisanya meminta jatah pada saya?

Rupanya teman sekamar dia bilang bahwa saya lah yang membawakan jatahnya. Ya ampun! Lha siapa yang sekamar? Kok saya yang kena.

Dia bersungut-sungut dan protes. "Kok saya enggak diambilin?"

Duh, saya jadi bingung. Tapi saya enggak mau mikirin itu, enggak penting banget!

Friksi saya berikutnya, lagi-lagi dengan peminta jatah itu. Gara-garanya: pekerjaan.

Di tempat ini, pekerjaan menjadi isu ketiga penyebab friksi.

Kalau yang ini, ceritanya begini. Si peminta jatah cerita pada saya bahwa ia diminta membantu di perpustakaan. Saya percaya saja hingga suatu hari saya dipanggil pimpinan dan diminta menggantikan penjaga perpustakaan.

Saya berkomentar. "Bukannya sudah ada?"

Namun pemimpin bilang mereka bukan penjaga perpustakaan yang resmi. ilegal.
Hah!

Dengan ditunjuknua saya, maka ini berkembang menjadi friksi. Huhuhu

Tapi ya sudah lah. Saya merasa sudah menjaga jarak dengan potensi-potensi friksi di tempat ini, tapi ternyata tetap tak bisa dihindari.

Yang pasti, saya benar-benar berusaha jauh dari urusan uang dan  semoga tidak akan pernah mengalami friksi karena uang.

Semoga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...