Lil' Bro Part 2

Kalo bicara mengenai adik semata wayang saya, Lil’ Bro, pasti ga ada habisnya.  

Lil’ Bro orangnya unik, dia sangat berbakat, namun bakatnya itu tidak digunakan untuk mencari uang.  Padahal, duh, kalau karya-karya nya dikomersilkan, diuangkan, saya mungkin ga usah kerja pontang panting, cukup jadi manajernya dia aja.

Bayangkan dalam usia belia, ketika ada suatu band remaja yang ngetop karna lagunya bagus, saya tiba-tiba tersentak, kayak pernah denger, batin saya.  Waktu kami nonton TV bareng dan liat band itu di TV Lil’ Bro bilang, salah satu pemainnya itu temennya.  Saya langsung nyambung, saya bilang, ini lagunya karangan kamu? Kak Baby pernah dengar kamu mainkan gitar lagu ini.  Lil’ Bro ga jawab, cengengesan aja. Saya tanya lagi, kamu kasih gratis? Jawab Lil’ Bro, gapapa sama temen.  Begitu sering Lil’ Bro ngasih lagu karangannya ke band-band baru, kasian katanya. Uuuuh gemes banget rasanya, padahal di kepala saya sudah berhitung, banyak juga royaltinya.....

Pada saat musim house music, tiba-tiba Lil’ Bro kasih saya satu album buatan dia.  Ya ampun, keren banget.  Saya yang berjiwa bisnis pun langsung minta suami bawa album itu ke pengusaha rekaman.  Benar saja, boss perusahaan rekaman langsung bikin kontrak setahun dengan imbalan yang sangat besar, jauh dari gaji saya saat itu, untuk 6 album.  Artinya Lil’ Bro harus bikin 1 album tiap 2 bulan.  Dengan sumringah saya bawa kontraknya dan apa kata Lil’ Bro? Ga ah kak, nanti aku pas ga ada ide gimana?  Iiiih mau tak pites rasanya, tapi dia kan badannya besar.  Huhuhu, gagal maning.

Lil’ Bro memang berbakat, bayangkan dia pernah bikin drum machine untuk seorang musisi kondang, ketika drummernya punya masalah dengan kakinya.  Jadilah band itu rekaman menggunakan drum machine buatan Lil’ Bro.  Dibayarkah Lil’ Bro?  Ga lah, gratis tis tis....

Karena melihat bakatnya, seorang musisi kondang lainnya merekrut Lil’ Bro, alasannya daripada dimanfaatin sama yang satu itu.  Mulia juga hatinya.  Lil’ Bro sampe punya studio khusus, difasilitasi segalanya dan dilayani sebaik mungkin.  Namun Lil’ Bro akhirnya resign. Kenapa?  Karna katanya ide itu ga bisa dipaksa, aku ditarget Kak, aku takut ga bisa memenuhi target.  Iiiih, geregetan banget.  Padahal dia sudah berhasil memodifikasi guitar synthesizer yang jadi user friendly dan sekarang dipakai oleh banyak gitaris handal.  Dapet nama? Ga lah, Lil’ Bro bilang puas kalo karyanya bermanfaat.  Huh, tambah geregetan.

Suatu hari Lil’ Bro nunjukin preamp gitar kepada ibu, dia bilang, ini foto siapa yang ada dibungkusnya?  Ibu memperhatikan, kayak foto kamu kayaknya.  Dia pun tersenyum.  Bayangkan, F*shm*n preamp pernah mengeluarkan produk dengan foto Lil’ Bro yang dibuat vintage di packing nya.  Dia juga bikin guitar synthesizer lengkap dengan tutorialnya yang kemudian diadaptasi oleh R*l*nd.  Bahkan  lagunya ada yang digunakan L*d* G*g*.   Apa dia jadi kaya, jadi terkenal?  Ga. Kenapa?  Karna semua karyanya, baik software maupun lagu dia taro di blog atau Youtube dan dia bilang silakan diambil kalo perlu.  Dia juga bikin voice keys, yang saya ga paham gunanya, tapi kayaknya sih untuk menyetem atau menyelaraskan alat musik, gratis tis di blognya.  Bingung saya dibuatnya.

Kemudian dia cerita, bahwa dia dikontak sebuah perusahaan di Jerman yang mau mengambil midi conventer buatannya dan ingin mempekerjakan Lil’ Bro.  Apa jawabannya? Silakan diambil aja.  Saya pun marah, kenapa sih bro?  Dia bilang, karna aku buatnya pake software bajakan, nanti malah dituntut.  Duh, saya bilang, kan bisa bikin disclaimer dari awal.  Tapi Lil’ Bro keukeuh ngasih gratis.  Ih, nyebelin banget, berapa ribu dollar kau buang bro....

Setiap saya tanya, kenapa sih dikasih cuma-cuma? Lil’ Bro bilang, dia puas kalo karyanya bermanfaat, jadi bukan soal uang.  Ckckck.  Tapi akhirnya blognya ditutup, begitu pula Youtube nya dihapus semua karna dia bilang, ga ada yang kasih masukan atas karyanya, dia inginnya ada diskusi untuk mengasah kemampuannya.  Duh, hilang deh kesempatan saya memonetisasi karya-karyanya.  Padahal saya udah berencana mengurus hak patentnya, ini semua kan intellectual property yang mahal.

Yang terakhir, dia bikin lagu sampai 40 buah dan minta tolong suami saya untuk menjualnya.  Tiba-tiba dia bilang, selera pasar berubah, ga jadi deh.  Ya ampun, belum tentu bro, sini kak Baby jualin.

Lil’ Bro beberapa kali menanyakan kapan saya pulang, karna katanya mau kerja sama dengan saya.  Wah, saya excited banget.  Langsung kebayang, saya bisa mengkolaborasikan anak saya yang sulung, si Kakak, yang kuliahnya Gaming Apps, dengan Lil’ Bro sehingga bisa menghasilkan game yang spektakular, yang fenomenal, ngalahin Among Us, bahkan Cyberpunk 2077 pun lewat.  Ahay.....

Namun, hari ini saya sadar, ga mungkin itu terjadi karna pada dasarnya Lil’ Bro emang ga mau jadi siapa-siapa, ga mau terkenal.  Dia memang memilih jadi ‘Nobody’.  Dan dia menjalaninya dengan persisten.  Ga kayak kakaknya ini yang selalu bilang pengen jadi Nobody tapi masih suka mengungkit-ungkit pemberiannya, masih menggerutu kenapa saya yang beli pompa tapi ga dikasih air.  Duh, malu saya Bro....

Dari Lil’ Bro saya belajar, bagaimana menjadi Nobody dan apa konsekuensinya.  Konsekuensinya, hidup Lil’ Bro sepi, jauh dari keramaian.  Dan ketika dia berpulang, semuanya sepi, sunyi senyap, pemakamannya hanya dihadiri segelintir orang – kebetulan lagi pandemi juga kan.  Ga ada tuh para musisi kondang yang memakai karyanya.  Tapi saya yakin, semua itu ga penting buat Lil’ Bro,  yang pasti proses pemakamannya berjalan lancar, bahkan hujan pun berhenti.  Ga penting siapa yang datang melayat ya bro, toh kita memang pulang sendirian...

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.  Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. 


Dedicated to my one and only brother who passed away on the first day of 2021.

I love you bro

I miss you


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...