Chicken Story


Ini bukan cerita soal restoran atau makanan.  Saya hanya ingin cerita tentang para pengecut, ya para “chicken”, para “coward” di sekitar saya.  Ada yang tampilannya sangat gagah berani, namun ternyata sangat penakut, benar-benar pengecut.

Berbagai kejadian berhadapan dengan para pengecut ini seringkali membuat saya geli, karena memang saya termasuk kategori orang yang iseng.  Saya sering menguji keberanian seseorang, hanya untuk mengetahui, apakah orang tersebut masuk kategori pengecut atau tidak.

Mantan anak buah saya yang sekarang jadi boss besar, sungguh termasuk kategori pengecut.  Dengan berbagai cara, dia menghalang-halangi saya menginjakkan kaki di kantor saya dahulu, yang sekarang dia kuasai.  Namun, saya memang orang iseng, jadi saya minta kepada sekretarisnya, agar saya diberikan waktu untuk menghadap dirinya, sang boss besar.  Saya sih ga perlu-perlu amat ketemu sang boss, namun saya hanya ingin menguji mentalnya, apakah dia berani bertemu dengan saya.  Banyak teman yang sudah memperkirakan, bahwa dia akan menolak.  Benar saja, berbagai alasan dia kemukakan, dan yang paling tidak masuk akal adalah alasan terakhirnya.

Dia khusus menyampaikan kepada salah seorang anak buahnya untuk menyampaikan alasannya.  Katanya, dia tidak mau bertemu saya karena takut terjadi salah paham.  Lucunya, sang penyampai pesan mengontak saya dan minta bertemu, alasannya supaya menghindari salah paham,   Sungguh bertolak belakang, sang boss tidak mau bertemu supaya tidak salah paham, sementara sang kurir minta bertemu supaya tidak salah paham.  Sungguh aneh, sungguh cara berpikir yang sangat unik, berbeda dengan orang kebanyakan….

Saya pun menjawab pesannya dengan pesan lagi kepada sang boss:  menurut saya, justru dengan bertemu dapat menghindari salah paham….

Sang boss ini juga memang sangat teruji dan istimewa sifat pengecutnya.  Benar-benar pengecut tingkat tinggi, super duper pengecut.  Ketika mendapat panggilan untuk menjadi saksi di pengadilan, dia menyuruh anak buahnya untuk mengontak lawyer yang akan menyiapkan pertanyaan dan minta supaya tidak bertanya yang memojokkan, seraya mengingatkan bahwa sang lawyer dibayar oleh perusahaannya.  Sungguh pengecut, ckckck….

Sang boss juga saya dengar setiap ada panggilan pemeriksaan dari penegak hukum, selalu mencari alasan untuk mangkir.  Padahal, kalau kita tidak bersalah, kenapa harus takut?

Seorang lainnya yang juga saya isengi, saya uji keberaniannya, adalah teman saya bertahun-tahun.  Saya minta dia jadi saksi di persidangan saya, padahal saya tidak membutuhkannya.  Yang terjadi, sangat di luar dugaan saya, dia berupaya menghindar dan malah bilang melalui anak buahnya untuk menyampaikan kepada saya, bahwa dia dapat minta bantuan hukum untuk menolak hadir di persidangan.  Wuih, sungguh perlawanan yang sangat berat, untuk sebuah keisengan.  Haha….

Sungguh kasihan orang-orang itu, mereka hidup dibayangi ketakutan.  Padahal, saat ini mereka bisa dibilang sedang di puncak karirnya, harusnya mereka menikmati jerih payah nya meniti karir dari bawah.  Saat ini waktunya mereka untuk menikmati, menjadi bijaksana, bukan hidup dalam ketakutan.  Saya berharap agar mereka, walaupun hidup dalam ketakutan, dapat mengambil manfaat dari ketakutan-ketakutannya, misalnya justru jadi lebih berhati-hati, namun bukan berlebihan sehingga menjadi paranoid.  Saya yakin, semua pasti ada hikmahnya….

Yah begitulah, birds of a feather flog together, itulah mereka, chicken club dan mereka menimbulkan ide untuk saya menuliskannya.  Artinya, buat saya ternyata memang bermanfaat, sehingga bisa berbagi pada orang lain dan orang lain dapat belajar dari cerita tersebut dan mengambil manfaatnya…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Frankly Speaking

Gembolan

On your mark, get set...