Hang out with Mom
Ketika ibu menelepon untuk mengajak saya ziarah ke makam ayah, saya tertegun. Ya, saya sudah lama sekali tidak berziarah ke makam ayah, sejak saya kehilangan pekerjaan, artinya sudah hampir dua tahun. saya merenung, saya memang harus memperketat pengeluaran, maka saya jadi jarang berziarah. Setiap saya berziarah dulu, saya pasti menziarahi sejumlah makam kerabat dan saya terbiasa membelikan bunga mawar dan melati yang cukup mahal harganya, sehingga sekali perjalanan ziarah, memang cukup menguras kantong saya. Namun, dengan ajakan ibu ini, saya jadi tersadar, mungkin saya bisa menyikapinya dengan mengurangi pembelian bunga-bunga, karena yang terpenting adalah doa saya bagi ayah.
Saya langsung mengiyakan dan mengajak ibu untuk hang out setelah berziarah. Ibu sangat bersemangat, karena katanya, sudah lama sekali tidak ada yang mengajaknya hang out. Saya kembali tertegun, apakah saya terlalu sibuk hingga tidak sempat hang out dengan ibu? Saya jadi sedih, menyesali diri sendiri, kenapa tidak menyempatkan hang out dengan ibu.
Segera saya batalkan semua janji untuk hari itu, semua ajakan ngopi, makan siang, saya tolak. Semua yang saya batalkan pun saya beri penjelasan: I'm going to hang out with my Mom. Saya begitu bangga mengatakannya dan semua yang mendengarnya ikut terharu dan mulai berpikir, kapan terakhir kali mereka hang out dengan ibunya.
Hari itu pun tiba. Dari pagi saya sudah siap di rumah ibu. Dalam perjalanan, kami mengobrol banyak hal, seperti mengenang perjalanan kami yang penuh petualangan dan tentunya penuh rahasia, karena takut kakak-kakak saya tahu bahwa ibu sebenarnya sangat lelah. Namun, ibu selalu bilang, that was fun! Itu sebabnya, ibu senang sekali bepergian dengan saya. Namun, dengan kondisi saya saat ini, hal itu jadi tidak memungkinkan lagi.
Setibanya di pemakaman, kami berjalan bergandengan melewati deretan makam, di tengah angin kencang dan gerimis. Untunglah, ketika hujan turun, kami telah selesai berziarah. Kami pun segera menuju tempat hang out, saya menemani ibu membetulkan kacamatanya, dan saya sungguh trenyuh karena kacamata ibu sudah mulai rusak dan ternyata kakak-kakak tidak menyadarinya. Namun, ibu tidak mau saya belikan yang baru, karena merasa masih bagus, padahal kacamata itu adalah kacamata yang saya belikan beberapa tahun yang lalu, sebelum saya diberhentikan. Mungkin di kesempatan berikutnya, saya harus meyakinkan ibu bahwa saya masih cukup mampu membelikannya kacamata yang baru.
Kami pun menuju restoran dan ibu hanya memesan mie goreng. Ibu bilang, sudah lama tidak makan mie goreng yang seperti ini, seperti waktu kita makan berlima, ayah, ibu dan kami bertiga, di restoran favorit di seberang sekolah kami, ketika kami masih kecil. Saya merasa sedih, ibu ternyata sangat mengenang masa-masa ketika kami masih kanak-kanak, serta mengenang ayah....
Selesai makan, kami menyempatkan diri ngopi di coffee shop. Ibu kelihatan bahagia sekali. Ibu bilang, ibu sebenarnya ingin mencoba juga ngobrol-ngobrol sambil ngopi. Ah ibu, sungguh keinginan sederhana. Kenapa ibu tidak pernah bilang? Ibu hanya bilang, dengan kondisimu seperti sekarang ini, ibu tidak tega, takut menambah pengeluaranmu. Ya ampun....
Selama makan dan ngopi, kami banyak mengobrol dan ibu menasehati saya, jangan berhenti berharap, jangan berhenti berdoa, tunjukkan pada Tuhan bahwa dirimu serius meminta pertolongan Nya....
Benar-benar waktu yang sangat berharga bagi saya bisa hang out dengan ibu. Tiada gangguan sama sekali, bahkan saya baru menyadari, bahwa sinyal HP saya bermasalah, sehingga tidak ada pesan yang masuk. Pesan-pesan baru saya terima ketika selesai ngobrol dengan ibu. Di antara pesan itu, seorang sahabat sebenarnya mengajak saya hang out, namun ketika saya jelaskan bahwa saya baru saja selesai hang out dengan ibu, dia menulis pesan yang sangat menyentuh: kapan-kapan saya ingin sekali ketemu ibumu, salah satu perempuan hebat yang saya kagumi, karena selalu minta anak-anaknya berpikir sebelum berbuat dan bertanggung jawab atas pilihannya. Wow, saya terkesima, saya menunjukkannya pada ibu. Benar, saya sangat beruntung, menjadi anak dari seorang perempuan yang hebat.
Hari itu, mungkin saya memang tidak produktif, karena tidak melakukan hal-hal terkait pekerjaan saya dan malah mereskedul janji dengan klien, namun ternyata, hari ini jadi hari yang sangat berharga bagi saya. Saya tidak menyesal, karena walaupun saya meluangkan waktu untuk ibu, namun tetap diselingi dengan telpon-telpon yang prospektif, yang memberikan saya peluang-peluang pekerjaan. Saya yakin, ibu membawa rezeki bagi saya. Amin....
At the end of the day, saya pikir, betapa menyenangkannya hang out dengan ibu, betapa bermanfaat....
So teman, kapan terakhir kali kalian hang out dengan ibumu?
Saya langsung mengiyakan dan mengajak ibu untuk hang out setelah berziarah. Ibu sangat bersemangat, karena katanya, sudah lama sekali tidak ada yang mengajaknya hang out. Saya kembali tertegun, apakah saya terlalu sibuk hingga tidak sempat hang out dengan ibu? Saya jadi sedih, menyesali diri sendiri, kenapa tidak menyempatkan hang out dengan ibu.
Segera saya batalkan semua janji untuk hari itu, semua ajakan ngopi, makan siang, saya tolak. Semua yang saya batalkan pun saya beri penjelasan: I'm going to hang out with my Mom. Saya begitu bangga mengatakannya dan semua yang mendengarnya ikut terharu dan mulai berpikir, kapan terakhir kali mereka hang out dengan ibunya.
Hari itu pun tiba. Dari pagi saya sudah siap di rumah ibu. Dalam perjalanan, kami mengobrol banyak hal, seperti mengenang perjalanan kami yang penuh petualangan dan tentunya penuh rahasia, karena takut kakak-kakak saya tahu bahwa ibu sebenarnya sangat lelah. Namun, ibu selalu bilang, that was fun! Itu sebabnya, ibu senang sekali bepergian dengan saya. Namun, dengan kondisi saya saat ini, hal itu jadi tidak memungkinkan lagi.
Setibanya di pemakaman, kami berjalan bergandengan melewati deretan makam, di tengah angin kencang dan gerimis. Untunglah, ketika hujan turun, kami telah selesai berziarah. Kami pun segera menuju tempat hang out, saya menemani ibu membetulkan kacamatanya, dan saya sungguh trenyuh karena kacamata ibu sudah mulai rusak dan ternyata kakak-kakak tidak menyadarinya. Namun, ibu tidak mau saya belikan yang baru, karena merasa masih bagus, padahal kacamata itu adalah kacamata yang saya belikan beberapa tahun yang lalu, sebelum saya diberhentikan. Mungkin di kesempatan berikutnya, saya harus meyakinkan ibu bahwa saya masih cukup mampu membelikannya kacamata yang baru.
Kami pun menuju restoran dan ibu hanya memesan mie goreng. Ibu bilang, sudah lama tidak makan mie goreng yang seperti ini, seperti waktu kita makan berlima, ayah, ibu dan kami bertiga, di restoran favorit di seberang sekolah kami, ketika kami masih kecil. Saya merasa sedih, ibu ternyata sangat mengenang masa-masa ketika kami masih kanak-kanak, serta mengenang ayah....
Selesai makan, kami menyempatkan diri ngopi di coffee shop. Ibu kelihatan bahagia sekali. Ibu bilang, ibu sebenarnya ingin mencoba juga ngobrol-ngobrol sambil ngopi. Ah ibu, sungguh keinginan sederhana. Kenapa ibu tidak pernah bilang? Ibu hanya bilang, dengan kondisimu seperti sekarang ini, ibu tidak tega, takut menambah pengeluaranmu. Ya ampun....
Selama makan dan ngopi, kami banyak mengobrol dan ibu menasehati saya, jangan berhenti berharap, jangan berhenti berdoa, tunjukkan pada Tuhan bahwa dirimu serius meminta pertolongan Nya....
Benar-benar waktu yang sangat berharga bagi saya bisa hang out dengan ibu. Tiada gangguan sama sekali, bahkan saya baru menyadari, bahwa sinyal HP saya bermasalah, sehingga tidak ada pesan yang masuk. Pesan-pesan baru saya terima ketika selesai ngobrol dengan ibu. Di antara pesan itu, seorang sahabat sebenarnya mengajak saya hang out, namun ketika saya jelaskan bahwa saya baru saja selesai hang out dengan ibu, dia menulis pesan yang sangat menyentuh: kapan-kapan saya ingin sekali ketemu ibumu, salah satu perempuan hebat yang saya kagumi, karena selalu minta anak-anaknya berpikir sebelum berbuat dan bertanggung jawab atas pilihannya. Wow, saya terkesima, saya menunjukkannya pada ibu. Benar, saya sangat beruntung, menjadi anak dari seorang perempuan yang hebat.
Hari itu, mungkin saya memang tidak produktif, karena tidak melakukan hal-hal terkait pekerjaan saya dan malah mereskedul janji dengan klien, namun ternyata, hari ini jadi hari yang sangat berharga bagi saya. Saya tidak menyesal, karena walaupun saya meluangkan waktu untuk ibu, namun tetap diselingi dengan telpon-telpon yang prospektif, yang memberikan saya peluang-peluang pekerjaan. Saya yakin, ibu membawa rezeki bagi saya. Amin....
At the end of the day, saya pikir, betapa menyenangkannya hang out dengan ibu, betapa bermanfaat....
So teman, kapan terakhir kali kalian hang out dengan ibumu?
Komentar
Posting Komentar