Kapan harus Diam
Kita semua pasti pernah mengalami, dihadapkan pada situasi
yang membingungkan, dimana seseorang mengatakan hal-hal yang tidak tepat, ingin
kita koreksi, namun kita bingung, apakah kita harus mengoreksinya atau
tidak. Memang, dalam hidup, kita harus
dapat membaca situasi, kapan kita harus berbicara, kapan kita harus diam. Ya, kadang-kadang kita memang harus memilih
untuk diam, agar semuanya menjadi lebih baik, untuk kebaikan.
Saya ingat, saat itu saya sedang tinggal di rumah milik
kakak ipar saya. Suatu kali, istrinya
bertemu dengan saya dan mengomel panjang lebar dan menyayangkan saya kenapa
kami tidak minta izin langsung padanya, bahkan membawa-bawa nama ibu mertua
saya. Dia bilang, kenapa harus ibu
mertua saya yang meminta kepada suaminya agar kami boleh tinggal di situ? Saya pun terbengong-bengong, karena kejadian yang
sebenarnya adalah kami meminta izin langsung pada suaminya. Namun, saya langsung dapat membaca situasi,
bahwa saya lebih baik diam dan minta maaf.
Sampai saat ini, sang istri mungkin tidak pernah tau kejadian yang
sebenarnya. Biarlah saya dimarah-marahi,
yang penting, hubungan suami istri kakak ipar saya itu tetap aman, tenteram dan
damai, hmmmm....
Pengalaman lainnya, ketika saya merasa boss saya dibicarakan
di rapat besar oleh big boss padahal boss saya tidak hadir. Saya merasa tidak adil, karena boss saya jadi
tidak punya hak jawab. Saat itu saya
memang sedang mewakili boss saya, jadi saya pun menjawab. Big boss jadi marah dan mengancam akan
memberhentikan saya. Orang-orang di
sekeliling saya, yang nota bene pangkatnya lebih tinggi dari saya dan kolega
boss saya, menyuruh saya diam. Setelah
rapat salah seorang pun mengingatkan saya, kapan harus diam. Kali ini saya tidak sependapat, karena menurut
saya, saya harus bicara, saya tidak boleh diam.
Dan ternyata, walaupun saya sampai keguguran karena dimaki-maki oleh big
boss di rapat besar itu, saya jadi diingat oleh big boss dan tak lama malahan
mendapatkan promosi. Nah, benar kan,
saya tidak boleh diam saat itu. Hehe.
Saat yang lain, ketika kami dipanggil oleh salah seorang
pejabat yang pemarah, semua orang, bahkan boss saya diam. Saya tidak tahan dan berusaha menjelaskan
duduk perkaranya. Saya pun kena
semprot. Dan kali ini, saya kemudian
malah diberhentikan. Menyesalkah
saya? Tidak, karena saya pikir, saya
diberhentikan bukan karena saya memilih bicara, namun pasti karena hal lain.
Hal lainnya yang lebih baik kita diam adalah ketika kita
sangat emosi, sangat marah, apalagi pada anak-anak kita sendiri. Pada saat ceramah di sekolah Adik, saya
terkesan sekali dengan apa yang disampaikan oleh penceramahnya, bahwa apa yang
dikatakan orang tua pada anaknya bisa menjadi doa bagi anaknya. Jadi, hati-hati bila berbicara pada anak,
jangan memarahi dengan kata-kata yang tidak baik, apalagi menyumpahi yang tidak
baik. Dan ini sangat saya pegang saat
ini, ketika saya sedang marah sekali pada anak saya. Saat ini saya yakin, ini saat yang paling
tepat untuk diam dan memikirkan langkah apa yang harus saya tempuh untuk
mengatasi masalah ini.
Sometimes, not saying
anything is the best answer. You see, silence can never be misquoted
Komentar
Posting Komentar