Sama Mama Aja



Hari ini saya bingung banget karena ada 2 acara anak-anak di waktu yang bersamaan.  Si Kakak mau ambil SIM, si Adik ambil rapor.  Saya kepikir, urusan SIM mah lebih maskulin ketimbang feminin, jadi sudah kebayang kalo si Kakak akan didampingi bapaknya, sementara saya ke sekolah Adik.  Tanpa diduga si Kakak bilang, aku sama mama aja.  Kami semua bingung, karena saya yakin, wali kelas Adik juga akan menanyakan kenapa saya tidak ada, bukannya geer, tapi memang wali kelas Adik lebih sering berkomunikasi dengan saya.  Untungnya si Adik mengalah, mau sama bapaknya.

Jadi lah saya mendampingi Kakak mengambil SIM.  Saya ga habis pikir, urusan maskulin begini kok tetap minta saya yang dampingi, saya kan feminin, qiqiqi....

Namun setelah menjalaninya, terjawablah semuanya.

Saya yang sama-sama buta dengan Kakak untungnya mendapatkan arahan dari tempat sekolah mengemudinya, kami dibekali peta urutan-urutan proses dilengkapi loket-loket yang harus didatangi.  Masalah timbul, ternyata saya tidak boleh ikut masuk ke gedung utama, karena gedung utama hanya untuk pemohon SIM.  Saya pun putar otak, karena ga lama Kakak di dalam, dia kirim WA, bingung isi formulirnya Ma.  Saya pun jadi berpikir, kalo Kakak di lepas sendirian, bisa-bisa urusan tidak selesai hari ini.  Bisa-bisa kami harus balik lagi, padahal lokasi kantor SIM itu jauh dari rumah.

Baiklah, saya pun akhirnya memutuskan, saya harus jadi pemohon SIM juga agar bisa masuk ke dalam gedung.  Saya pun mendaftar dan biaya pendaftaran itu saya anggap sebagai tiket masuk.  Untungnya biaya nya tidak seberapa, masih lebih mahal tiket masuk nonton bioskop atau ke taman hiburan, hihihi.

Dan perjalanan kami berdua pun dimulai.  Bukan berarti perjalanannya jadi mulus, karena saya pun kepentok-pentok, tapi minimal Kakak ga sendirian, kami bisa bagi tugas, misalnya, Kakak tanya ke sana, saya tanya ke situ, dsb.

Akhirnya urusan kami selesai dan semua kendala bisa saya atasi, secara ibu-ibu memang biasa dimaklumi, hehehe.  Bahkan saya bisa minta izin bolak-balik ke luar gedung untuk beli makanan, ambil ini itu, dengan bernegosiasi dengan penjaga di pintu keluar.   Hihihi.

Ketika sore hari kami menunggu SIM selesai, si Kakak pun bilang, ini lah alasan dia kenapa dia memilih didampingi saya.  Karena saya selalu punya banyak akal, bisa mencari jalan ke luar dan yang pasti ga marahin Kakak karena kurang luwes dan banyak tidak tahu nya.  O begitu, baiklah, saya pun bilang padanya, next time ketika Adik yang akan ambil SIM, maka Kakak lah yang harus menemani, karena Kakak sudah tahu tata caranya dan sudah belajar dari ibunya, bagaimana menangani semua permasalahan. Sip....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...