Bukan tentang Uang
Cerita ini kembali tentang teman si Kakak yang kurang
beruntung dari sisi keuangan, namun dianugerahi kepandaian. Dia pun sudah diterima di Universitas negeri
impiannya, sesuai hasil diskusinya dengan saya (http://baby-godlovesme.blogspot.co.id/2016/10/definisi-susah.html). Suatu hari dia WA saya dan menjelaskan bahwa
dia ingin tinggal di asrama universitas, namun sepertinya supaya dapat kamar,
dia harus menyewa 2 bulan sebelum masa kuliah, yang menurut dia cukup
berat. Saya langsung menjawab
pendek: Berapa?
At my surprise, dia melanjutkan chatnya: mungkin network tante bisa bantu supaya aku
dapat kamar di bulan pas masuk kuliah? Jleb, saya langsung merasa ga enak. Ternyata dia bukan minta bantuan dana dari
saya. Saya benar-benar merasa
ditampar. Kebetulan saat itu saya sedang
bersama si Kakak dan saya menunjukkan chat itu.
Kakak pun komen, makanya bu, tunggu dulu chatnya selesai, masak ga
belajar dari pengalaman sebelumnya? Wah
wah, dapet nasehat dari anak sendiri dah, huhuhu....
Saya merasa sangat malu, karena saya yang selama ini selalu
menggaung-gaungkan bahwa uang bukan segalanya, ketika saya masih menjadi salah
satu pemimpin di tempat saya bekerja.
Saya selalu menentang big boss yang selalu mengukur segala sesuatunya
dengan capaian finansial, kinerja keuangan.
Saya selalu bilang, sukses perusahaan tidak melulu diukur dengan rasio
keuangan. Tapi sekarang, menghadapi
seorang anak aja saya selalu bertanya dengan "berapa?". Duh....
Apa mungkin karena sekarang saya mulai merasakan kekurangan
uang? Sehingga sangat merasakan the
power of money? Ga boleh gitu lah, masak
saya sekarang jadi money oriented? Huhuhu...
Kembali ke chat saya dengan teman si Kakak, akhirnya karena
sudah kepalang malu, saya pun menjawab, sulit juga kalau mau reservasi seperti
itu, takutnya banyak yang networknya lebih tinggi, mending kamu bayar aja dulu
2 bulan itu, biar tante bantu. Dia pun
menjawab, tapi aku pinjem ya tante, nanti aku ganti kalo sudah ada uang.
Beberapa hari kemudian, dia kontak lagi, kali ini saya
menunggu chatnya sampai selesai. Ternyata
dia ingin mengisi waktu liburannya yang 2 bulan dengan bekerja sambilan. Saya sempat coba menawarkan beberapa kantor
yang memang biasa menerima tenaga magang, tapi nampaknya dia kesulitan karena
jaraknya cukup jauh dari rumahnya dan dia akan berat di ongkos. Akhirnya saya pun punya ide, karena ternyata
tugas menulis saya dari boss penulis punya jatah anggaran yang cukup untuk mengambil
asisten penulis. Saya pun mengajukan
anak itu ke boss penulis dan disetujui.
Akhirnya sang teman Kakak pun jadi asisten saya dalam menyelesaikan
penulisan laporan suatu instansi. Dan
saya bilang padanya, kamu akan dapat honor sekian, yang tentunya jumlahnya
melebihi dari keperluan dia untuk membayar sewa kamar di asrama. Dia pun happy....
Namun yang terjadi kemudian memang tak diduga, ternyata
kamar asrama memang penuh dan harus menunggu masa perkuliahan, artinya, dia ga
bisa booking atau bayar duluan. Baiklah,
artinya honor dia malah bisa dia gunakan untuk keperluan lainnya, malahan dia
pun baru kehilangan HP nya, artinya, dia bisa beli HP baru dengan
honornya. Syukurlah...
Artinya, benar, semua ini bukan tentang uang. Mulai
sekarang, saya benar-benar mau move on, eh kembali ke prinsip saya dulu, saya
ga boleh money oriented lagi. Hihihi....
Komentar
Posting Komentar