Ajudan
Mereka dipanggil para ajudan oleh teman-teman di kantor, karena mereka benar-benar inner circle saya, ring nol koma kalau kata teman-teman. Namun memang kedua orang ini sangat dekat dengan saya. Tentu saja, karena mereka setiap hari menumpang di mobil saya pada saat pergi dan pulang kantor, karena rumah mereka dekat dengan rumah saya. Sebenarnya hal ini saling menguntungkan, karena daerah kantor saya merupakan daerah yang masuk dalam area three in one, sehingga saya memang perlu orang yang ikut dalam mobil agar bisa dengan aman melalui jalanan protokoler menuju kantor.
Namun ternyata, pertemanan kami terus berlangsung walaupun
saya tidak berkantor lagi di sana.
Setiap saya ada masalah, saya dapat meminta salah satu dari mereka untuk
membantu saya. Contohnya, ketika saya
harus meninggalkan rumah, kedua orang ini bahu membahu mengatur transportasi
dan tempat tinggal untuk saya.
Sebaliknya, saya memang sering membelikan barang-barang
untuk mereka, juga oleh-oleh apabila saya bepergian. Saya juga bisa terbuka atas banyak hal, yang
mungkin saya tidak enak menceritakannya ke orang lain. Pokoknya, mereka seperti keluarga buat saya.
Berbagai pengalaman kami lalui, sedih, susah, senang,
bahagia. Mulai dari urusan kecil, sampai
urusan besar. Mulai dari pengalaman di
mobil, di kantor sampai urusan keluarga masing-masing.
Pada awalnya, saya memang selalu menyetir sendiri ke kantor,
sehingga pemandangan yang awalnya aneh buat teman-teman kantor adalah, kedua
ajudan yang laki-laki ini duduk di kursi penumpang, sementara saya satu-satunya
perempuan, malah menyetir. Di sisi lain,
kebetulan jabatan saya di kantor paling tinggi dibandingkan para ajudan,
sehingga kesannya, kok boss yang menyupiri staf? Hehe. Ya, mereka kebetulan tidak bisa menyetir,
sehingga, apa boleh buat, mereka selalu duduk di bangku penumpang.
Salah satu pengalaman berkesan adalah ketika kami mengalami
pecah ban di jalan tol. Dapat
dibayangkan, tidak ada satu pun yang mengerti harus berbuat apa. Akhirnya, saya lah yang berinisiatif memanggil
petugas jalan tol yang sedang melintas, untuk membantu saya. Mungkin petugas tol merasa heran, kenapa ada
dua orang laki-laki di dalam mobil, namun sang perempuan malah memanggil
petugas tol.
Pengalaman tabrakan pun pernah kami lalui. Ini membuat saya bersyukur bahwa para ajudan
ada di samping saya, sehingga saya tidak kesulitan atau kebingungan, karena ada
mereka. Karena saya memang pernah
mengalami tabrakan sendirian, untungnya masih di dekat kantor, sehingga dibantu
oleh beberapa teman dari kantor.
Begitu banyak pengalaman yang kami lalui, di luar masalah
mobil juga banyak hal telah kami lalui bersama.
Saya pikir, semuanya adalah “take & give”, kami semua tidak pernah
saling berhitung, lebih banyak take atau give nya. Dan sampai saat ini, mereka lah salah dua
orang yang selalu mensupport saya.
Terimakasih para ajudan, can’t live without you. Haha….
Komentar
Posting Komentar