Anger
Anger: noun : anger; plural noun: angers: a strong feeling of annoyance, displeasure, or hostility.
synonyms: rage,
vexation, exasperation, displeasure, crossness, irritation, irritability,
indignation, pique; More annoyance,
fury, wrath, ire, outrage, irascibility, ill temper/humor; informal: slow burn,
aggravation; literarycholer
verb: anger; 3rd
person present: angers; past tense: angered; past participle: angered; gerund or
present participle: angering: fill (someone) with anger; provoke anger in.
synonyms: infuriate,
irritate, exasperate, irk, vex, peeve, madden, put out; More enrage, incense,
annoy; rub the wrong way; informal: make
someone's blood boil, get someone's back up, make someone see red, get
someone's dander up, rattle someone's cage, make someone's hackles rise; aggravate,
get someone, rile, tick off, tee off, burn up
Saya ingat karakter Anger di film Inside Out diinspirasikan
oleh red brick, yang memang gampang menyala apinya. Itu menggambarkan bahwa kemarahan memang
gampang tersulut.
Saya baru saja mendapat pelajaran berharga hari ini. Saya yang sangat terburu-buru berbelanja
keperluan anak saya di suatu supermarket, secara sembrono membawa trolley saya
dan membuat seorang anak terbentur kepalanya.
Saya benar-benar merasa bersalah, saya usap-usap kepalanya sambil
minta-minta maaf. Anaknya tidak
menangis, jadi memang tidak menarik perhatian sama sekali. Tak lama, ibunya pun datang dan sambil
tersenyum bilang, gapapa kok bu. Saya
terpana…
Jujur, kalau saya yang mengalami hal seperti itu, misalnya
anak saya tertabrak trolley orang, walaupun ga sakit dan anak saya ga nangis,
saya pasti akan marah, akan bilang, lain kali hati-hati dong. You know, just to show that you are
angry. Mungkin tepatnya, untuk membully
sang penabrak, untuk menunjukkan kepedulian dan sayang kita ke anak kita,
untuk menunjukkan kekuasaan, untuk memunculkan rasa bersalahnya, untuk
memuaskan nafsu belaka, hahaha…
Tepatnya, hanya untuk show off bahwa orang itu salah. Bener ga?
Minimal, itu yang biasa saya lakukan, dan saya perhatikan, kebanyakan orang
juga akan melakukan hal tersebut. Bener kan?
Benar, sejak kejadian tadi itu, saya jadi berpikir, berapa
sering saya menambahkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ditambahkan. Menegur seseorang hanya untuk kepuasan,
walaupun kadang-kadang ngelesnya, saya akan bilang, seseorang harus tau
kesalahannya. Hihihi.
Sebaliknya, ada teman saya yang suka omdo. Dia suka bilang, saya sebenarnya marah sama
orang itu, kalo bisa mau saya pukul aja.
Saya pun dengan kalem bilang, kenapa ga lo pukul aja? Takut?
Hahaha, memang teman saya itu saya tau banget sebenarnya pengecut,
beraninya di belakang. Hehehe.
Tapi kembali, saya menyesal juga suka nyeletuk begitu,
manas-manasin orang supaya menunjukkan kemarahannya karena saya memang sebal
pada orang yang pengecut. Saya menyesal
karena saya benar-benar kagum hari ini, kagum pada seorang ibu yang biasanya
overprotective kepada anaknya, bisa dengan tenang, senyum pula, bilang gapapa.
Baiklah, ke depan, saya akan benar-benar menyeleksi perasaan
saya, mana yang memang harus ditunjukkan, biasanya kalau memang orangnya
keterlaluan, mana yang saya harus bisa bilang: gapapa kok….
Terima kasih Tuhan, saya dapat pelajaran berharga dari kejadian kecil ini....
Komentar
Posting Komentar