Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

No Hard Feelings?

Kata teman saya yang cenayang itu, saya tuh sudah di ujung.   Dia tidak pernah menerangkan apa maksudnya, dan sebaliknya saya pun tidak pernah mau menanyakannya.   Bukan apa-apa, tapi saya takut kalau dielaborasi ternyata saya sudah di penghujung usia.   Huhuhu…. Beberapa hari terakhir ini, kata-kata itu sungguh mengganggu saya.   Kenapa?   Karena secara berturut-turut, saya ketemu dengan orang yang sebenarnya paling tidak ingin saya temui.   Orang-orang yang menurut saya sudah amat sangat keterlaluan menyakiti saya, sehingga saya tidak mau mereka ada dalam kehidupan saya selanjutnya.   Saya sudah memaafkannya, tidak ada dendam, tapi saya tidak mau lagi mereka ada di sekeliling saya.   Terlalu berbahaya buat saya, mending jauh-jauh saja. Namun, ternyata kenyataannya tidak seperti yang saya harapkan.   Beberapa hari terakhir ini, saya malah secara tidak sengaja bertemu dengan orang-orang yang masuk dalam kategori ini.   Semuanya sama urutan kejadiannya.   Mereka menyakiti saya

Ketika Hobby Menjadi Kewajiban

Ini cerita tentang teman-teman dan orang sekeliling saya yang punya prinsip: choose a job you love, and you will never have to work a day in your life!   Mereka pun menjadikan hobby nya jadi sumber penghasilan mereka, menjadi pekerjaan mereka, menjadi bisnis mereka. Teman penulis saya begitu bersemangat bercerita tentang cita-citanya, mimpi-mimpinya dengan menjalankan hobbynya menulis menjadi sebuah bisnis writing services.   Wah keren juga, saya pun jadi kagum banget.   Dan dengan pertimbangannya itu, dia pun memutuskan keluar dari pekerjaannya dan memulai bisnisnya.   Sesudah berjalan dua tahun, ternyata dia pun masih pusing, karena ternyata setelah hobbynya diubah jadi bisnis, dia pun mulai punya pelanggan, semakin banyak pelanggan, dia pun merekrut pegawai untuk membantunya.   Setelah bisnisnya tumbuh dan berkembang, tuntutan pun bertambah, karena para pelanggan mulai banyak permintaan, banyak keluhan, belum lagi pegawai harus terus digaji dan juga diperhatikan.   Teman k

People Changed

Sering kan denger nasehat orang: people changed.   Itu biasanya untuk membesarkan hati kita kalau merasa teman kita berubah.   Tapi, kalo terus semua orang berubah, kita doang yang ga berubah, apakah ada yang salah?   Qiqiqi.   Iya lah, mungkin kita yang salah, dunia terus berubah, ayo introspeksi….. Juga ada kata-kata bijak yang bilang: Stand up for what is right, even if you stand alone.   Mungkin benar, apalagi kalau itu sudah menyangkut keyakinan hidup, namun kadang-kadang orang juga memakainya untuk hal-hal kecil yang sebenarnya terus berubah sejalan dengan waktu. Kita ga bisa keukeuh untuk hal-hal yang mungkin sudah old fashioned dan malah kontraproduktif just for the sake of old memories. Misalnya, tetap ngotot ga mau pake ponsel. Ada lho, hihihi. Ada juga orang-orang yang bersahabat dari kecil dan ketika sahabatnya itu berubah, karena mungkin status sosialnya sekarang berbeda, atau pasangannya juga ga suka sahabat-sahabat lamanya sehingga dia tidak bisa terus menerus

Rejeki yang Tertunda

Saya selalu percaya, rejeki sudah diatur dan tidak akan tertukar.   Ga ada tuh rejeki yang hilang, kalo memang hilang, ya artinya bukan rejeki kita lah.   Tapi bisa juga, ada rejeki yang tertunda.   Contohnya baru saja saya dan teman-teman saya alami hihihi…. Bayangkan, setelah lebih kurang 3 minggu pontang panting mengurus acara tersebut, selang sehari dari pelaksanaan, kami diinfo bahwa acara batal, diundur 2 bulan lagi.   Teman-teman sempat panik, karena persiapan kami sudah cukup matang yang tentunya pengeluaran juga sudah banyak.   Namun, sang klien sangat baik, katanya semua   akan diganti.   Jadilah kami sibuk membatalkan kiri kanan, namun beberapa hal tidak bisa dibatalkan, seperti bis, makanan dan hiburan.   Kami pun sibuk menawarkan teman, kerabat, keluarga untuk menggunakan fasilitas yang tidak dapat dibatalkan itu agar tidak mubazir. Jadilah kami berpiknik, riang gembira, bahagia, menggunakan fasilitas yang ada, bahkan kami jadi dapat berbagi dengan teman, kera

Preman

Preman:   (tidak baku) sebutan kepada orang jahat (penodong, perampok, pemeras, dsb) – Kamus Besar Bahasa Indonesia Pagi ini, pas bangun tidur dan mengecek ponsel, terlihat pesan bahwa seseorang yang terkenal sebagai preman ingin menemui ibu saya nanti malam terkait dengan permasalahan tanah kami.   Darah langsung naik ke kepala!   Si pengirim pesan pun saya berondong dengan pertanyaan: apa agendanya, apa kita harus bayar lagi, selama ini apa aja yang sudah dia lakukan secara kita sudah pernah bayar, bla bla bla……. Kemudian saya terdiam, saya pikir, ga ada gunanya ngomel panjang lebar kepada si pengirim pesan, toh dia cuma memberitahu saya.   Saya pun minta maaf dan bilang ke si pengirim bahwa saya akan mengontak langsung sang preman.   Gagah berani bukan?   Hihihi Padahal, saya ingat, di pertemuan pertama, wuih gayanya…… Dengan lengan penuh tato, dia menyebut-nyebut pamannya yang memang preman paling terkenal di seantero negara, dia juga cerita tentang kehebatannya meng

Taxi Driver

Akhir-akhir ini, karena kesibukan saya makin meningkat, untuk efisiensi, saya sering naik taxi.   Nah, ternyata pengalaman naik taxi ini juga membuat saya banyak mendapatkan cerita, dan tentunya dapat mengambil pelajaran berharga dari setiap   cerita itu.   Kebetulan, saya memang senang mengajak ngobrol sang sopir taxi, jadi lah, banyak cerita yang saya dapatkan. Ketika masa pemilihan umum, sopir taxi yang saya tumpangi bercerita, setiap penumpangnya iseng-iseng dia tanyakan, kira-kira akan memilih siapa.   Jawabannya pun beragam pastinya.   Saya pun kemudian menyeletuk, wah, artinya bapak bisa bikin survey kecil-kecilan, secara statistic, dari sekian penumpang bapak selama kurun waktu berapa lama, sekian persen memilih nomor 1, sekian persen memilih nomor 2.   Benar juga, kata sang sopir.   Hahaha, saya senang karena saya telah memberikan ide pada sang sopir agar berpikir kritis sembari menyetir.   Xixixi…. Ada lagi yang bercerita tentang kemacetan jalan yang makin menggila,

Overreacting

Overreact: to react or respond more strongly than is necessary or appropriate; respond more emotionally or forcibly than is justified. Pacar saya pernah bilang, jangan terlalu reaktif, jangan overreacting, mungkin maksudnya, jangan lebay, hehehe.   Namun, saya akui, saya memang suka reaktif dari dulu sampe sekarang.   Terlebih saat ini, ketika saya sedang dirundung banyak masalah.   Ditambah pula, mungkin ada faktor krisis paruh baya.    Hihihi…. Saya dan para sahabat cewe saya baru saja membicarakan permasalahan sekitar teman-teman kami waktu sekolah dulu.   Memang enak kalau bisa ngomongin orang, judge orang, hehehe.    Salah satunya adalah bilang, kenapa ya teman-teman kita sekarang ini sensi, lebay, dll.   Sepulangnya dari pertemuan itu, saya baru menyadari, perempuan memang sering overreacting.   Mungkin karena pengaruh hormon ya. Akhir-akhir ini saya memang sering mellow, merasa paling menderita di dunia, ditambah bingung karena mau sharing kepada siapa.   Sepertiny

Sang Pemberani

Status teman saya sungguh menggelitik nurani saya:   Dunia ini milik para pemberani.   Saya akhirnya bisa mengerti maksudnya ketika beberapa waktu kemudian chat sama si penulis status, walaupun statusnya sudah berubah.   Kami terlibat chit chat masalah kegiatan saya sekarang.   Saya pun bercerita, bahwa tanpa saya sadari, setiap tahun saya membuat 2 usaha baru atau akuisisi perusahaan kecil.   Saya pun bercerita, ada perusahaan saya yang tidak ada pegawainya, isinya saya seorang diri, walaupun dibantu teman-teman.   Jadi untuk pantes-pantesnya, saya cantumkan lah nama saya sebagai pegawai, sehingga ke kantor pajak atau ketenagakerjaan ada pegawainya.   Saya juga cerita bahwa saya urus sendiri dan setiap bulan saya melaporkan pajaknya sendiri.   Dia pun bertanya, kalau ada pekerjaan gimana?   Saya bilang, saya rekrut mahasiswa aja, nekat ya.   Dan dia pun menjawab: itu bukan nekat, itu berani, dunia ini milik para pemberani.   Ooooo, jadi selama ini, itu toh maksudnya dia menulis statu