No Hard Feelings?


Kata teman saya yang cenayang itu, saya tuh sudah di ujung.  Dia tidak pernah menerangkan apa maksudnya, dan sebaliknya saya pun tidak pernah mau menanyakannya.  Bukan apa-apa, tapi saya takut kalau dielaborasi ternyata saya sudah di penghujung usia.  Huhuhu….

Beberapa hari terakhir ini, kata-kata itu sungguh mengganggu saya.  Kenapa?  Karena secara berturut-turut, saya ketemu dengan orang yang sebenarnya paling tidak ingin saya temui.  Orang-orang yang menurut saya sudah amat sangat keterlaluan menyakiti saya, sehingga saya tidak mau mereka ada dalam kehidupan saya selanjutnya.  Saya sudah memaafkannya, tidak ada dendam, tapi saya tidak mau lagi mereka ada di sekeliling saya.  Terlalu berbahaya buat saya, mending jauh-jauh saja.

Namun, ternyata kenyataannya tidak seperti yang saya harapkan.  Beberapa hari terakhir ini, saya malah secara tidak sengaja bertemu dengan orang-orang yang masuk dalam kategori ini.  Semuanya sama urutan kejadiannya.  Mereka menyakiti saya dan saya menghindar.  Setelah beberapa saat sanggup menghindar, ada satu kejadian hampir bertemu namun saya sempat ngeles sehingga terhindar dari pertemuan, eh, tidak diduga, malah ketemu tanpa sengaja.  Dan untungnya, saya bisa tersenyum manis, bahkan cipika cipiki, dan menanyakan keadaannya, kabarnya, kesehatannya dengan sumringah.  Sampai-sampai teman-teman yang bersama dengan saya saat kejadian pun menanyakan, siapakah gerangan orang itu.  Ketika saya sebutkan namanya, semua heran, kok bisa sih lo sumringah, cipika cipiki?  Saya bilang: no hard feelings. Really?

Salah seorang mentor saya selalu bilang, saya harus menghadapi semua hal yang saya anggap horror.  Jadi, ketika saya tidak sengaja ketemu horror tadi, saya pun lapor pada beliau.  Dan beliau cuma bilang,  hadapi semuanya, kamu orang hebat.  Jadi terharu…..

Anyway, saya kembali merenung, apakah benar saya sudah memaafkan?  Kalau memang sudah, kenapa saya dipaksa untuk bertemu mereka lagi?  Untuk memberi kesempatan menghapus semuanya? Menghapus dendam, menghapus kekesalan, no hard feelings? 

Kejadian yang pertama untungnya saya sedang bersama para sahabat, sehingga tidak banyak bicara dengan orang horror itu, namun sore harinya saya menangis di mobil karena kejadian terkait si horror ini.  Untungnya, saya sedang dalam perjalanan ke arena trampoline, sehingga kesedihan, kekesalan, kemarahan, kekecewaan, semuanya sirna dengan melompat riang gembira bahagia….

Kejadian yang kedua, saya sedang sendirian.  Untungnya saya bisa tetap sumringah sampai hilang di pandangan orang horror kedua.  Yang terjadi, saya membeli kue-kue walaupun tidak lapar dan kemudian memakannya sambil menangis di mobil.  Saya memakan kue-kue sampai habis, sampai lupa menawari teman saya yang kemudian saya jemput.  Teman itu pun heran karena begitu menaiki mobil melihat saya sedang makan kue sambil menangis.  Hahaha….

Nah dengan kejadian-kejadian itu, saya pun jadi teringat kata-kata teman cenayang itu, bahwa saya sudah di ujung, sehingga saya harus bisa melepaskan semuanya, memaafkan.  Wah, saya pun makin deg-degan.

Kembali, saya pun menanyakan pada diri saya sendiri, no hard feelings?  God knows how I cry…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...