Sang Pemberani


Status teman saya sungguh menggelitik nurani saya:  Dunia ini milik para pemberani.  Saya akhirnya bisa mengerti maksudnya ketika beberapa waktu kemudian chat sama si penulis status, walaupun statusnya sudah berubah.  Kami terlibat chit chat masalah kegiatan saya sekarang.  Saya pun bercerita, bahwa tanpa saya sadari, setiap tahun saya membuat 2 usaha baru atau akuisisi perusahaan kecil.  Saya pun bercerita, ada perusahaan saya yang tidak ada pegawainya, isinya saya seorang diri, walaupun dibantu teman-teman.  Jadi untuk pantes-pantesnya, saya cantumkan lah nama saya sebagai pegawai, sehingga ke kantor pajak atau ketenagakerjaan ada pegawainya.  Saya juga cerita bahwa saya urus sendiri dan setiap bulan saya melaporkan pajaknya sendiri.  Dia pun bertanya, kalau ada pekerjaan gimana?  Saya bilang, saya rekrut mahasiswa aja, nekat ya.  Dan dia pun menjawab: itu bukan nekat, itu berani, dunia ini milik para pemberani.  Ooooo, jadi selama ini, itu toh maksudnya dia menulis status itu.

Saya pun jadi bangga, saya termasuk sang pemberani, bukan sang nekat, haha.  Karena ketika pernah mendatangi acara saya, seorang sahabat melihat saya pontang panting hanya berdua tandem saya, ditambah beberapa orang mahasiswa, sahabat saya bilang: lo nekat.  Nah sis, sekarang dirimu harus merubah pandangan itu, saya bukan nekat, saya pemberani.  Hahaha….

Memang nekat dan berani itu berbeda, memang beda tipis lah.  Dari arti katanya pun berbeda.  Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nekat adalah berkeras hati; terlalu berani dengan tidak berpikir panjang lagi.  Sementara berani adalah mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dll.

Dan hari ini saya pun bertemu sang pemberani.  Sahabat saya sang penulis, yang dulu dengan beraninya keluar dari zona nyaman, meninggalkan pekerjaannya di kantor gedung megah ber AC, kemudian mendirikan perusahaan sendiri yang jatuh bangun, sekarang melakukan hal yang menurut saya sangat berani.  Ya, hari ini dia akan memecat timnya dan hanya akan menyisakan satu orang saja.  Dia bilang, dia akan menghapus satu generasi pegawainya dan memulai semuanya dari baru.  Alasannya, ini bisnis saya, sudah tidak pada tempatnya saya mengalah terus, toleransi terus, cukup sudah drama di kantor saya.  I give up with them.  Fuih, saya pun ikut deg-degan dibuatnya.  Namun, saya sepenuhnya mendukungnya, karena benar yang dia bilang, ini bisnisnya dan dia berdarah-darah menjalankannya, mencari proyek, sementara pegawainya, fuih, senang riang bergembira, ga punya tanggung jawab, ga punya rasa memiliki sama sekali.  Enak saja....

Baiklah, saya mendukung penuh keputusanmu sis.  Saya pun ikut ke kantornya.  Namun, dia meminta saya untuk tidak ikut pada saat dia memecat satu per satu pegawainya.  Dia hanya ditemani koleganya yang memang membawahi kepegawaian.  Satu per satu pun terselesaikan dengan baik.  Saya hanya mendapatkan ceritanya saja.  Saya pun sudah tidak peduli lagi dengan apa dan mengapanya, yang menjadi pikiran saya, what’s next?  Apa yang akan kamu lakukan dan apa yang bisa saya bantu?  Sang sahabat pun menuturkan rencananya, bagaimana dia akan menghandel pekerjaan dalam masa transisi ini dan saya pun jadi tenang karena saya yakin dia akan dapat menghandel semuanya dengan baik.  Saya pikir memang benar, teman saya ini sang pemberani dan memang benar, dunia ini milik para pemberani, karena para pemberani inilah yang akan maju dalam bisnisnya.

Dedicated to my friend who has a brave heart….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...