Taxi Driver


Akhir-akhir ini, karena kesibukan saya makin meningkat, untuk efisiensi, saya sering naik taxi.  Nah, ternyata pengalaman naik taxi ini juga membuat saya banyak mendapatkan cerita, dan tentunya dapat mengambil pelajaran berharga dari setiap  cerita itu.  Kebetulan, saya memang senang mengajak ngobrol sang sopir taxi, jadi lah, banyak cerita yang saya dapatkan.

Ketika masa pemilihan umum, sopir taxi yang saya tumpangi bercerita, setiap penumpangnya iseng-iseng dia tanyakan, kira-kira akan memilih siapa.  Jawabannya pun beragam pastinya.  Saya pun kemudian menyeletuk, wah, artinya bapak bisa bikin survey kecil-kecilan, secara statistic, dari sekian penumpang bapak selama kurun waktu berapa lama, sekian persen memilih nomor 1, sekian persen memilih nomor 2.  Benar juga, kata sang sopir.  Hahaha, saya senang karena saya telah memberikan ide pada sang sopir agar berpikir kritis sembari menyetir.  Xixixi….

Ada lagi yang bercerita tentang kemacetan jalan yang makin menggila, atau sekedar ngobrol ngalor ngidul mengenai kejadian-kejadian terkini.  Ada pula yang sempat berdiskusi dengan saya mengenai kredit perbankan, gara-gara saya mengeluhkan pengenaan biaya yang ga jelas di salah satu kredit saya.  Akhirnya, kami terlibat pembicaraan seru tentang biaya-biaya bank yang sering dibebankan kepada nasabah tanpa penjelasan dan sang sopir pun tak hentinya berterima kasih pada saya karena saya membuka wawasannya bahwa sebagai nasabah kita berhak menanyakan setiap biaya yang dibebankan pada kita. 

Namun dari semua cerita yang saya peroleh sepanjang perjalanan menggunakan taxi, yang paling berkesan adalah ketika seorang sopir taxi bercerita, betapa saat ini sudah sulit mendapatkan penumpang, sejak bertumbuhannya pemesanan taxi secara online melalui handphone, atau penggunaan mobil pribadi untuk ditumpangi.  Sang sopir bercerita, di pool taxi dia saja, ratusan taxi kekurangan sopir, karena para sopir akhirnya beralih menjadi pengusaha sewa mobil dengan segala kemudahan transaksi melalui handphone.  Itu baru di pool dia saja, katanya.  Belum di pool-pool lainnya.  Dia pun mencontohkan, dulu sangat sulit mendapatkan taxi di jalan protokol ibukota ketika jam pulang kantor.  Sekarang, begitu mudahnya, begitu banyak taxi bersliweran.  Dia bilang lagi, coba lihat di mall-mall atau di hotel-hotel, begitu banyak taxi mengantri, bahkan sering taxi dilarang masuk oleh security, karena sudah menumpuk.  Padahal, dulu ketika masih belum ada saingan, di mall-mall tertentu, ketika siang dan sore hari, antrian calon penumpang taxi sampai mengular.  Saya pun jadi memperhatikan, benar juga.  Begitu gampangnya mendapatkan taxi sekarang ini.

Sang sopir pun kemudian melanjutkan, teman-temannya sukses bergabung dengan penyewaan mobil ini, bahkan temannya, mantan sopir taxi, yang sudah hengkang 2 tahun yang lalu dan menjalankan bisnisnya sendiri sudah punya 3 mobil.  Wuih….

Ketika saya menanyakan kenapa dia tidak mengikuti  jejak temannya, sang sopir menjawab bahwa dia belum punya modal.  Walaupun, dia bilang, kredit mobil sekarang lebih mudah, terutama kalau mobilnya akan disewakan.  Lebih jauh dia bercerita tentang strateginya.  Dia memilih untuk mengendarai mobil taxi keluaran terbaru walaupun tanpa radio yang menghubungkannya dengan kantor pusat.  Artinya, dia tidak mengharapkan order dari kantor pusat, toh sudah berkurang banyak katanya.  Dengan demikian, dia harus rajin keliling kota untuk mendapatkan penumpang.  Dia memilih berkeliling dibandingkan teman-teman lainnya yang akhirnya hanya nongkrong di taxi stand.  Benar-benar tangguh sang sopir ini.

Ya, memang perubahan ini, begitu semuanya lewat media internet, menjadi mengejutkan banyak pihak, terutama yang tidak siap.   Namun, di sisi lain, peluang jadi semakin terbuka, saya pun jadi tertarik mendaftarkan mobil saya untuk dibisniskan, secara saya butuh penghasilan tambahan kan.  Hihihi….

Akhirnya, saya memutuskan untuk lebih sering lagi menggunakan taxi, karena kasihan pada para supir taxi ini.  Walaupun saya sendiri terjun ke bisnis persewaan ini, biarlah, saya membagi rezeki kepada para supir taxi ini walaupun mungkin tidak seberapa.  Dan saya mendoakan para sopir taxi yang baik ini, agar mereka selalu dilimpahkan rezeki yang cukup.  Percayalah pak, rezeki sudah diatur dan tidak akan tertukar…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...