Mengurai Kepala


Mbak, dimana? Aku butuh mengurai kepala…… 

Sepotong pesan masuk di WA saya, dari seorang sahabat.  Wah, pasti dia sudah mumet banget, sehingga ingin curhat kepada saya.  Sayangnya, hari itu saya benar-benar padat, jadi terpaksa minta maaf dan menjadwalkan ketemu dia di hari berikutnya.

Mengurai kepala, hmmm….

Kalau dipikir-pikir, saya pun saat ini perlu mengurai kepala.  Semua yang ada di kepala, di otak, di benak, di pikiran, rasanya sudah kusut seperti benang kusus yang perlu diurai.  Kalau sampai bisa dipetakan, mind mapping kepala saya pasti rumit banget, very very complicated.  Pffff….

Bayangkan saja, semuanya muaranya adalah di kasus saya.  Karena dipaksa berkasus, saya jadi punya status yang tidak mengenakkan, dampaknya kemana-mana, pekerjaan, keluarga, semuanya……
Jadi, sebenarnya, simpul dari semua benang kusut saya, ya kasus itu.  Sejatinya, begitu kasus selesai, semuanya bisa mengurai dengan sendirinya.  Itu selalu yang jadi harapan saya, yang membuat saya dapat bertahan.

Namun sebenarnya, mengurai kepala bisa juga kita lakukan dengan menulis, menulis sebagai katarsis.  Namun memang kadang-kadang kita perlu ada tanggapan, ada diskusi, ada masukan.  Sementara, menulis hanya satu arah, hanya mencurahkan apa yang ada di pikiran, yang berkecamuk di kepala, tanpa ada masukan, apalagi alternatif solusi. Hmmmm…..

Baiklah, memang kita sering butuh sparring partner untuk mengurai kepala.  Tidak semua sahabat kita bisa jadi sparring partner, karena memang ini tergantung chemistrynya.  Jadi, kadang-kadang tempat kita mengurai kepala adalah orang-orang yang awalanya tidak kita duga.  Kadang-kadang kita menemukannya dengan tidak sengaja, ketika kita curhat, tiba-tiba menjadi merasa nyaman dengan apapun yang dia katakan.  Saya pun tadinya merasa yakin tentang seseorang yang saya anggap sparring partner saya, namun setelah bertahun-tahun, ternyata keyakinan saya berubah.  Orang tersebut sekarang tidak membuat saya nyaman lagi, karena saya merasa dirinya semakin tidak peduli dan hanya sepintas lalu mendengarkan uraian kepala saya, atau mungkin dia bosan ya.  Artinya, sekarang saya harus punya media lain untuk mengurai kepala saya atau mencari sparring partner yang lain.  Pikiran saya pun melayang kepada pesan WA sahabat saya itu, mungkin saya harus segera merealisasikan ketemu dirinya, jangan-jangan selain dia mengurai kepala pada saya, saya pun juga akan mengurai kepala saya pada dirinya.  Bukannya suatu hubungan memang harus balance, harus reciprocal?  Hihi….

Anyway, SOS, mayday...mayday.....saya juga butuh mengurai kepala!  Saya ingin juga bikin message: Dirimu dimana? Saya butuh mengurai kepala……

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Frankly Speaking

Gembolan

On your mark, get set...