Karena Hati Tak Selalu Riang


Kata orang-orang, saya adalah orang yang periang.  Tapi, sebagai manusia, saya juga kadang-kadang diserang sama Tak Riang.  Nah, kalau sudah begitu, saya pun jadi mellow, walaupun biasanya saya cukup pandai menutupinya.

Seperti hari ini, saya tetap berkegiatan sesuai jadwal.  Tetap menghadiri rapat, tetap maksi dengan teman lama dan sibuk berselfie di pedestrian.  Tapi, jauh di lubuk hati yang paling dalam, saya sedang tak riang.  Saya merasakannya dari malam sebelumnya.  Di tengah hujan yang berpetir dan guntur, saya merasa sedih, merasa sendirian, merasa putus asa.  Tepatnya, saya merasa iba pada diri sendiri.  Ga tau kenapa, tapi perasaan itu tiba-tiba saja timbul dan terus berdampak sampai keesokan harinya.

Kalau sedang tak riang, saya bahkan malas mengecek HP, mengecek email atau pesan yang masuk, bahkan malas menerima panggilan telepon.  Jadi, sebagai penjual online, sebenarnya berbahaya, bisa-bisa order lewat yang artinya rejeki lewat.  Untungnya, hari ini walaupun ada beberapa pesan yang lewat, semuanya order untuk hari-hari selanjutnya.

Penyebab tak riang ini pun tidak bisa saya identifikasi sehingga sulit untuk dipulihkan.  Mungkin hanya beberapa kejadian di beberapa hari sebelumnya yang kemudian bertumpuk dan akhirnya menimbulkan tak riang ini.  Atau seperti orang-orang tua dulu bilang, karena akan ada kejadian yang tidak baik beberapa hari ke depan.  Entahlah....

Saya tau, hal ini ga baik, karena saya terkesan sekali sama prinsip teman maksi saya itu, bahwa rejeki harus dijemput.  Lah, kalo saya lagi moody begini, bahkan rejeki yang datang pun tidak saya hiraukan, gimana kalo harus menjemput rejeki?  Mungkin saya harus mencontoh teman saya itu, tidak boleh Tak Riang sehingga mengabaikan rejeki.  Apalagi Tuhan begitu sayang pada saya, sehingga walaupun saya tidak hiraukan pesanan hari ini, namun tidak ada rejeki yang terlewat di tengah tak riang nya hati saya ini…..

Duh, gimana ya supaya hati selalu riang?  Jadi ingat moto majalah anak-anak Bobo, majalah masa kecil saya dulu:  Bobo dan keluarganya yang riang gembira.  Bisa ga ya saya jadi salah satu anggota keluarga Bobo, supaya bisa selalu riang gembira?  Hhhh.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...