Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Humility

Humility: a modest or low view of one’s own importance; humbleness Pagi tadi saya baru saja mengikuti ceramah dari mantan dosen saya.   Intinya adalah pencerahan diri, “menerima panggilan”.   Sungguh menggetarkan hati semua kata-kata yang diutarakan oleh sang dosen, tidak menggurui namun hanya memberi contoh. Sang dosen mengajak saya karena beliau ingin memberi contoh kasus tentang “menerima panggilan” ini.   Beliau bilang, buku yang saya tulis merupakan contoh nyata “menerima panggilan”.   Saya pun menolak keras.   Lah, saya aja pakai nama pena kok di buku itu, masak trus malah tampil?   Alasan saya, saya kasihan pada anak-anak saya, kalau sampai saya tampil sehingga banyak orang yang mengetahui bahwa saya sedang berkasus, bagaimana nanti kalau anak-anak saya dikata-katai teman-temannya. Sang dosen pun akhirnya setuju, sehingga ketika memberikan contoh, beliau cuma bilang, penulisnya tidak mau dikenal sehingga pakai nama pena.   Beliau kemudian mencuplik sedikit tentang buk

I Just Want You To Be Happy

Ketika teman-teman si sulung datang ke rumah dalam rangka merayakan ulang tahun si sulung yang ke 17, mereka bergiliran memberikan wish list buat si sulung.   Ketika mereka semuanya sudah make a wish, mereka minta saya untuk make a wish.   Saya pun bilang ke si sulung: I just want you to be happy…. Ya, hanya itu harapan saya untuk si sulung, saya ingin dia happy, karena bahagia itu adalah kunci segalanya.   Jadi, semua orang yang saya cintai, sayangi, saya harap mereka semua bahagia.   Sama pacar pun saya juga suka bilang begitu, bahkan sama mantan suami.   Dulu sebelum memutuskan untuk bercerai, suami saya bingung, katanya serasa diharuskan memilih antara ibunya dengan saya, bahkan dia sudah tidak pernah tertawa lagi.   Wah, benar-benar menderita dirinya.   Maka, untuk mengurangi penderitaannya, saya putuskan untuk bercerai, dan saya bilang: I just want you to be happy…. Ga tau deh, apa benar setelah bercerai, kemudian hidup mantan suami saya menjadi lebih baik, lebih bahagi

Parasit

Parasite: an organism that lives in or on another organism (its host) and benefits by deriving nutrients at the host's expense; a person who habitually relies on or exploits others and gives nothing in return Sungguh menyebalkan memang kalau dalam hidup kita banyak parasit yang menumpang hidup.   Kita yang sudah susah payah bekerja, mereka ikut menikmati.  Sebagaimana definisinya, orang itu tidak memberikan apapun sebagai gantinya.   Huh…. Sepertinya dari dulu sampai sekarang, dimanapun, pasti ada saja para parasit ini.   Dulu, ketika nenek masih hidup, kami terbiasa tinggal dengan banyak orang.   Begitu banyak orang yang menumpang di rumah kami, baik saudara maupun teman-teman dari paman.   Ada yang memang memberikan manfaat, atau memang benar-benar membantu, namun ada yang cuma makan tidur saja dengan cueknya.   Yah, merekalah para parasit itu. Waktu kecil, saya tidak terlalu pusing dengan orang-orang ini, karena saya senang-senang saja dengan banyaknya orang di ruma

Public Figure

Public figure:   a famous person who is often written about in newspapers and magazines or is often on television or the radio. Dulu saya kagum sekali pada para tokoh, public figure, ini.   Bahkan ketika saya menghadiri acara penghargaan siswa Kumon, selalu ada saja seorang ibu yang ditunjuk sebagai perwakilan para ibu dari siswa Kumon untuk memberikan semacam kesaksian bagaimana menjadi ibu dari seorang siswa Kumon.   Selalu yang tampil adalah public figure, ya pasti lah, hehe.   Saya suka membayangkan, kapan ya saya yang berbicara di panggung sana?   Hihihi…. Ya, dulu, saya ingin sekali jadi public figure, rasanya gimana gitu kalo ada yang kenal dengan diri kita dimana pun kita berada.   Sampai-sampai saya sempat berdebat, tidak habis pikir, dengan mantan boss saya.   Dia bilang, dia tidak suka dikenal, jadi dia lebih senang duduk sendirian sambil baca buku di tempat-tempat kelas atas, tempat-tempat yang happening.   Lah, saya debat lah dia, saya bilang, kalau ga suka dike

Because I Care

Ketika terjadi banyak ledakan dan penembakan di kota saya, di saat itu lah kita bisa melihat siapa yang peduli pada diri kita dan mana yang kita juga peduli.   Juga di sana terlihat betapa grup WA juga peduli pada para anggotanya, sehingga sharing pun terus-terusan layaknya laporan pandangan mata. WA group keluarga memang paling ramai, karena seorang paman memang bekerja di media, sehingga kami pun langsung dapat update.   Geng SMP saya pun yang perempuan semua langsung saling menasehati untuk tidak ke luar rumah dan malah menganjurkan saya segera pulang, karena kebetulan saya satu-satunya yang sedang beraktivitas di luar rumah.   Baiklah sis, terima kasih atas perhatiannya. Yang pasti memantau saya adalah ibu, ibu minta saya baca chatting di grup keluarga.   Don’t worry mom, saya jauh kok dari lokasi kejadian dan sekarang malah mau jemput anak saya di sekolah.   Para mantan ajudan langsung BBM saya dan menanyakan posisi saya, dan saya pun langsung lapor bahwa sawa OTW home.

Pelukan Ibu

Gambar
Ma, peluk aku dong supaya aku ga mimpi buruk, supaya mimpiku indah. Dulu, beberapa kali Adik bilang begitu ketika akan tidur.   Dan sekarang, tiba-tiba saya teringat akan kata-katanya itu.   Mungkin memang benar, pelukan ibu bisa mengusir mimpi buruk dan malahan menciptakan mimpi yang indah. Hmmm…. Saat saya diberhentikan tiba-tiba, saya tidak menangis di pelukan ibu, karena memang ibu tidak berada di sekitar saya.   Begitu pula ketika vonis dijatuhkan, saya juga tidak menangis.   Begitu pula ketika kemalangan terus menerus menimpa saya, saya tidak menangis kepada ibu.   Saya hanya bercerita dan paling meneteskan setitik dua titik air mata. Dulu saya selalu curhat sama ibu, apa pun yang menimpa saya.   Bahkan, saya pernah uring-uringan seharian karena ibu batal menginap di rumah saya.   Tadinya saya tidak sadar, sampai ketika ibu menginap, saya begitu happy dan itu rupanya diperhatikan oleh sahabat saya.   Sahabat saya bilang, oh, rupanya kamu uring-uringan karena ibumu t