Dawuh

Dawuh: (bahasa Jawa) perintah, amanah: sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain; keamanan; ketenteraman; dapat dipercaya (boleh dipercaya).

Kita tidak bisa menolak apabila sudah ditetapkan memegang dawuh, harus dijalani. Begitu teman saya berkata kepada seorang teman.  Saya yang ikut mendengarkan, hanya manggut-manggut saja, karena kalau saya selalu berpikir simpel saja, bahwa hidup sudah diatur.  Jadi memang bila garis tangannya begitu, ya pastinya harus dijalani.

Teman saya ada yang sangat percaya bahwa garis tangannya akan jadi Direktur, jadi dengan berbagai cara dia mencari jalan untuk menjadi seorang Direktur.  Sampai-sampai, maaf, sepertinya dia bisa gila.  Dan teman-teman saya yang lain menyalahkan saya karena saya pernah bercerita masalah garis tangan saya.   Dan cerita saya itu yang selalu dia jadikan referensi.

Teman yang lain malah lain lagi, dia sudah merasa tidak akan mendapatkan jabatan yang tadinya dia inginkan.  Karena waktu dia menginginkannya, justru ketika sudah selangkah lagi, dia digagalkan oleh bossnya. Jadi dia sekuat tenaga menguburkan impiannya dan tidak mau memikirkannya lagi.  Saya pun sempat memberi nasihat, bahwa mungkin memang jabatan itu tidak tepat untuknya atau mungkin berbahaya bagi dirinya.  Tidak dinyana, pemangku jabatan yang ditunjuk, yang notabene jadi atasan dia, meninggal secara mendadak.  Dan ternyata jabatan itu pun menjadi lowong.  Sembari menanti keputusan penggantinya, saya pun cuma menasihatinya, tenang saja, kalo memang itu ada di garis tanganmu, itu akan jadi milikmu, ini cuma masalah waktu saja.  Ingat, God's timing is perfect, cuma kita sebagai manusia yang tidak tahu kapan waktu yang tepat itu.

Hari ini saya tiba-tiba mendapat kunjungan dari bapak Presiden.  Sungguh surprise! Beliau pun berkeliling di tempat saya dan terlihat mencatat sesuatu di kertasnya.  Partner saya pun buru-buru menjelaskan tentang bisnis pelatihan kami dan pak Presiden pun memberikan arahan agar kami masuk ke suatu Kementerian yang beliau pandang memerlukan pelatihan kami.  Tak lama, pak Presiden pun permisi untuk ke kamar kecil dan terlihat kertas catatannya ditinggal.  Saya pun kepo dan membaca kertas itu.  Di baris pertama tertulis nama saya dan nomor HP saya, tapi nomor yang lama, yang sudah tidak saya pakai lagi.  Saya pun berniat akan memberitahu beliau nomor saya yang baru.  Belum sempat saya memberitahu, terdengar suara gonggongan anjing yang sangat keras.  Wah, alarm saya sudah berbunyi.  Ooooo, ternyata itu cuma mimpi! Huhuhu....

Ketika saya menceritakannya kepada teman-teman, mereka pun bilang, mungkin kamu harusnya jadi Menteri, secara sekarang kan lagi mau rehuffle kabinet gini, kamu sudah mau ditelpon sama Presiden, tapi nomornya salah sih, ga jadi deh.   Hahaha....

Dan kembali, saya jadi teringat masalah memegang dawuh, memegang amanah, artinya saya memang bukan pemegang dawuh menjadi Menteri. Qiqiqi......


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...