Bersiap untuk Pergi
Kalau kita akan pergi, tentunya kita perlu mempersiapkan
segala sesuatunya sebelum hari H, sehingga ketika hari itu tiba, kita sudah
siap dan tidak ada yang ketinggalan.
Saya ingat, saya selalu mempersiapkan dokumen perjalanan
jauh-jauh hari. Ngepak barang pun saya
lakukan beberapa hari sebelumnya.
Apalagi ketika anak-anak masih kecil.
Karena kalau ada yang ketinggalan, bisa berabe. Harusnya liburan menyenangkan malah jadi
susah. Waktu anak-anak masih kecil, saya
juga punya tas tangan yang saya bawa ke kabin pesawat, isinya standar, baju
ganti cadangan dan cemilan anak-anak. Pernah
suatu ketika, saya lupa bawa baju ganti untuk Adik dan ternyata benar, Adik
perlu diganti bajunya, terpaksa saya berbelanja di bandara. Duh, saat itu saya benar-benar kesal pada
diri sendiri, kok bisa sih lalai seperti itu.
Saya juga biasanya well prepared dengan membayar
tagihan-tagihan yang akan jatuh tempo pada saat saya bepergian, terutama
apabila saya bepergian agak lama.
Anyway, tiba-tiba terlintas di benak saya, itu kalau kita
memang pergi sesuai rencana. Bagaimana
apabila kepergian kita di luar rencana kita, bahkan di luar dugaan kita?
Nah, saya sendiri juga punya sebuah kopor yang saya siapkan
untuk jaga-jaga kalau suami saya mengusir saya dari rumah, huhuhu. Karena
pernah kejadian, saya jadi selalu siap.
Bahkan ada kopor lainnya yang berisi pakaian anak-anak, just in case,
saya bisa bawa anak-anak. Tentunya kopor-kopor
itu saya titipkan di orang-orang yang saya percaya. Ssstttt...
Itu contoh untuk bepergian yang memang di luar rencana, namun tidak di luar dugaan. Kan sudah pernah kejadian, jadi untuk antisipasi saja, saya juga sudah mempersiapkan segala sesuatunya.
Namun apabila tiba-tiba kita dipanggil Tuhan, kita kan ga
mungkin ya mempersiapkan segala sesuatunya.
Boro-boro pamit, bayar-bayar tagihan aja ga sempet. Huhuhu....
Beberapa hari terakhir ini saya amat sangat galau. Karena sudah terbayang di depan mata bahwa
saya harus pergi, walaupun belum pasti hari H nya, namun setiap saat saya harus
siap pergi. Ini semua karena kasus saya
yang sudah berjalan selama bertahun-tahun.
Saya sudah beberapa kali menyiapkan anak-anak supaya mereka bisa mandiri
sepeninggalan saya. Namun, karena sudah
terlalu lama mempersiapkannya, nampaknya mereka mulai lupa. Saya sendiri juga sudah menyiapkan sebuah
kopor yang bahkan beberapa obat dan kosmetik malah sudah kadaluarsa saking
lamanya. Tapi hari-hari terakhir ini saya merasa, bahwa waktunya semakin dekat,
sehingga saya ingin pamit dengan orang-orang dekat saya. Tapi saya juga takut dibilang mendahului,
duh...
Ternyata bersiap untuk pergi tidak selalu mudah,
apalagi kalau kepergian kita bukan untuk sesuatu yang menyenangkan. Entahlah.....
Komentar
Posting Komentar