Late Bloomer
Late bloomer: an adult
whose talent or genius in a particular field only appears later in life than is
normal – in some cases only in old age
Kata itu pertama kali saya dengar dari ibu. Waktu itu ibu bilang begitu, saya itu late
bloomer, saya pikir ibu hanya membesarkan hati saya. Tadinya saya pikir bahwa ini berkaitan dengan
penampilan fisik saya, bahwa saya akan menawan setelah menjadi dewasa, tetapi
ketika masa kecil sampai masa remaja saya tidak menarik, hhh.
Namun ternyata tidak, saya kembali menemukan kata itu
di ramalan saya. Ramalannya bilang: “You are usually a late bloomer. Your early and middle 30s tend to be years
spent in apprenticeship and slow development. During this period, you can
become frustrated with your progress, or the apparent lack of it. You need to
develop faith. You are a highly charged person with much to do, but you must
develop character and sound judgment before you begin to tap your true
potential. Just as a tree needs roots to grow tall, so, too, do you need to
develop depth of character in order to begin to expand in the ways you desire
and ultimately envision.
Kata ramalan itu, saya late bloomer, artinya kesuksesan saya
tertunda, di umur-umur yang sudah tidak muda lagi, baru saya akan memperoleh kesuksesan. Wah, betapa lamanya saya harus menunggunya?
Huhuhu...
Kembali ke penampilan fisik, saya juga mungkin late
bloomer. Saya dulu ga ada yang ngelirik,
sampai teman saya bilang, satu-satunya yang naksir saya di kelas adalah mantan suami
saya. Itu pun karena dipelet, buktinya begitu
kami bersekolah di Amrik, langsung cerai.
Kan katanya kalo pelet atau jampi-jampi itu akan luntur kalo dibawa nyebrang
lautan. Hahaha….
Jadi teman-teman saya pun sekarang heran, kenapa saya jadi populer,
banyak yang naksir. Yah, mungkin benar
bahwa saya termasuk late bloomer, dalam arti harfiah, telat berkembangnya. Ibarat bunga, kelamaan kuncupnya, jadi begitu
yang lain sudah layu, malah saya baru merekah.
Hahaha…..
Saya jadi ingat, dulu pernah mendiskusikan hal ini dengan pacar
saya, saya bilang apakah ia akan memilih pacar yang sekarang cantik tapi nanti tuanya
biasa saja, atau memilih yang sekarang biasa saja tapi nantinya akan menawan? Katanya, terlalu beresiko memilih yang
sekarang biasa saja, karena kita tidak tahu, kapan blooming nya. Haha…
Kakak juga saya lihat punya ciri-ciri late bloomer ini. Tapi dari sisi yang lain. Kakak tadinya kuper banget, ga punya temen di
SD sampai SMP. Tapi ketika SMA, malah punya
genk, hehe. Begitu mahasiswa, duh,
banyak banget kegiatannya, banyak banget temennya. Dulu suami saya sampai bilang, ayo dong Kak bergaul,
dulu bapak banyak temannya. Saya selalu membela
Kakak dan bilang, gapapa ga punya temen banyak, I just want you to be
happy. Ga harus jadi paling pinter atau
paling populer, just be yourself and be happy….
Adik yang berkebutuhan khusus pun sepertinya mengalami hal ini
juga. Ketika masih SD, nilainya
pas-pasan, tapi ketika ujian SD nilainya menjadi lebih baik. Dan yang saya ga habis nangis terharu, ketika
masuk SMP, Adik malah sering dapat nilai tertinggi di kelasnya. Teman-teman SD nya pun bingung, kok bisa? Yah, mungkin Adik memang termasuk late
bloomer, jadi baru berkembang sekarang.
Dan saya pun senang, karena Adik jadi kayak di film-film, dimana biasanya
jagoan itu menang belakangan. Hehehe….
Ya Adik, mungkin kamu emang kayak jagoan di film-film, kalah
dulu trus baru menang belakangan.
Pertahankan terus ya Dik….
Saya pun tak hentinya bersyukur, baik melihat perkembangan si
Kakak, maupun si Adik. Ibu bangga nak…..
Komentar
Posting Komentar