Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memang sangat unik.   Terlalu banyak bahasa daerah dan dialek yang ada, sehingga bahasa Indonesia menjadi sangat kaya.   Apalagi orang Indonesia terkenal sangat kreatif, jadi banyak juga kata-kata baru yang belum ada di kamus, tapi sudah dipergunakan secara luas.   Juga, ada bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia gaul, jadi memang begitu banyak variasi bahasa yang ada.   Jadi, kita harus pandai-pandai memahami kata demi kata yang digunakan, supaya dapat menangkap artinya, atau mempunyai persepsi yang sama dalam mengartikan kalimatnya. Ketika ditugaskan untuk membuat laporan penilaian properti dalam bahasa Inggris, banyak hal yang sulit sekali saya mengerti.   Begitu sulitnya menterjemahkan bahasa Indonesia, apalagi kalau terkait dengan bahan bangunan dan perlengkapan rumah, atau alat-alat rumah sakit, yang mana banyak merupakan terjemahan bebas dari Bahasa Belanda. Di satu sisi, bahasa Indonesia kadang-kadang terlalu panjang, misalnya ketika harus menterj

What do you do for a living?

Suatu saat, ketika saya menonton sirkus, saya melihat betapa pemain sirkus berakrobat dengan risiko tinggi, saya pun tidak bisa menahan kekaguman saya dan berciut: amazing, how they do for a living.   Ya, mereka bisa dibilang menyabung nyawa untuk mencari nafkah.   Saya membayangkan, mereka mulai berlatih sejak usia dini dengan kedisipilinan yang sangat tinggi.   Berbuat kesalahan sedikit saja, bisa kehilangan nyawa.   Begitu beratnya…. Namun, sebenarnya semua pekerjaan pasti ada risikonya.   Saya pun jadi senang memperhatikan bagaimana orang-orang bekerja dan bertahan untuk hidup. Saya sendiri sudah bekerja bertahun-tahun, mulai bekerja di pabrik, bank dan terakhir perusahaan jasa.   Di perusahaan terakhir, saya bertahan cukup lama, walaupun bisnis ini benar-benar dunia laki-laki. Begitu diberhentikan secara tiba-tiba, saya sempat tidak tahu mau berbuat apa.   What do I do for my living?   Sampai salah seorang petinggi sebuah perusahaan besar ikut duduk berdiskusi dengan s

Galau

ga·lau a, ber·ga·lau a sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran) - Kamus Besar Bahasa Indonesia. Saya senang memperhatikan orang-orang di sekeliling saya yang sedang galau.   Bermacam-macam penyebabnya, ada yang terkait dengan percintaan, ada yang terkait pekerjaan dan banyak lagi.     Kadang malah ada yang menulis status: “galau tingkat dewa”, padahal hanya masalah sepele, seperti harus memilih baju, hehehe.   Tapi begitulah, banyak hal, baik yang sepele sampai dengan yang sangat berat, dapat membuat orang galau. Teman saya merasa galau karena ada tawaran pekerjaan di tempat lain.   Dia bingung, karena sudah merasa nyaman di tempat yang sekarang, namun tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan hidup terus meningkat, jadi dia butuh pekerjaan yang gajinya lebih tinggi.   Teman lainnya selalu galau masalah uang, sepertinya tidak pernah cukup.   Saya hanya selalu mengingatkan agar dia bisa mengelola keuangannya dengan baik dan jangan lebih besar pasak da

Daddy's Girls

Gambar
Kami mempunyai 3 orang anak perempuan dan seorang anak laki-laki.   Ketiga anak perempuan saya jarak umurnya berdekatan, sehingga mereka selalu bersekolah di sekolah yang sama, sampai dengan sekolah menengah atas.   Setelah berkuliah, mereka mengikuti minatnya masing-masing.   Dua anak pertama memiliki minat yang sama, namun yang ketiga memilih bidang yang berbeda. Mempunyai 3 anak perempuan tidak mudah, karena kadang mereka suka bertengkar, namun di saat lain malah sangat kompak dan saling membela, tepatnya melawan kepada orang tua. Saat suami masih ada, segala permasalahan anak-anak bisa kami diskusikan, walaupun saya sering berbeda pendapat dengan suami, karena suami memang lebih sayang pada anak-anak perempuannya, sementara saya lebih dekat kepada anak laki-laki semata wayang.   Ketiga anak perempuan kami memang dekat dengan ayahnya, sehingga saya menyebut mereka Daddy’s Girl.   Suami saya memang sangat memperhatikan gadis-gadis kecilnya.   Bahkan ketika mereka semua su

Little Sister

Gambar
Ayah mempunyai 3 orang anak perempuan.   Saya dan 2 orang adik perempuan.   Adik perempuan pertama saya mempunyai minat yang sama dengan saya, namun adik kedua mempunyai minat yang berbeda.   Sebelum menikah, saya dan adik pertama cukup kompak, namun setelah menikah, kami justru sering berselisih paham.   Namun, pada akhirnya kami tetap saling bantu membantu. Adik kedua tidak terlalu saya ambil pusing, karena dia punya kehidupan sendiri.   Malahan menurut saya, dia punya gen yang berbeda, karena mempunyai jalan hidup yang berbeda. Dari sisi pendidikan saja dia sudah mengambil jurusan yang berbeda, kemudian bekerja di bidang yang berbeda.   Sepertinya cara berpikirnya berbeda dengan kami.   Namun, di sisi lain, adik kedua ini justru sangat praktis dan boleh dikatakan, jadi trendsetter di antara kami bertiga.   Contoh kecil, apabila akan ada acara keluarga, adik tidak pernah pusing masalah dress code.   Biasanya saya malah akan bertanya padanya, mau pakai baju apa?   Baru say

Gender

Gambar
Saya selalu merasa beruntung menjadi wanita, kenapa? Karena wanita sering dianggap lemah, sehingga laki-laki cenderung mengalah pada wanita.   Mereka malu kalau harus berkelahi dengan wanita. Ya, saya sering berkecimpung di dunia laki-laki, ternyata menjadi wanita mempunyai nilai tambah sendiri.   Saya sendiri tidak pernah merasa masalah apabila saya dianggap lemah, karena saya bukan wanita ambisius yang ingin mengalahkan kaum laki-laki.   Saya wanita mandiri, tapi mandiri tidak harus kemudian harus selalu nampak kuat kan.   Sekali-kali terlihat lemah kan tidak masalah.   Saya selalu mengambil positifnya dan tentunya mempertimbangkan manfaatnya. Ketika berkuliah, kami hanya beberapa gelintir wanita di antara puluhan laki-laki.   Jadi, pasti banyak teman yang rela membantu kami apabila kami kesulitan.   Malah selalu diatur, apabila harus membuat kelompok praktikum, wanitanya cukup satu.   Nah, jadilah kami para wanita ini “ratu” di tengah mahasiswa lainnya dalam kelompok.   P

Morning Quotes

Saya mengikuti beberapa grup chatting untuk mendapatkan info terkini, walaupun saya jarang sekali bersuara.   Namun ada satu orang anggota yang begitu konsisten menuliskan kata-kata mutiaranya setiap pagi sambil menyapa semua anggota grup.   Kadang ada beberapa anggota yang menyahuti, tapi jujur saja, saya malah belum pernah menyahutinya.   Namun, saya selalu membaca kata-kata mutiaranya, karena sangat bagus dan sangat mengena di hati saya, sehingga menurut saya,   layak untuk di share ke orang-orang lainnya.   Sungguh teman saya ini telah banyak berbagi untuk orang-orang lainnya, Beberapa quotesnya adalah: “Your hardest times often lead to the greatest moments of your life.   Keep the faith.   It will all be worth it in the end.”   Kalimat ini cukup menyentuh saya, karena saya merasa saat ini saya berada di titik terendah dalam hidup saya.   Baiklah kawan, saya harus bertahan sampai akhir. “Be thankful of everybody in your life, good and bad, past and present.   They all

Pergi

Gambar
Dulu ketika masih kecil, setiap telepon bordering tengah malam atau subuh, pasti berita duka cita, pasti ada yang meninggal.   Jadi, suka deg-degan kalau telepon bordering di tengah malam.     Saya jadi suka berpikir, kenapa ya orang meninggal seringnya malam hari? Di saat orang-orang sedang tidur? Ibu mertua saya pun begitu.   Setelah koma beberapa hari, ibu mertua sempat sadar dan menitipkan beberapa hal.   Nah, ketika ipar-ipar perempuan yang menunggui kami beristirahat ke hotel terdekat, tidak lama ibu mertua pergi.   Ya, ibu mertua pergi ketika tidak ditunggui seorangpun, di tengah malam. Namun, ketika ayah pergi, beliau pergi siang hari, sekitar pukul 11 siang, tapi ada satu hal yang cukup menarik, ayah pergi ketika semua orang sedang sibuk, tidak ada yang memperhatikan.   Saya ingat, hari itu harusnya ayah akan dibawa ibu ke rumah sakit, namun ada saja hambatannya.   Ayah seperti menunda-nunda.   Saat itu, ayah sudah tidak mampu berjalan, sehingga hanya bisa duduk di

Humble

Saya tidak tau kenapa banyak teman saya bilang saya humble, seperti teman Taiwan saya waktu kami berkuliah di Amerika, begitu juga dengan beberapa rekan kerja saya, serta teman-teman lainnya. Namun di sisi lain, boss saya memberhentikan saya karena dia bilang, saya harus humble.   Lho, bukankah humble itu memang melekat pada sifat atau kepribadian seseorang, bukan pada jabatannya? Saya menilai, boss saya itu tidak paham dengan apa yang dikatakannya, asbun saja.   Dan yang terpenting, dia tidak kenal saya sama sekali.   Tapi biarlah, dia tidak penting lagi buat saya, sejak dia memberhentikan saya, dia bukan boss saya lagi. Berbicara tentang humble, saya jadi memperhatikan orang-orang terkenal yang menurut saya humble.   Humble di orang-orang terkenal bisa genuine, bisa pula palsu.   Yang palsu biasa disebut pencitraan.   Banyak sekali pejabat di negeri ini yang pencitraan saja kerjanya dan rakyat pun terkagum-kagum.   Kasihan.   Namun, saya bukan ingin membahas mereka yang mem

Sorority

Gambar
Sorority (from the Latin word ‘soror”; meaning sister) is a sisterhood. Di Amerika banyak sekali perkumpulan perempuan undergraduate student yang disebut sorority.   Biasanya anggotanya harus membayar untuk dapat bergabung.   Yang saya sukai dari mereka   adalah loyalitasnya, kekompakannya.   Mereka rela berkorban untuk anggotanya, sungguh sangat setia kawan. Nah, dalam konteks berbeda, tanpa membayar, saya terbiasa punya teman-teman perempuan yang sangat setia kawan.   Baik ketika masih sekolah, maupun setelah memasuki dunia pekerjaan. Di sekolah dasar, saya punya beberapa teman perempuan yang cukup loyal, bahkan masih berteman sampai saat ini.   Begitu juga di sekolah menengah.   Di tempat bekerja juga seperti itu, walaupun kami sudah berganti tempat bekerja, persahabatan tetap terjalin.   Satu hal yang saya dapatkan, kami saling permisif, saling membenarkan minimal dapat mengerti apapun yang dilakukan sahabat kami.   Kami tidak pernah saling men judge.   Saling menginga

On the other hand

Gambar
I overheard a conversation between my friend and her son, discussing about her Instagram account.   The mother said: I don’t like this picture, this flower arrangement is not okay, but to my surprise, many people give “like” to it.   Then the son replied: on the other hand, which one do you like the most?   She pointed another picture.   Then the son said: how many people like it?   The mother mumbled: only one, the other are my friends, because I asked them to do so. Amazing, I was stunned with that conversation.   Yes, we sometimes did not realize that the thing we like the most is different with others taste.   We always think that other people will have the same feeling with ours.   Children are usually like to ask: what if…?   They always say: on the other hand, on the contrary, etc.   My youngest son always asks those questions.   I think they are wise; they always try to see both sides of the story.   Maybe we should learn from children. Sometimes we just overconfident t