Little Sister


Ayah mempunyai 3 orang anak perempuan.  Saya dan 2 orang adik perempuan.  Adik perempuan pertama saya mempunyai minat yang sama dengan saya, namun adik kedua mempunyai minat yang berbeda.  Sebelum menikah, saya dan adik pertama cukup kompak, namun setelah menikah, kami justru sering berselisih paham.  Namun, pada akhirnya kami tetap saling bantu membantu.

Adik kedua tidak terlalu saya ambil pusing, karena dia punya kehidupan sendiri.  Malahan menurut saya, dia punya gen yang berbeda, karena mempunyai jalan hidup yang berbeda.
Dari sisi pendidikan saja dia sudah mengambil jurusan yang berbeda, kemudian bekerja di bidang yang berbeda.  Sepertinya cara berpikirnya berbeda dengan kami. 

Namun, di sisi lain, adik kedua ini justru sangat praktis dan boleh dikatakan, jadi trendsetter di antara kami bertiga.  Contoh kecil, apabila akan ada acara keluarga, adik tidak pernah pusing masalah dress code.  Biasanya saya malah akan bertanya padanya, mau pakai baju apa?  Baru saya menyesuaikan, supaya senada dan kemudian saya memberi tahu ibu dan adik pertama untuk menyesuaikan.  Adik kedua memang tidak punya banyak pakaian seperti kami, jadi kami pikir, lebih baik kami yang menyesuaikan.

Yang sangat berkesan adalah karena keisengannya menulis surat ke seorang Menteri.  Hal ini terkait dengan penugasan kami agar adik mengelola peternakan ayam milik almarhum ayah kami, sepeninggal ayah.  Rupanya, adik kesal karena harga pakan ternak terus naik, karena harga jagung dan kedelai impor yang terus meningkat.  Akhirnya, adik mengirimkan surat ke Menteri dan menyatakan bahwa Menteri sebaiknya melihat di lapangan, melihat peternakan kecil seperti milik kami, bagaimana kami kesulitan, megap-megap untuk terus menjalankan usaha.  Adik hanya mengirimkan surat tersebut melalui kantor pos, jadi tidak diantar dengan khusus.  Tak dinyana, Menteri berniat mengunjungi peternakan kami.  Maka, hebohlah kami semua!

Beberapa hari sebelum kunjungan Menteri, ajudan dan staf-stafnya mengunjungi peternakan, membuat manajer kami bingung.  Adik ditelpon dan sedang berada di luar kota.  Masalah malah timbul, karena dengan adanya kunjungan Menteri, peternakan kami malah didatangi banyak instansi, diperiksa, dimintai dana, dan yang lebih membuat hiruk pikuk, karena seorang Menteri akan datang ke pelosok desa, para pejabat pemerintah sampai level provinsi pun merasa berkepentingan untuk hadir.  Dan, semua beban konsumsi menjadi tanggung jawab kami.  Sang manajer pun protes keras pada adik.  Kami pun akhirnya memutuskan untuk membatalkan kunjungan tersebut.

Mulailah kami memutar otak, bagaimana caranya membatalkannya, dan seperti biasa, adik dengan cuek membuat surat kembali kepada Menteri dan minta kunjungan dibatalkan, sebagai gantinya adik minta audiensi saja.  Audiensi pun dikabulkan, namun diarahkan ke eselon 1 yang menangani. 
Saya pun segera mencari tahu siapa pejabatnya, dan untunglah ternyata beliau adalah kakak kelas saya.  Jadilah kami berdua menghadap pak Dirjen. 

Kami pun menghadap dan adik menyampaikan uneg-unegnya.  Sang pejabat pun siap menampung dan menjelaskan panjang lebar permasalahannya.  Saat itu, boss adik di tempat bekerjanya pun ikut, karena cukup kagum pada adik yang bisa “hampir” mendatangkan Menteri hanya dengan surat via pos.

Setelah kami selesai menghadap, adik saya omeli habis-habisan, karena adik telah melakukan hal yang kurang dipikir masak-masak.  Namun, sebenarnya, dalam hati saya kagum, sama seperti bossnya, bagaimana mungkin, surat yang diposkan dari “nobody” bisa menggugah seorang Menteri untuk berkunjung?  Sungguh langka! Dari sekian banyak surat yang masuk, bisa-bisanya surat adik mendapatkan perhatian sang Menteri.  Saya pun sudah membaca surat yang adik buat, menurut saya, isinya biasa saja.  Namun, mungkin, karena surat tersebut ditulis dengan hati, sang Menteri pun jadi tergugah hatinya.  Entahlah….

Pelajaran yang saya dapatkan dari adik adalah: “just follow your heart”.  Ya, adik selalu melakukan sesuatu mengikuti kata hatinya.  Seperti kejadian ini, adik kesal pada kondisi yang dihadapinya, sehingga dia merasa perlu menulis surat pada Menteri dan itulah yang dia lakukan.  Apapun itu, niat adik sungguh mulia, ingin memperjuangkan agar peternakan ayah, juga para peternakan kecil lainnya, tetap dapat berjalan, karena merupakan periuk nasi para pegawai kami.

Berkaca dari pengalaman itu, saya sangat yakin, bahwa adik dapat melalui masalah yang sangat berat yang sedang dia alami saat ini.  Just follow your heart, sis….

I love you little sister….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...