Gender


Saya selalu merasa beruntung menjadi wanita, kenapa? Karena wanita sering dianggap lemah, sehingga laki-laki cenderung mengalah pada wanita.  Mereka malu kalau harus berkelahi dengan wanita.

Ya, saya sering berkecimpung di dunia laki-laki, ternyata menjadi wanita mempunyai nilai tambah sendiri.  Saya sendiri tidak pernah merasa masalah apabila saya dianggap lemah, karena saya bukan wanita ambisius yang ingin mengalahkan kaum laki-laki.  Saya wanita mandiri, tapi mandiri tidak harus kemudian harus selalu nampak kuat kan.  Sekali-kali terlihat lemah kan tidak masalah.  Saya selalu mengambil positifnya dan tentunya mempertimbangkan manfaatnya.

Ketika berkuliah, kami hanya beberapa gelintir wanita di antara puluhan laki-laki.  Jadi, pasti banyak teman yang rela membantu kami apabila kami kesulitan.  Malah selalu diatur, apabila harus membuat kelompok praktikum, wanitanya cukup satu.  Nah, jadilah kami para wanita ini “ratu” di tengah mahasiswa lainnya dalam kelompok.  Pernah suatu kali, saya melakukan kesalahan pada saat praktikum, teman-teman sekelompok saya yang semuanya laki-laki rela berkorban untuk dihukum secara kelompok.  Sungguh membuat saya terharu.

Keistimewaan ini kembali saya dapatkan ketika memasuki dunia bekerja.  Sebelum memasuki masa pelatihan, kami dilatih kedisiplinan di tempat latihan tentara.  Nah, ada saja rekan trainee yang dengan senang hati membantu kami yang wanita-wanita ini.  Mulai dari membantu membawakan barang saya, sampai membantu pasang badan kalau saya melakukan kesalahan dan harus dihukum.  Begitu pula ketika kami harus masuk asrama dan saya sangat tidak betah, ada saja yang membantu saya agar bisa pulang ke rumah.  Sungguh teman-teman saya sangat baik.

Ketika memasuki dunia kerja, ada saja rekan kerja laki-laki yang siap sedia membantu saya.  Bahkan ketika di puncak karir saya, setiap klien saya pasti sangat terkesan apabila saya yang melakukan presentasi kepada mereka.  Setiap saya diperkenalkan, banyak yang kaget, karena mereka tidak menyangka ada wanita di dunia bisnis seperti saya dan menjadi pimpinannya pula.  Padahal, ini yang sering menjadi strategi dari kami, salah seorang sahabat saya selalu bilang, sebaiknya kamu yang presentasi, wanita kalau salah-salah sedikit dimaafkan.  Hahaha, memang kadang-kadang bapak-bapak pejabat itu lebih toleran, lebih bisa memaklumi kalau saya tidak terlalu dapat menjelaskan atau ada kesalahan dalam presentasi saya.  Namun, tentu saja, saya selalu mempersiapkan diri dengan baik, biar bagaimana, saya tidak mau mempermalukan diri sendiri, perusahaan saya dan anak buah saya.  Ya, saya harus selalu tampil baik, karena saya membawa nama perusahaan, sehingga saya harus selalu well prepared. 

Namun sebenarnya, saya juga punya beban berat, karena beberapa kolega bilang, karena saya satu-satunya wanita, maka saya yang terpilih jadi pimpinan.  Hal itu tidak pernah membuat saya tersinggung, bahkan menjadi bahan olok-olok kami.  Dalam hati saya hanya bilang, saya akan buktikan bahwa saya memang pantas jadi pimpinan.  Namun di kemudian hari saya baru tahu, hasil test saya memang yang terbaik, jadi saya memang pantas.

Namun tetap saja, bekerja di dunia laki-laki kadang sering menimbulkan salah paham.  Pernah suatu ketika saya dan rombongan tiba di perusahaan klien, saya satu-satunya wanita di dalam rombongan dan di pihak klien juga ada seorang wanita.  Sebagai tuan rumah, pimpinan memperkenalkan satu persatu rombongannya dan kemudian mempersilahkan anak buah saya untuk memperkenalkan rombongannya.  Ketika anak buah saya memperkenalkan saya, sang tuan rumah menjadi malu, karena telah salah menyangka bahwa anak buah saya lah pimpinannya.  Ketika ramah tamah, sang pimpinan bilang, dia menyagka saya adalah sekretaris pimpinan, sama jabatannya seperti wanita yang ikut di pihak klien.  Saya tidak pernah merasa tersinggung, namun cukup merasa miris, ternyata wanita masih sering dipandang remeh.  Biarlah, saya yakin banyak wanita yang berprestasi dan dapat membuktikan bahwa mereka memang tidak kalah dari laki-laki.

Di kemudian hari, saya memetik manfaat dari strategi yang kami lakukan, yaitu seringnya saya tampil melakukan presentasi di klien membuat saya ditawarkan pekerjaan di perusahaan-perusahaan yang pernah menjadi klien kami, karena mereka bilang, mereka tidak pernah lupa saya, seorang wanita yang memegang jabatan strategis di dunia laki-laki dan punya karakter yang kuat dan kompetensi.

Saya jadi mengambil kesimpulan, ternyata seorang wanita akan lebih diperhatikan dan terus menimbulkan kesan apabila melengkapi dirinya dengan karakter dan kompetensi.
Sekali lagi, saya merasa beruntung jadi seorang wanita….

Character contributes to beauty.  It fortifies to a woman as her youth fades. A mode of conduct, a standard of courage, discipline, fortitude, and integrity can do a great deal to make a woman beautiful.  Jacqueline Bisset

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...