Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Call People by Their Names

Pernahkah kamu memperhatikan nama yang tertera di dada seorang pelayan restoran, atau nama di meja seorang customer service?   Kadang-kadang kita tidak terlalu memperhatikan kan, sehingga hanya memanggil dengan mbak, mas, pak, bu.   Namun ternyata, kalau kita perhatikan, mereka lebih senang dipanggil namanya, sehingga akan timbul respek mereka terhadap diri kita.   Coba deh…. Dulu saya suka memperhatikan kolega saya yang kalau makan di resto pasti membaca nama pelayannya yang tertempel di dada.   Dulu saya suka risih, karena kesannya kok kolega saya kecentilan banget gitu, soalnya memang gayanya genit, hehehe.   Namun, sekarang saya jadi mengikuti kebiasaan itu, menyapa seseorang yang melayani kita dengan namanya, baik yang tertera di dada maupun di meja. Sebenarnya ada restoran-restoran yang memang Standard Operating Procedure (SOP) nya mengharuskan sang pelayannya menyebutkan namanya.   Namun jujur saja, dulu saya pun tidak memperhatikannya, sehingga sering hanya menyebut mba

Tahanan Kota

Kalau ibu tidak bisa ikut berlibur ke luar kota, kalian tetap berangkat ya, sayang tiket dan hotelnya, biar tiket ibu saja yang hangus, tapi yang lain ga dan kalian tetap bisa liburan. Itu kata-kata saya pada suatu hari di hari libur ketika saya dan anak-anak pergi ke luar kota.  Si sulung sempat protes, katanya ngapain sih saya ngomong begitu, merusak suasana saja, karena si kecil langsung khawatir, nervous.  Keesokan harinya, peristiwa yang tidak akan pernah saya lupakan pun terjadi: saya ditetapkan jadi tahanan kota! Saya pun benar-benar tidak bisa pergi liburan, pembicaraan kemarin seperti firasat saja.  Saya pun hanya bisa mengantar anak-anak sampai bandara.  Untungnya, semua sudah saya persiapkan matang-matang, pengaturan penjemputan, penyewaan mobil selama mereka di sana sampai nanti pengantaran mereka ke bandara untuk pulang.  Anak-anak pun terlihat tegar, walaupun awalnya sempat ragu meninggalkan saya dan saya tahu si bungsu sedih setiap mengingat saya selama liburan itu.

Being a Mom

Gambar
Saya bolak-balik telpon ke sopir saya, pegawai sekolah dan wali kelas, hanya karena mencari Adik yang tidak ketahuan di mana.   Bayangkan, Adik yang masih SD itu, tidak ada di sekolahnya.   Mana, sekolah Adik sangat ketat, murid tidak boleh bawa HP, jadi kalau sudah kejadian seperti ini, Adik tidak bisa saya hubungi.   Saya sih ga panik, cuma was was sedikit saja.   Saat itu, saya sedang berkendara menuju resto untuk makan siang bersama teman sebangku saya waktu SD dulu.   Teman sebangku saya pun nyeletuk: inget ga, waktu kita kelas 3 SD, kita suka janjian nobar, atau pulang sekolah langsung main ke rumah si anu, atau belanja ke butik?   Saya pun jadi tertawa-tawa dan menimpalinya:   Nah, mungkin kayak gini ya perasaan ibu saya waktu itu, ketika anaknya hilang, hahaha….. Saya pun jadi sedikit tenang.   Saya minta sang sopir mengecek ke rumah temannya, dan benar saja, Adik ada di sana.   Benar kata pepatah, buah jatuhnya ga jauh dari pohon.   Qiqiqi….. Sembari makan siang pun,

Di Situ Kadang Saya Merasa Sedih

Gambar
By Mirma Fadjarwati Malik Hari ini akan benar-benar jadi hari yang melelahkan buat saya.   Rencana saya, dari pagi saya akan duduk manis di kantor pajak, kemudian membantu mengambil pesanan barang di toko, sembari makan siang lebih awal, early lunch, kemudian mengantarkannya ke tempat pengepakan.   Siangnya saya harus meeting dengan seorang petinggi perusahaan untuk membicarakan proyek besar, kemudian mampir ke kantor baru seorang teman untuk mensurvey apakah cocok untuk digunakan sebagai tempat pelatihan dan malamnya saya berjanji pada ibu untuk menemani beliau bertemu dengan orang-orang yang akan membantu pengurusan tanah Ayah. Fuih, teman saya saja yang cuma mendengarkan rencana saya itu bilang, dengernya aja cape.   Kalau saya berpikir, wuih ambisius sekali, secara jalanan pasti macet. Diawali dengan pagi hari dimana jalanan tidak terlalu macet dan saya hanya duduk manis di kantor pajak kurang dari setengah jam, membuat saya amat sangat optimis bahwa semuanya akan berja

Distracted

Gambar
Distracted: unable to think about or pay attention to something; unable to concentrate. Kami baru saja membicarakan salah seorang teman kami yang gampang sekali teralihkan fokusnya, misalnya dia sedang membicarakan sesuatu, ketika ada teman yang iseng menanyakan sesuatu, dia akan beralih pembicaraannya, ganti topik.   Begitu ada yang nanya yang lain, dia akan distracted, ganti topik lagi.   Kami pun mentertawakannya. Keesokan harinya, salah seorang teman saya yang kemarin ikut membicarakan masalah distracted akhirnya curhat, bahwa dia sendiri ternyata gampang teralih.   Dia bilang, rencana mau mengerjakan sesuatu, yang ada malah ngerjain yang lain dulu.   Dia pun bilang, wah, kita kemarin ngomongin si anu, ternyata sekarang saya baru menyadari bahwa saya pun gampang distracted.   Apa mungkin karena faktor usia ya?   Mungkin juga.   Kami pun tertawa berderai-derai. Saya pun diam-diam mikir, bagaimana dengan saya ya? Benar saja, keesokan harinya, saya ngopi dan ngeteh

Terror

Gambar
Terror:   a very strong feeling of fear; something that causes very strong feelings of fear; something that is terrifying; violence that is committed by a person, group, or government in order to frighten people and achieve a political goal; informal: a person, especially a child, who causes trouble or annoyance. Kalau orang jahat sama saya, pasti dia celaka, contohnya mantan boss saya, mantan kolega saya, anak buah saya, bla bla bla…. Orang itu terus menerus bercerita, betapa saktinya dirinya, betapa dia adalah orang yang dizalimi.   Saya sudah sering sekali mendengarnya.   Biasanya, di akhir cerita, dia pasti akan mengancam saya.   Nah, benar saja kan, dia kemudian bilang, makanya mbak, kalau kamu jahat sama saya, kamu pasti celaka.   Jadi, saya selalu bilang kalau kamu lagi jahat, seperti kemarin ketika saya minta tolong, mbak malah marah-marah, jahat bener sih? Duh, saya langsung ilfil   Apa benar sih saya sejahat itu? Orang saya malah merasa sebaliknya, dia yang jah