Abandon


Abandon: verb:  to ​leave a ​place, thing, or ​person, usually forever;  to ​stop doing an ​activity before you have ​finished it: abandon yourself to something › to ​allow yourself to be ​controlledcompletely by a ​feeling or way of ​living.

Suatu hari saya mengunjungi sebuah rumah singgah, ternyata sebenarnya ini adalah panti rehabilitasi.  Ga penting sebenarnya, apa namanya, apa sebutannya, satu hal yang saya pelajari hari itu adalah masalah orang-orang yang terbuang, atau malahan sengaja dibuang oleh keluarganya.  So sad…..

Pengurus tempat itu bercerita, ada orang yang sudah belasan tahun tinggal di situ dan tidak pernah dikunjungi sekalipun oleh sanak keluarganya atau teman-temannya.  Keluarganya hanya mengirimkan biaya melalui transfer.  Itu masih mending.  Ada orang yang bahkan tidak dibayarkan lagi biayanya, sehingga pengurus mengandalkan subsidi silang atau sumbangan. 

Mendengar cerita itu, saya merasa jadi lebay.  Kok saya sempat-sempatnya terpikir untuk menulis tentang Oubliette (a dungeon with a door in the ceiling; a place you put people to forget about them), tempat di mana kita dibuang di semacam lorong bawah tanah , dimana kita dilupakan.  Kok bisa-bisanya saya merasa, saya dibuang dan sengaja dilupakan?  Hah, lebay!

Melihat orang-orang di sana, saya jadi merasa, saya tidak dibuang, saya masih dikelilingi keluarga saya, kerabat dan teman-teman, walaupun mayoritas teman lama hilang, tapi teman-teman baru bertumbuhan. Ini yang harus saya syukuri.

Kembali ke masalah abandon ini, beberapa saat yang lalu, saya mendapatkan panggilan telepon dari seseorang kenalan saya yang kebetulan sedang dapat musibah dan terpaksa masuk penjara.  Saya sering berempati pada dirinya, karena saya mencoba menempatkan diri saya apabila saya yang kena musibah seperti itu, bagaimana rasanya kalau saya menelpon seseorang dan dicuekin.  Saya pun selalu coba menerima panggilannya.  Suatu saat, saya menerima panggilannya di depan aparat penegak hukum dan yang ada saya malah dinasehati, kata sang aparat, mulai sekarang, jangan menerima panggilan dari sana, karena belum tentu aman bagi kamu.  Kamu kan sedang di ujung tanduk, saatnya memikirkan diri sendiri.  Begitu juga ketika saya sedang berbincang dengan teman saya yang memang membantu mengurus kasus saya, ketika telepon itu berdering, teman saya protes, dia bilang, saatnya selamatkan diri sendiri, ga usah mikir yang lain.  Dengan sedih pun saya membiarkan telepon saya berdering-dering.  Membiarkan orang itu menjadi abandon.  Maafkan saya….

Dalam hidup, kadangkala kita memang harus memilih untuk meninggalkan, walaupun dengan berat hati, apa boleh buat harus dibuang, dilupakan.  Sekali lagi, maafkan saya…..

Have gratitude to those who stuck by you not for those who abandon you – Tess Calamino

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...