Arrogance




Arrogance: an insulting way of thinking or behaving that comes from believing that you are better, smarter, or more important than other people.


Baru-baru ini saya baca berita, ada seseorang yang ditangkap karena mengancam seorang penjaga toko dengan menodongkan pistol airsoft gun nya.  Sang penjaga toko pun segera melaporkannya ke polisi, dan polisi pun segera memanggil orang itu dan kemudian menahannya.  Penyebab masalah itu pun hanya sepele, gara-gara bonus yang dijanjikan tidak tersedia.  Yang saya tidak habis pikir, orang itu saya kenal, walaupun tidak pernah bertemu, namun cukup sering saya dengar namanya karena membantu perusahaan saya dulu.  Duh, hanya karena masalah sepele, karir orang itu, yang tadinya saya dengar sangat moncer, bisa dibilang rising star di tempatnya bekerja, namun sekarang malah jadi ditahan polisi.  Sedih sekali saya mendengarnya.

Kalau mengingat-ingat kejadian terkait todong menodong pistol, saya jadi ingat betapa dulu seorang teman sekantor saya datang malam-malam ke rumah saya dengan muka pucat.  Dengan terengah-engah dia menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya.  Dia baru saja dari rumah boss nya, awalnya hanya ingin bersilaturahmi, namun kejadian sesudahnya sungguh di luar dugaannya.  Sang boss keluar sambil membawa pistol dan kemudian ditodongkan ke kepalanya.  Sang boss marah-marah karena teman saya ternyata bercerita kepada pacarnya tentang kedekatan sang boss dengan salah seorang karyawati.  Lah, teman saya sebenarnya tidak punya maksud apa-apa, namun tidak disangka ceritanya itu telah menyebabkan pertengkaran antara sang boss dan pacarnya, sehingga sang boss marah besar kepada teman saya.  Teman saya pun kabur dari rumah sang boss dan segera menuju rumah saya untuk curhat.  Saya pun sempat bingung harus berbuat apa, masalahnya, itu boss, hehehe.  Untungnya, akhirnya mereka bisa berdamai.  Kalau sekarang saya pikir-pikir, untung teman saya tidak lapor polisi, kalau tidak, sang boss pasti sudah ditahan karena ke-arogan-annya itu.

Saya sendiri pernah mengalami hal yang sama, ketika saya ditugasi mengurusi teman-teman sekantor.  Ada orang-orang yang merasa saya rugikan dengan adanya kebijakan baru yang dikeluarkan perusahaan, sehingga kenyamanan mereka selama ini menjadi terganggu.  Saya pun jadi musuh bersama dari salah satu unit yang saya usulkan untuk dibubarkan saja karena sudah seperti mafia saja, hihihi.  Nah, salah satu pegawai di unit itu pun mendatangi saya di ruangan, dia minta berbicara empat mata.  Pembukaannya sungguh seram, dia bilang, dia anak tentara, dia anggota perkumpulan olah raga menembak dan dia sekarang perlu izin untuk perpanjangan pistolnya.  Sambil berbicara, dia meletakkan suatu benda yang ditutupi topi, di atas meja saya.  Asumsinya sih pasti pistol ya.  Namun, saya cuek saja, saya tanyakan, maunya apa.  Oh, ternyata dia hanya ingin saya menawarkan pensiun dini kepada dirinya.  Saya pun bilang, akan saya lakukan.  Dia pun kemudian mengambil kembali barang yang ditutupi topi di meja saya dan malah berulang kali bilang terima kasih.  Aneh. Masak hanya untuk minta ditawarkan pensiun dini pakai mengancam segala?  Untungnya, waktu itu belum trend melaporkan ke polisi, kalau sudah trend, mungkin saya pasti ikut-ikutan melapor, hihihi.

Anyway, saya jadi berpikir, sebegitu pentingnyakah kita bersikap arogan sampai harus menodongkan pistol?  Apa perlunya?  Harusnya kita semua berpikir jernih, berpikir lebih tenang, berpikir masak-masak, dengan kepala dingin, sebelum melakukan apapun, apalagi melakukan hal-hal semacam menodongkan pistol.  Dengan kejadian penahanan orang yang menodongkan pistol di toko itu, mudah-mudahan orang-orang lain yang short tempered belajar dan kapok tentunya.  Ga ada gunanya berbuat arogan seperti itu, apalagi hanya untuk persoalan yang sepele.


Knowledge makes people humble.  Arrogance makes people ignorant – Boonaa Mohammed   
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...