Being a Mom
Saya bolak-balik telpon ke sopir saya, pegawai sekolah dan wali kelas, hanya karena mencari Adik yang tidak ketahuan di mana. Bayangkan, Adik yang masih SD itu, tidak ada di sekolahnya. Mana, sekolah Adik sangat ketat, murid tidak boleh bawa HP, jadi kalau sudah kejadian seperti ini, Adik tidak bisa saya hubungi. Saya sih ga panik, cuma was was sedikit saja. Saat itu, saya sedang berkendara menuju resto untuk makan siang bersama teman sebangku saya waktu SD dulu. Teman sebangku saya pun nyeletuk: inget ga, waktu kita kelas 3 SD, kita suka janjian nobar, atau pulang sekolah langsung main ke rumah si anu, atau belanja ke butik? Saya pun jadi tertawa-tawa dan menimpalinya: Nah, mungkin kayak gini ya perasaan ibu saya waktu itu, ketika anaknya hilang, hahaha…..
Saya pun jadi sedikit tenang. Saya minta sang sopir mengecek ke rumah
temannya, dan benar saja, Adik ada di sana.
Benar kata pepatah, buah jatuhnya ga jauh dari pohon. Qiqiqi…..
Sembari makan siang pun, dengan bertambahnya peserta ngobrol
yang perempuan semua, jadilah kami nostalgia ke masa sekolah dulu, terutama
waktu SD dan SMP. Bagaimana dulu kami
juga seenaknya aja pergi dari sekolah tanpa pesan, tanpa mengontak ibu di
rumah. Sampai teman saya cerita, ibunya
pernah ngambek dan mengunci pintu kamarnya, supaya dia tidak bisa masuk,
gara-gara sang teman pulang sekolah langsung main ke rumah teman tanpa
pemberitahuan dan pulang maghrib.
Kemudian dia pun malah bercerita tentang anak perempuannya, dia bilang,
dia berhenti khawatir kalau anak perempuannya sedang pergi, karena katanya,
memang sama anak perempuan biasanya ibu suka friksi, suka tidak cocok. Jadi, dia memutuskan untuk berhenti khawatir, agar bisa lebih tenang hidupnya.
Untungnya, anak saya laki-laki semua, jadi memang jarang ada
konflik antara saya dengan anak-anak saya.
Kebetulan, saya orangnya juga tidak mudah khawatir, tidak mudah panik. Jadi, kalau si sulung belum pulang sampai
maghrib pun saya akan tenang-tenang saja.
Karena saya pikir, anak laki kok.
Dulu ibu saya juga tidak terlalu khawatir dengan adik laki-laki saya,
bahkan ketika dia kabur dari rumah, ibu hanya menelepon tante dan ternyata
benar, adik ada di sana. Jadi, saya
pikir, memang wajar kalau anak laki-laki pergi.
Prinsip saya, don’t worry, didoain aja supaya selamat.
Anyway, ternyata tidak mudah menjadi seorang ibu. Dulu, ketika kami kecil, kami suka ngomongin
para ibu, suka sebel sama mereka. Nah,
ketika sekarang menjalaninya, ternyata memang ga mudah, dan mungkin, di luar
sana, anak-anak kami lagi ngomongin ibunya.
Hahaha….
Being a mother is learning
about strengths you didn’t know you had, and dealing with fears you didn’t know
existed – Linda Wooten
Being a mother is an attitude,
not a biological relation – Robert A. Heinlein
Komentar
Posting Komentar