Jaim


Jaim (ja-im) adalah singkatan dari kata jaga-image yang merupakan suatu perilaku untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya dengan mengharapkan orang lain menganggap subjek sebagai seseorang yang memiliki kepribadian yang tenang, dan berwibawa. Jaim seringkali bukan merupakan perilaku yang sebenarnya, dalam arti yang positif jaim lebih dimaksudkan pada sikap untuk menjaga perilaku agar tetap tenang dalam menghadapi situasi yang sulit.

Saya ga tau, apa saya masuk kategori beruntung atau malah sebaliknya.  Karena sudah beberapa kali kerabat saya menjadi pejabat yang cukup berpengaruh.  Tapi, yang ada, saya selalu dimarahi, karena dianggap membawa nama buruk bagi mereka.  Duh…..

Mereka selalu minta saya bersikap jaim, karena masih terkait persaudaraan dengan mereka.
Peristiwa pertama, ketika kasus hukum tanah milik almarhum ayah saya.  Saya yang harus pasang badan, sempat dapat masalah cukup pelik.  Pada saat itu kakak ipar saya sedang menjadi pejabat Negara, sehingga ajudannya turun tangan untuk menyelamatkan saya.  Keesokan harinya, ketika saya mengucapkan terima kasih, dia pun menasehati saya panjang lebar dan bilang, makanya kamu jangan macam-macam.  Lho, saya kan ga macam-macam, saya hanya membela orang tua saya. dia pun bilang lagi, ya orang tua kamu juga jangan macam-macam.  Saya speechless…..

Saya langsung ngetwit:  minta tolong hanya pada Allah….

Tak lama, suaminya pun menelepon saya, berusaha menghibur saya, katanya, kita memang harus membela orang tua, walaupun orang tua kita penjahat.  Lho, saya lebih speechless lagi, orang tua saya bukan penjahat kok!

Tapi sudahlah, ga ada gunanya mau protes juga….

Kejadian kedua, ketika saya sendiri yang dijerumuskan oleh lawan politik saya.  Kali ini kakak ipar yang lainnya, ketika itu dia juga sedang menjadi pejabat yang cukup tinggi.   Dia pun ngomelin saya, dia bilang, jangan main-main dengan yang seperti itu.  Lho, saya kan ga main-main, saya didorong, dijerumusin, dijorokin.  Huhuhu…

Sedih memang, bukannya dibela, malah yang ada dimarahin.  Ya sudahlah…

Memang beda nasib saya sekarang sama dulu.  Dulu, kalau saya selalu menutup-nutupi soal kakek saya, ayah malah marah, ayah pasti bilang, kenapa kamu malu?  Kakek kamu kan ga salah, kamu harusnya bangga.  Nah, kalau sekarang, saya malah dimarahin, padahal saya juga selalu menutup-nutupi siapa keluarga saya, apalagi kalau ada yang jadi pejabat, saya ga mau ngaku-ngaku.  Kenapa?  Karena saya ingin dinilai dan dihargai karena diri saya sendiri.  Cie…

Yah begitulah, at the end of the day, saya ga mau jaim, toh kita harus jadi diri kita sendiri…..

“Be who you are and say what you feel, because those who mind don't matter, and those who matter don't mind.” ― Bernard M. Baruch

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...