Scar
Dulu pernah ada cerita terkait Scar yang sangat menyentuh
tentang seorang anak yang malu karena ibunya punya scar di mukanya, namun
ternyata bekas luka itu karena menyelamatkan anaknya di tengah kobaran api
ketika anaknya masih bayi. Sejak
mendengar cerita itu, saya jadi setuju bahwa setiap scar, setiap bekas luka
pasti punya cerita di baliknya, entah itu cerita tentang mengapa terjadi luka,
sampai peristiwa penting sekitar kejadian luka itu.
Saya sendiri mempunyai bekas luka di lutut. Saya selalu ingat kejadiannya. Waktu masih balita, saya sering dititipkan
oleh ortu di rumah nenek. Di rumah nenek
ada kandang ayam. Saya senang sekali
pergi diam-diam ke sana, karena ingin melihat-lihat anak ayam yang imut-imut
itu. Nenek sudah seringkali melarang,
karena kandangnya terbuat dari kawat, takutnya ada kawat yang lepas dan melukai
saya. Benar saja, suatu kali saya
tergores ujung kawat, darahpun bercucuran, saya pun menangis sejadi-jadinya. Sejak saat itu, saya kapok main ke kandang
ayam. Sampai sekarang bekas luka itu ada
dan tetap meninggalkan kenangan di hati saya setiap melihatnya.
Teman saya juga punya bekas luka di lengan, katanya, ini
waktu tabrakan dan hampir mati. Jadi setiap
lihat luka itu, dia ingat dia pernah hampir mati. Hehe.
Teman-teman yang lain juga punya bekas luka dan cerita di
baliknya. Ada cerita yang lucu, sedih,
marah dan gembira. Tidak melulu cerita sedih. Teman saya punya luka kecil di tangannya,
ternyata itu hanya akibat bercanda dengan teman sebangkunya saat di sekolah
dasar, walaupun kalau dipikir, sadis juga becandanya sampai ada luka kecil,
hehe. Tidak ada kemarahan di sana,
karena mereka memang hanya becanda.
Justru katanya, ini menjadi pengingat persahabatan mereka yang
berlangsung sampai sekarang, bertahun-tahun.
Saya pun jadi memandangi bekas luka saya yang belum sembuh,
karena baru saja selesai di operasi.
Saya jadi teringat cerita yang terkait dengan luka ini. Karena pada saat terjadinya luka ini, terjadi
peristiwa penting dalam hidup saya, sebuah pembelajaran hidup yang sangat
penting.
Ya, ketika akan menjalani operasi ini, karena kondisi dan
status saya, saya mencari operasi gratisan di luar kota, sehingga saya
memerlukan izin bepergian. Nah, saat itu
lah, saya minta mantan-mantan kolega saya untuk membantu pengurusan
izinnya. Ternyata 2 minggu berlalu tidak
ada kabar. Padahal, operasi kan tidak
bisa ditunda lagi. Akhirnya saya
memberanikan diri untuk bertanya dan jawabannya seragam, disangka ga perlu,
kayaknya miskomunikasi nih. Saya heran,
bagaimana bisa miskomunikasi kalau komunikasi pun ga ada, tidak ada yang
mengkontak saya. Duh, benar-benar
terlalu, saya sampai menangis ketika menyadari, ini bukan masalah
miskomunikasi, ini hanya masalah kepedulian.
Tidak ada yang peduli.
Teman-teman yang saya pikir peduli, yang saya pikir true friends,
ternyata tidak punya hati. Ya sudahlah,
benar kata sahabat saya, ini bukan masalah miskomunikasi, just, no one care
about you….
Baiklah….
Terima kasih Tuhan, telah membukakan mata saya tentang
kepedulian dan selalu mengingatkan saya dengan bekas luka ini bahwa saya tidak
boleh selalu bergantung pada orang lain, karena tidak semua orang peduli…..
Komentar
Posting Komentar