Katarsis


Katarsis atau catharsis, (dari bahasa Yunani: κάθαρσις) pertama kali diungkapkan oleh para filsuf Yunani, yang merujuk pada upaya "pembersihan" atau "penyucian" diri, pembaruan rohani dan pelepasan diri dari ketegangan. Istilah ini digunakan antara lain oleh:
  1. "Penyucian" yang dihasilkan pada para pemirsa dalam sebuah pentasan sandiwara, menurut Aristoteles
  2. Metode psikologi (psikoterapi) yang menghilangkan beban mental seseorang dengan menghilangkan ingatan traumatisnya dengan membiarkannya menceritakan semuanya (JS Badudu, hlm 175).
  3. Kelegaan jiwa, ketika seorang penulis berhasil merapungkan tulisannya (Wibisono, hlm 204).
Kata katarsis pertama kali saya dengar dari teman saya sang penulis.  Dia meng-encourage saya untuk mulai menulis.  Menulis tentang apa saja, tentang semua pengalaman hidup saya.  Menurut dia, pengalaman hidup saya menarik, sehingga layak untuk di-sharing,

Saya sedikit ragu, pertama, saya belum pernah menulis, pernah mencoba ikut lomba cerber aja kalah, malah yang ada, dapat masalah karena dianggap cerita itu benar, haha.  Jadi, saya sedikit trauma kalau harus menulis lagi.  Kalau menulis pidato, pengarahan, artikel di bulletin kantor sih Ok ok aja, apalagi kalo disuruh tulis laporan atau membuat visi, misi, strategi perusahaan, atau surat menyurat dan business writing lainnya.  Itu mah memang kompetensi saya.  Tapi, kalo disuruh menuangkan pengalaman hidup, isi hati, curhat, ntar dulu….

Selain ga bakat, saya takut sekali orang tau siapa saya, secara saat ini saya masih dirundung kasus yang tidak selesai-selesai.  Apa kata orang?  Saya suka terpikir, gimana anak-anak saya, ibu saya, kalau semakin banyak orang yang tau tentang saya.

Namun akhirnya saya memberanikan diri membuat blog, tepat setahun  yang lalu….

Saya pikir, kalo blog mah suka-suka saya, karena itu memang tempat katarsis saya.  Terserah orang mau bilang apa, mau men-judge saya apa, toh saya hanya ingin melepaskan seluruh uneg-uneg saya, sekalian tentunya sharing kepada orang lain, mana tau berguna….

Akhirnya, kegiatan menulis blog ini memang benar menjadi katarsis bagi saya, menyalurkan apa yang saya rasakan dan saya pikirkan, mengurai kebingungan dan segala pertanyaan yang berseliweran dan tersimpan di kepala….

Dan setelah berjalan beberapa bulan, sang sahabat pun menerbitkannya menjadi buku, dan beberapa tanggapan pun berdatangan, dari yang memberi masukan atas kekurangan-kekurangan, sampai yang berkomentar bahwa saya ga cengeng dalam menjalani masa-masa sulit saya, bahkan ada yang menilai bahwa saya menyikapi permasalahan saya dengan cerdas, ehm ehm….

Seorang mantan pejabat, yang dulu pernah menyarankan agar saya jadi penulis, pun berkomentar, mungkin menulis bisa jadi karier kedua saya, hmmmm……

Seorang sahabat pun berkata, dengan buku ini, kamu tidak usah menjelaskan siapa dirimu, bagaimana posisimu dalam kasus ini, karena semuanya sudah jelas, buku ini menjelaskan semuanya.  Saya pikir, benar juga, ternyata saya tidak usah berbusa-busa menjelaskan bahwa saya tidak bersalah, silakan orang membaca buku tersebut dan meyimpulkan sendiri.  Dan hal itulah yang sekarang kerap saya lakukan, terutama untuk orang-orang yang baru saya kenal.  Daripada susah-susah menjelaskan siapa diri saya, status saya saat ini, serta permasalahan kasus saya, lebih baik saya kasih saja buku itu, sekalian promosi, hehe….

Yah, sang teman penulis memang benar, menulis ternyata meringankan beban saya.  Mudah-mudahan yang disampaikan teman-teman memang benar, saya ga cengeng, saya cerdas dalam menyikapinya dan mungkin juga, ini karir saya kedua. Dan tentunya, dengan akhirnya diterbitkannya buku itu oleh sahabat penulis saya, mudah-mudahan  royaltinya tetap mengalir ke anak cucu saya.  Amin….


Tragedy, then, is an imitation of an action that is serious and complete, and which has some greatness about it. It imitates in words with pleasant accompaniments, each type belonging separately to the different parts of the work. It imitates people performing actions and does not rely on narration. It achieves, through pity and fear, the catharsis of these sorts of feelings. - Aristotle in Poetics.


Dedicated to all friend who have read the book and given inputs, thank you all.....

Special thanks to www.arkea.id, who made the book more interesting and more enjoyable to read.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...