Sang Pembangkang



Sulit juga kalau di rumah atau di sekolah ada anak yang seneng banget membantah guru atau ortunya.  Dibilangin kayak apa pun, pasti dilawan.  Memang benar-benar sang pembangkang....

Ketika bersekolah dulu, ada saja teman sekelas yang senang membantah.  Ada saja sang pembangkang di setiap lingkungan yang saya masuki.  Tapi kalau dipikir-pikir, saya sendiri termasuk dalam kategori sang pembangkang, mulai dari kecil sampai kemudian bekerja, sampai akhirnya dipecat karena pembangkangan.  Hahaha.

Saya mulai jadi pembangkang ketika duduk di sekolah dasar, ketika saya mempunyai adik sehingga saya tidak menjadi anak bungsu lagi.  Sepertinya saya mulai merasa ada saingan, merasa kurang kasih sayang dan perhatian ortu, jadi saya caper dengan cara membangkang.  Ckckck....

Di sekolah dasar saya membangkang dan diancam tidak boleh ikut ujian, begitu juga di SMP.  Mulai di SMA dan selanjutnya, saya agak kalem.  Kalau diingat-ingat, saya sungguh rebellion saat itu, hihihi....

Ketika masuk di dunia pekerjaan, saya pun sering membangkang, saya membangkang ketika harus mengikuti pendidikan militer selama 2 minggu sebelum masuk jadi trainee.  Yang paling epic adalah ketika saya membangkang pada atasan saya ketika ada rencana pemegang saham untuk merombak perusahaan.  Dan saya pun terpental, hahaha...

Ketika saya punya perusahaan sendiri, para pegawai saya yang kebanyakan generasi millennials ini ternyata para pembangkang, rebellion.  Dinasihati malah mukanya kenceng.  Panas banget rasanya.  Tapi sekarang, kalau membayangkan mereka, saya jadi tersenyum-senyum sendiri, karena ingat kelakuan saya dahulu.

Satu pelajaran yang saya dapatkan dari pembangkangan saya sepanjang hidup saya adalah bagaimana orang tua saya, guru saya atau atasan saya menangani saya.  Mereka selalu merangkul saya, menanyakan apa masalah saya, mengajak diskusi untuk mencari jalan keluar.  Intinya, mereka selalu positif terhadap saya, sehingga segala pembangkangan saya tidak berdampak negatif.  Kecuali atasan saya yang terakhir, yang akhirnya menggunakan tangan pemegang saham untuk memecat saya.  Kapok kah saya?  Ga tuh....

Walaupun hidup yang saya jalani setelah itu lebih berat, tapi sepertinya sifat pembangkang saya sulit untuk dihilangkan, apalagi kalau sudah hal-hal yang prinsip.  Namun dengan segala perjalanan hidup saya, sekarang saya lebih elegan dan santun dalam membangkang.

Anyway, saya sangat prihatin melihat kondisi sekitar saya saat ini, ketika ada orang-orang yang tidak sepaham, langsung di cap sebagai pembangkang.  Dan cara penanganan para pembangkang ini sungguh menyedihkan, bukannya mereka dipanggil atau dirangkul, malahan dihindari, dicuekin dan ditakut-takuti.  Sungguh miris hati saya.....
 

It doesn't take a majority to make a rebellion; it takes only a few determined leaders and a sound case - H. L. Mencken
The thing worse than rebellion is the thing that causes the rebellion - Frederick Douglass   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Frankly Speaking

Gembolan

On your mark, get set...