Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Protes

Gambar
Kalau saya pikir-pikir, saya memang orang yang senang protes apabila diperlakukan tidak benar, apalagi terkait dengan jual beli.   Beberapa kali saya bahkan melayangkan surat protes dan menulisnya di koran.   Ternyata, menulis di koran termasuk cara paling ampuh untuk mendapatkan perhatian dari penjual ataupun penyedia jasa.   Karena dengan masuk di koran, dan tentunya dibaca oleh jutaam pembaca di seluruh negeri, citra perusahaan bisa jadi buruk.   Anehnya, beberapa kali saya mengirim surat ke koran, surat keluhan saya itu dimuat.   Banyak   yang bertanya, kok bisa, apa rahasianya?   Saya juga tidak tahu, di antara ribuan surat keluhan, kenapa surat saya yang dipilih untuk dimuat. Kejadian pertama ketika saya ditugaskan kantor untuk mengikuti pelatihan di luar kota.   Semua akomodasi kami sudah diatur oleh kantor melalui suatu biro perjalanan.   Kami mengikuti pelatihan selama dua minggu.   Ternyata pelatihan dipercepat dan kami dan teman-teman lainnya bermaksud pindah hotel ke

Bete

Bete: BT: Bored Totally Saya benar-benar bête.   Sudah 2 tahun ini saya luntang-lantung karena didera kasus yang sangat menyebalkan.   Mana orang-orang yang harusnya bertanggung jawab, malah ongkang-ongkang kaki dengan arogannya, seakan-akan itu bukan urusannya.   Di sisi lain, saya sering sekali mendengarkan sepak terjang mereka yang memang bikin panas hati, bikin mangkel. Suatu hari, di tengah-tengah chatting dengan seorang sahabat, saya mengomentari kelakuan orang-orang tidak bertanggung jawab itu.   Sungguh mengejutkan, sahabat saya bilang, kenapa sih kamu ga bisa move on dari kantormu yang dulu?   Emang kamu siapa? Kok masih ikut-ikutan komentar? Saya merasa ditampar.   Ya, apa urusan saya?   Ngapain saya urus orang lain?   Ngapain saya urus hal yang tidak penting buat saya? Benar, saya harus move on.   Masuki dunia lain, temukan tantangan lain.   Hal ini mungkin dapat membuat hidup saya lebih semangat.   Daripada hanya memikirkan kasus dan orang-orang yang tida

Akuisisi

akuisisi /aku·i·si·si/ n 1 perolehan; pemerolehan ; 2 masukan (tt data komputer); 3 pemindahan kepemilikan perusahaan atau aset (dl industri perbankan terjadi apabila pembelian saham di atas 50%); pengambilalihan kepemilikan perusahaan atau aset; 4 Ek cara memperbesar perusahaan dng cara memiliki perusahaan lain. Beberapa hari terakhir ini, sahabat saya agak galau.   Perusahaan yang dia buat, akan diakuisisi.   Sebenarnya tidak begitu tepat kalau dibilang di akuisisi, namun pada kenyataannya, memang hampir mirip dengan akuisisi. Bayangkan, bagaimana “baby” nya itu yang dia lahirkan dan besarkan, tau-tau mau diakuisisi.   Sepertinya banyak keraguan, pertanyaan yang berseliweran di benaknya.   Bagaimana kalau begini, bagaimana kalau begitu? Saya pun berusaha untuk ber empati padanya.   Saya juga jadi membayangkan, bagaimana kalau bisnis saya yang saya rintis dari nol, tiba-tiba diakuisisi orang, atau dimasuki orang yang mungkin pikirannya hanya bisnis semata, tidak

Passion

Gambar
Passion: a strong feeling of enthusiasm or excitement for something or about doing something Waktu boss bilang, bekerja itu harus dengan passion, saya masih belum ngerti.   Saya cari-cari apa artinya, oooo, saya bisa mengerti sekarang. Sebenarnya, saya merasa, saya bekerja dengan passion.   Karena motto saya dalam bekerja: Choose a job you love, and you will never have to work a day in your life! Nah, karena saya bekerja dengan passion, saya selalu merasa, pekerjaan saya memang pilihan saya, sehingga saya tidak merasakan itu jadi beban. Kalau kata beberapa kolega saya, saya memang selalu bekerja dengan passion.   Benarkah? Dulu saya memang bekerja dengan passion.  Karena dulu, itu satu-satunya pekerjaan saya dan setelah belasan tahun, saya menjadi sangat mencintai perusahaan itu, sehingga apapun tugas yang saya emban, saya melakukannya dengan passion.  Saya juga kerap menganjurkan teman-teman saya bekerja dengan hati, bekerja dengan passion. Ketika saya diber

Failed

Gambar
Failed: (of an undertaking or a relationship) not achieving its end or not lasting; unsuccessful; (of a person) unsuccessful in a particular activity, especially not good enough to make a living by it; (of a business) unable to continue due to financial difficulties; (of a mechanism) not functioning properly; broken-down. Saya menonton wawancara seorang tokoh yang sangat pandai.   Nah, di salah satu segmen, sahabatnya ditanya, apa tokoh ini pernah curhat?   Jawabannya, ya, tokoh ini kan selalu dapat nilai sempurna, jadi dia sempat bilang ingin sekali dapat nilai jelek, supaya tau gimana rasanya failed. Saya jadi ingat, adik saya pun pernah berkata seperti itu kepada gurunya ketika di sekolah dasar.   Kalau adik saya, alasannya berbeda.   Dia tidak mau jadi juara kelas, karena katanya, dia tidak mau selalu harus jadi contoh, jadi role model.   Benar juga ya, kalau kita juara kelas, pasti kita selalu dijadikan contoh oleh guru. Di sisi lain, kami bersaudara sering menjadi jua

Angel

Gambar
Angel:   1.   a spiritual being superior to humans in power and intelligence; especially :   one in the lowest rank in the celestial hierarchy 2. an attendant spirit or guardian 3. a usually white-robed winged figure of human form in fine art 4. messenger , harbinger < angel of death> 5. a person like an angel (as in looks or behavior) 6. Christian Science :   inspiration from God 7.  one (as a backer of a theatrical venture) who aids or supports with money or influence Sudah dua orang yang bilang saya angel.   Saya benar-benar terharu mendengarnya.   Mata berkaca-kaca, tapi di sisi lain hidung kembang kempis karena bangga.   Hati pun rasanya berbunga-bunga mendengarnya.   Bayangkan, saya yang sedang terpuruk ini, yang sedang dijauhi banyak orang, justru disebut sebagai angel?   Ga salah? Saya sempat berpikir, ketika dulu saya di atas, malah saya tidak ingat, apa ada yang bilang saya angel.   Kalaupun ada, mungkin dulu hanya lip service, hanya ingin m