Underdog
Underdog: a person, team, etc., that is expected to lose a contest or battle; a less powerful person or thing that struggles against a more powerful person or thing (such as a corporation)
Saya sering dianggap underdog di lingkungan saya. Mulai dari keluarga, saya selalu dianggap
underdog, dibandingkan dengan kakak-kakak perempuan saya, mungkin karena saya
adalah anak perempuan paling kecil.
Dalam hal apapun saya dianggap tidak mampu, kurang pandai, dan selalu
perlu ditolong, kebetulan, saya memang anak perempuan yang clumsy, sehingga
tergolong sering melakukan kesalahan dibanding kakak-kakak. Tapi saya tidak sedih dengan hal tersebut,
karena saya malah jadi merasa lebih dimanja.
Begitu pula di sekolah, saya sering dipandang sebelah mata,
selalu dianggap underdog. Tak apa, saya
memang tidak suka jadi pusat perhatian.
Yang penting, saya mengerjakan semua tugas dengan baik dan nilai saya ga
jelek-jelek amat.
Begitu masuk dunia pekerjaan, kembali saya jadi
underdog. Di antara beberapa karyawan
baru, saya selalu dianggap paling tidak mampu.
Sering jadi bahan ledekan maupun tertawaan para senior saya. Saya pun orang yang memang selalu ceria,
jadi, daripada sakit hati, mendingan ikut tertawa. Ikut mentertawakan diri sendiri. Dan ini selalu membuat saya survive.
Bahkan ketika karir mulai menanjak, di antara teman-teman
selevel pun saya selalu dianggap underdog.
Ga masalah buat saya, yang penting, kerjakan segalanya dengan baik. Ketika mengikuti fit and proper test untuk
calon boss pun saya selalu dianggap enteng.
Sampai akhirnya ketika terpilih, sang pemegang saham yang menguji saya, khusus mengirimkan
SMS ke saya: selamat ya, kamu memang paling pantas, namun dibandingkan yang
lain, kamu paling tidak pede. Tuh kan,
saya memang underdog kalau dibandingkan yang lain di bidang ke pede an. Haha…
Ketika jadi boss pun, di antara kolega boss yang lain, saya
selalu dianggap underdog. Paling naif,
paling ga tau apa-apa, paling bodoh.
Makanya saya dibodohi oleh yang lain.
Hahaha…
Terakhir, saya mengikuti pelatihan dan dianggap tidak punya
pengalaman sama sekali dalam bidang ini, dan ketika perkenalanpun saya
menyatakan tidak punya pengalaman sama sekali.
Saya pun santai saja, dengan menyandang predikat itu, saya malah jarang
ditanya oleh sang pengajar. Namun,
dengan berjalannya pelatihan, saya baru ingat, saya me-recall, bahwa sebenarnya saya
pernah sangat berpengalaman dalam bidang ini.
Tapi biarlah, tidak perlu dibuktikan, yang penting, nanti pada saat
ujian, mudah-mudahan saya dapat nilai yang baik.
Akhirnya saya menyimpulkan sendiri, bahwa ga masalah selalu
dianggap underdog, selama kita sendiri tidak menjadi rendah diri dan malah di
akhir bisa membuktikan, bahwa kita mampu. Ibaratnya balapan, tunggu saja di tikungan
terakhir, akan saya salip semuanya……
Leadership almost
always involves thinking and acting like the underdog. That’s because
leaders work to change things, and the people who are winning rarely do – Seth Godin
Komentar
Posting Komentar