Protes


Kalau saya pikir-pikir, saya memang orang yang senang protes apabila diperlakukan tidak benar, apalagi terkait dengan jual beli.  Beberapa kali saya bahkan melayangkan surat protes dan menulisnya di koran.  Ternyata, menulis di koran termasuk cara paling ampuh untuk mendapatkan perhatian dari penjual ataupun penyedia jasa.  Karena dengan masuk di koran, dan tentunya dibaca oleh jutaam pembaca di seluruh negeri, citra perusahaan bisa jadi buruk.  Anehnya, beberapa kali saya mengirim surat ke koran, surat keluhan saya itu dimuat.  Banyak  yang bertanya, kok bisa, apa rahasianya?  Saya juga tidak tahu, di antara ribuan surat keluhan, kenapa surat saya yang dipilih untuk dimuat.

Kejadian pertama ketika saya ditugaskan kantor untuk mengikuti pelatihan di luar kota.  Semua akomodasi kami sudah diatur oleh kantor melalui suatu biro perjalanan.  Kami mengikuti pelatihan selama dua minggu.  Ternyata pelatihan dipercepat dan kami dan teman-teman lainnya bermaksud pindah hotel ke tempat yang lebih ramai, yang lebih banyak tempat wisatanya.  Tak dinyana, ternyata hotel kami belum dibayar oleh biro perjalanannya, padahal kantor kami sudah melunasinya.  Alhasil, kami patungan untuk membayar hotel, bahkan ketika kami akan ke ATM untuk mengambil uang, salah seorang anggota rombongan disandera di hotel, karena takut kami melarikan diri tanpa membayar.  Kami sungguh tersinggung dengan perlakuan itu.  Mana, biro perjalanan tidak ada niat menjelaskan kepada kami duduk perkaranya seperti apa.  Akhirnya, saya pun menulis surat kepada beberapa koran, ternyata dimuat di salah satu koran nasional.  Begitu dimuat, biro perjalanan pun minta bertemu dan membawakan kami hadiah sebagai permintaan maaf.  Tadinya kami berharap dikasih voucher hotel, hahaha….

Kejadian kedua adalah ketika saya bermaksud membeli properti.  Di brosurnya tertulis bahwa kami dikenakan harga promosi dan kreditnya dipermudah.  Namun pada kenyataannya, kami dipersalahkan karena dianggap terlambat mengurus kreditnya.  Saya tentu tidak terima, karena pihak developer lah yang menjanjikan akan mempermudah kredit, sehinggga saya tidak kena kenaikan harga.  Saya pun berusaha menemui pihak developer, bahkan berkirim surat, namun tidak ditanggapi dengan serius.  Karena menemui jalan buntu, saya pun mengirim surat ke koran dan seperti sebelumnya, surat saya dimuat!  Benar saja, kini dari pihak developerlah yang mengontak saya dan sebagai kompensasinya, selain saya dikenakan harga promosi, sayapun dapat hadiah perlengkapan rumah tangga.  Haha, saya sungguh beruntung!

Kejadian terakhir juga terkait kredit.  Kali ini saya tertarik mengambil kredit kendaraan karena sedang ada promosi ulang tahun banknya.  Nah, kali ini kejadiannya hampir sama, saya mendaftarkan di injury time, di hari terakhir promosi.  Jadi kata officernya, proses saya terlambat beberapa jam diproses di kantor pusat.  Lho, saya tentu protes, karena bukan salah saya mengapa proses aplikasi dari cabang ke kantor pusat begitu lama, tidak online, sehingga saya dianggap lewat sehari dari batas akhir promosi?  Saya berusaha mengurus ke kantor pusat, namun dilempar ke sana kemari.  Habis sudah kesabaran saya, saya coba mengirim surat ke koran.  Benar saja, ternyata surat saya dimuat lagi di koran nasional.  Seperti kejadian-kejadian sebelumnya, sekarang kantor pusat lah yang sibuk mengontak saya.  Seperti yang lalu, saya pun akhirnya mendapatkan bunga promosi dan tambahan bonus lainnya, bahkan mendapatkan pengembalian uang.  Syukurlah….

Sudah lama saya tidak pernah protes lagi, karena memang sudah beberapa lama saya selalu diperlakukan dengan baik, terutama karena jabatan saya yang lumayan.  Nah, dengan kondisi saya sekarang yang bukan siapa-siapa, apakah saya akan menghadapi perlakuan seperti dulu lagi?  Mudah-mudahan sih ga ya….

Ok, apa lagi yang harus saya protes ya?  Hahaha….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...