Anak Emas
Anak emas bisa berarti banyak, yang pertama, adalah anak-anak yang terlahir dengan “beban” nama besar orang tuanya. Di satu sisi, orang melihatnya, betapa beruntungnya mereka, namun di sisi lain, mereka punya beban lebih, karena dari lahir sudah menjadi pusat perhatian.
Saya sendiri termasuk beruntung karena lahir dari orang tua
yang bukan orang sangat terkenal, walaupun ibu cukup punya prestasi, namun
karena kami tidak menyandang nama keluarga ibu, jadi tidak ada yang terlalu
menyadari hal itu. Lagipula, zaman ibu
cukup terkenal, liputan media tidak seperti sekarang ini. Sementara dari pihak ayah ada yang menjadi
petinggi negeri dan mempunyai family name yang sama, sehingga kadang-kadang
memang ada saja orang yang menanyakan kekerabatan kami. Itu pun cukup memberi beban buat saya
pribadi, karena ternyata orang masih cukup membawa-bawa nama besar beliau.
Yang ingin saya bahas di sini adalah kasus yang agak hits,
yaitu seorang petinggi negeri yang baru diangkat yang menyandang nama besar
kakek dan orang tuanya. Mana dia diberi
jabatan baru yang kesannya mengada-ada.
Saya sendiri justru sangat simpati dengan dirinya, karena yang saya
bayangkan, pastilah dirinya mempunyai beban yang sangat berat, lebih berat
dibandingkan dengan para koleganya.
Bayangkan, dia harus membuktikan bahwa jabatan yang baru itu memang
diperlukan, bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Di sisi lain, dia harus membuktikan bahwa dia memang bisa berprestasi,
bahwa dia benar pantas menyandang nama besar keluarganya. Wah, sungguh berat bebannya dan saya
mendoakannya supaya dia berhasil.
Saya sendiri pernah mengalami hal yang kurang lebih sama,
namun dalam skala kecil, skala perusahaan.
Saya diberi suatu jabatan baru dengan job description yang “wah”, sehingga
bobot jabatannya juga tinggi yang pastinya berkorelasi dengan gaji. Isi tugas saya juga akan di “langit”, kurang
membumi. Teman-teman banyak yang
mencibir dan mencemooh saya dengan mengatakan bahwa pekerjaan saya sangat
mudah, namun karena saya anak emas, makanya saya sengaja “dibuatkan” posisi
jabatan khusus. Alangkah sedihnya hati
saya, karena mereka tidak tahu betapa beratnya beban saya dibanding mereka,
yang job descriptionnya standar, generik, di hampir setiap perusahaan pasti
ada. Sementara saya, saya harus
menjabarkan, mendetilkan apa saja tugas saya, kemudian membagi tugas pekerjaan
kepada anak-anak buah saya yang “given” sambil membuktikan bahwa fungsi kami
memang bermanfaat bagi perusahaan.
Sayapun sampai sempat memprotes kepada Direksi, kenapa saya diberi tugas
ini. Saya juga pernah dengan sewot
bilang ke seorang kolega, kamu mau bertukar dengan saya?
Namun, at the end, saya bisa bernafas lega, karena ternyata
banyak yang mengakui memang fungsi itu diperlukan dan anak buah saya banyak
yang mendapat apresiasi. Dan yang
terpenting buat saya, anak buah saya bilang bahwa mereka belajar banyak di situ.
Bicara tentang anak emas yang lain, yaitu yang dianggap
kesayangan guru atau boss, saya jadi ingat, suatu hari sahabat saya dengan
galau berkata, dia terganggu dengan cuitan temannya: She is preparing the red
carpet for her golden boy. Ya, waktu itu
boss nya sahabat saya itu mendapatkan promosi.
Tentu saja, banyak orang yang iri kepada sang sahabat, karena
prediksinya adalah pasti si golden boy akan dapat banyak kemudahan. Saya bilang ke sahabat saya, ga usah
dipikirkan, buktikan saja kamu memang berprestasi. Kita harus menyadari, semua orang yang dapat
label anak emas pasti punya kelebihan di mata atasannya. Bisa saja karena prestasinya, kepandaiannya, networkingnya
bahkan karena keluarganya. Yang pasti,
semua orang punya hubungan dengan orang lain yang dirasakan lebih nyaman
dibandingkan dengan orang lainnya, sehingga timbullah kedekatan, sebagaimana yang dijelaskan para
ahli: everyone has some relationships that feel more comfortable, natural or
rewarding than others.
Banyak orang yang pasti akan iri, karena mereka tidak
melihat sisi baiknya, tidak berusaha melihat alasan dibalik favoritism
itu. Saya sendiri dulu dibilang anak
emas, namun at the end, saya bisa buktikan, saya memperoleh favoritism itu
karena kerja keras, bukan karena nongkrong setiap hari, atau ambil muka para
boss. Anyway, yang penting, selalu
buktikan, bahwa kita deserve jadi favorit boss.
Kembali ke anak-anak emas ini, percayalah, tidak mudah
menjadi anak emas, karena beban yang mereka tanggung lebih berat dibanding orang
biasa. Terutama untuk anak-anak yang
lahir dari orang tua yang terkenal, sungguh sulit untuk lepas dari bayang-bayang
orang tuanya. Maka, bersimpatilah pada
mereka dan ambil positifnya untuk kita teladani.
Komentar
Posting Komentar